
Reporter : Balqis Terria C
Terakota.id–Pegawai pemerintah, pelajar, TNI dan Kepolisian mengenakan berseragam berbaris rapi di depan makam Bung Karno, Bendogerit, Sanan Wetan Kota Blitar, Jumat 21 Juni 2019. Masing-masing tergabung dalam sebuah peleton barisan. Mereka berbaris sesuai dengan kesatuan atau institusi masing-masing.
Mereka mengikuti apel menghormati Presiden Sukarno yang meninggal 49 silam. Bung Karno meninggal 21 Juni 1970 setelah melawan penyakit gagal ginjal yang diderita sejak lima tahun. Apel merupakan bagian dari Ziarah Kebangsaan yang diikuti para pejabat, tokoh agama dan masyarakat umum di makam Bung Karno.
Apel berjalan dengan hikmat, semua mengikuti prosesi apel untuk mengenang dan menghormati jasa sang proklamator. Apel berlangsung singkat sekitar 15 menit. Usai apel, satu persatu tamu undangan berjalan menuju pusara makam sang proklamator.
Antre, mereka masuk bergantian untuk berdoa dan menabur bunga di atas pusara. Mereka melepas alas kaki, duduk bersimpuh meriung di depan makam. Mereka memanjat doa untuk bung karno yang juga dikenal dengan sebutan putra sang fajar. Makam Bung Karno diapit makam ibundanya, Ida Ayu Nyoman Rai dan ayahanda, Raden Soekemi Sastrodiharjo.
Pelaksana tugas Wali Kota Blitar Santoso, Bupati Blitar Rijanto, Kapolres Blitar Kota Ajun Komisaris Besar Adewira Negara Siregar, dan Komandan Kodim Blitar Letnan Kolonel Inf Kris Bianto mengawali berdoa dan tabur bunga di atas makam Bung Karno.
Kemudian mereka menaburkan bunga aneka warna di makam ibunda Bung Karno, Ida Ayu Nyoman Rai dan sang ayahanda, Raden Soekemi Sastrodiharjo. Setelah tamu undangan dan pejabat pemerintah rampung menabur bunga, secara bergantian tamu lain silih berganti berdoa.
Doa’-doa dipanjatkan dengan hikmat. Berdoa dilakukan dengan berbagai cara, agama dan keyakinan. Maklum peziarah berasal dari berbagai penjuru Nusantara dengan agama dan keyakinan berbeda. Do’a berlangsung hikmat dan khusuk.
Sejumlah peziarah menggunakan pakaian ala Bung Karno, berkemeja safari peci hitam dan celana panjang, menjadi pusat perhatian. Serta peziarah asal Bali yang menggenakan pakaian tradisional, khas Bali. “Ini momentum istimewa ikut ziarah kebangsaan di makam bung Karno,” kata Manik Cahyani, Putri Kampus Bali.
Sedangkan Putra Kampus Bali, Putu Pedi menuturkan mereka mengikuti program The Overland bersama mahasiswa lain di Bali. Mereka diantarakan mengenal budaya dan sejarah di Jawa. Sekaligus mengingatkan perjuangan Bung Karno. “Seperti ungkapan Bung Karno Jas Merah, jangan lupakan sejarah,” katanya.

Merawat Tradisi Menebar Inspirasi