
Terakota.ID–Gerakan Kesadaran Terlibat- Sapu Bersih Sampah Nyemplung Kali (Sabers Pungli) bakal menyelenggarakan X-pedisi Mata Air Kota Batu 2022. Sebuah program pendataan sumber mata air di Kota Batu. Data hasil ekspedisi akan menjadi sumber mata air yang lengkap, obyektif, dapat dipertanggungjawabkan.
Data ini akan menjadi salah satu referensi yang bermanfaat untuk kepentingan pelestarian mata air. Bisa digunakan pemerintah untuk pengambilan kebijakan agar tepat sasaran. “Bisa pula digunakan untuk pemanfaatan, perlindungan, dan peneliti untuk perumusan program konservasi berkelanjutan,” kata Koordinator Kegiatan Doddy Eko Wahyudi dalam pernyataan tertulis yang diterima Terakota.ID.
Sekaligus digunakan relawan lingkungan hidup untuk kegiatan konservasi, serta dimanfaatkan masyarakat untuk perawatan dan pengawasan sumber mata air. Gerakan pelestarian lingkungan sungai dan sumber mata air dilakukan Sabers Pungli sejak Oktober 2017.
Pada 26 Juni 2022, dilakukan pembersihan Kali Lajar, Giripurno, dilanjutkan susur kawasan Hulu Sungai Brantas pada 22-24 Agustus 2022. Diteruskan menyusuri beberapa anak sungai Brantas antara Arboretum dan Kampus UMM 2. Kegiatan dilakukan bersama dengan berkolaborasi bersama akademikus, kelompok usaha, komunitas, lembaga pemerintah, dan media massa.
“Ekspedisi mata air di Kota Batu termasuk pendokumentasiannya penting demi pelestarian lingkungan,” ujarnya.
Data yang dikumpulkan dalam ekspedisi terdiri atas nama sumber mata air berbasis adat, detail lokasi, keberadaan elemen biotik (hidup) dan abiotik (tak hidup), kegiatan pemanfaatan dan upaya optimasinya, jejak sejarah, tokoh pelestari, program pelestarian, rekomendasi upaya pelestarian, kegiatan adat, serta aturan formal atau adat terkait keberadaan sumber mata air. Hasil ekspedisi akan dipublikasikan dalam sebuah buku.
Pelaku Konservasi Lingkungan Hidup Kota Batu, Bayu Sakti menyatakan ekspedisi penting untuk mendata ulang sumber mata air di Kota Batu. Lantaran selama ini, data sumber mata air simpang siur dan tak sesuai dengan data di lapangan. “Ini menunjukkan kita belum peduli dengan mata air, padahal manusia hidup membutuhkan mata air,” katanya.
Sehingga sumber mata air perlu disambangi, dicatat sejarahnya, kondisi, dan keterlibatan masyarakat dalam merawat dan menjaganya. Agar masyarakat kembali ingat sumber mata air, dan menjaga hutan di catchment area atau kawasan tangkapan air. “Dimonitoring bagaimana debitnya, jika turun ditelusuri penyebabnya,” ujar Bayu.
Bayu menanyakan apakah selama ini kebijakan pemerintah sudah pro terhadap linkungan? Seperti melindungi kawasan mata air, hutan di kawasan tangkapan air, membuat sumur resapan, bio pori dan perlindungan kawasan hutan.

Jalan, baca dan makan