Air mengalir jernih di kolam Wendit Water Park. Udara sejuk dan pepouhonan rindang semakin menarik dikunjungi. (Zainul Arifin/Terakota.id)
Iklan terakota

Terakota.id-Puluhan pepohonan dari berbagai jenis menjulang, teduh mengelilingi kawasan Taman Wisata Wendit. Pohon rindang menyejukkan mata dan udara, serta menjadi habitat monyet ekor panjang (macaca fascicularis). Taman wisata di Desa Mangliawan, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang,  ini konon merupakan tempat favorit para selir dan raja Majapahit. Mereka pelesir sekaligus menjalankan prosesi ritual.

Banyak wisatawan yang juga meyakini kolam ini menjadi tempat mandi para selir raja Majapahit dan airnya dipercaya membuat awet muda. “Informasi dari berbagai sumber, para istri raja Majapahit biasa mandi di ini,” penngunjung asal Sawojajar, Tono Sinaga.

Empat buah patung hanoman berdiri gagah di dua pintu masuk Wendit Water Park. Patung berwajah monyet ekor panjang ini mengangkat sebuah gada, seolah menyapa setiap pengunjung yang hadir. Patung hanoman dipilih sebagai symbol obyek wisata yang terletak di Malang bagian barat ini dikenal sebagai habitat monyet ekor panjang.

Kesejukan udara Malang, langsung terasa begitu Anda memasuki kawasan wisata. Hawa sejuk kian terasa, begitu semilir angin menerpa dedaunan pepohonan yang berdiri kokoh di areal wisata. Puluhan jenis pohon seperti beringin, jati, kelapa, pinus dan kedoya menjadikan suasana Wendit menjadi asri. Di sejumlah pucuk dan ranting pepohonan nampak satu koloni monyet ekor panjang bergelantungan bermain-main.
Habitat Monyet Ekor Panjang
Seekor bayi monyet ekor panjang bergelayut di tubuh induknya. Induk monyet berlompatan dari ujung dahan ke dahan lainnya untuk mencari makanan. Mereka memakan dedaunan serta aneka buah tanaman yang banyak tersebar di kawasan ini. Pengunjung juga diijinkan untuk memberikan makanan untuk monyet, sejumlah warung juga menyediakan makanan monyet sepeti jagung ataupun kacang tanah.

Wendit Water Park merupakan salah satu wisata andalan milik Pemerintah Kabupaten Malang Awalnya, tempat wisata ini hanya menyuguhkan wisata air berupa kolam renang serta danau buatan yang dilengkapi perahu berkeliling danau. “Dulu, penunjung sepi apalagi pada hari kerja,” kata salah seorang pegawai.

Kemudian, Pemerintah Kabupaten Malang mengucurkan dana untuk rehabilitasi sebanyak Rp 70 miliar pada 2008. Seluruh kawasan di area seluas sembilan hekatera disulap dengan fasilitas wisata tambahan untuk memanjakan pengunjung. Diantaranya, arena permainan anak, fasilitas out bond, berkemah, kolam renang anak-anak dan dewasa, water boom, serta kolam spa yang dilayani tenaga berpengalaman.
Sayang sejumlah fasilitas rusak dan tak terawat. Sehingga pengunjung hanya memanfaatkan keindahan alam, kesejukan udara dan kolam dengan air jernih yang mengalir. Kebersihan kawasan juga kurang terjaga. Sampah berceceran meski tempat sampah banyak tersebar di sejumlah tempat wisata air.

Samsul Arifin, salah seorang pengunjung asal Karangploso Kabupaten Malang penasaran dengan fasilitas yang disediakan pasca rehabilitasi. Ia mengajak enam anggota keluarganya, mulai adik, kedua orang tuanya hingga anaknya untuk rekeasi menghilangkan penat dari rutinitas kerja harian.

Ia mengajak anaknya tunggalnya berusia empat tahun untuk bermain deburan air di kolam anak-anak. “Air mancurnya bagus, juga aman bagi anak-anak,” katanya. Samsul mengingatkan pengelola agar kebersihan kawasan tetap terjaga. Sebab, dari sejumlah fasilitas seperti kolam renang dan ornamen lain tampak tak terawat. Ornamen serta pintu masuk menuju kolam terlihat menghijau ditumbuhi lumut.
Tempat Ritual

Sejumlah arca untuk ritual tersimpan di dalam sudut ruangan di Sendang Widodaren. (Zainul/Terakota.id)

Tak hanya kolam, selemparan batu dari Taman Wisata Wendit terdapat sebuah bangunan dengan relief Hindu. Di dalam, terdapat sumber air bernama Sendang Widodaren. Biasa digunakan untuk berbagai ritual keagamaan. Dipisahkan sebuah tembok pembatas, di samping sendang adalah sebuah. Ada sejumlah arca dan digunakan untuk ritual.

Mitos masyarakat setempat, tempat ini digunakan pendiri kerajaan Majapahit, Raden Wijaya, bermeditasi. “Sendang Widodaren sering digunakan ritual. Setiap tahun, ada empat ritual berbeda,” kata juru kunci Sendang Widodaren, Mbah Sholeh.

Ritual pertama adalah Grebeg Tirto Aji oleh masyarakat suku tengger dari 4 daerah yakni Malang, Pasuruan, Probolinggo dan Lumajang setiap kamis pahing bulan rajab penanggalan Jawa. Suku tengger mengambil air sendang untuk dibawa pulang agar ladangnya subur dan panen berlimpah. Ritual lainnya adalah bersih desa oleh masyarakat Desa Mangliawan. Selanjutnya, ritual jamasan atau mencuci keris oleh pecinta keris serta grebeg suro.

Air di kolam pemandian Wendit ini sendiri diyakini berasal dari sumber mata air di Gunung Arjuno, Gunung Semeru, Gunung Bromo dan Gunung Kawi. Wendit menjadi lokasi pertemuan air yang mengalir dari gunung. Airnya dari sumber Wendit dianggap suci dan penuh berkah.

Pakar Sejarah Universitas Negeri Malang, Dwi Cahyono mengatakan kolam pemandian Wendit memiliki nama kuno Bureng sebagaimana yang disebut dalam kitab Negarakertagama. “Bureng adalah suatu telaga yang indah. Air berwarna kebiruan. Di dalam terdapat bangunan candi bermekala dan sederet rumah yang indah,” jelas Dwi.

Raja Majapahit, Prabu Hayam Wuruk pernah berkunjung ke telaga purba ini sepulang dari lawatan ziarah di Candi Kidal dan Candi Jago. Raja yang memimpin Majapahit mencapai masa keemasannya ini singgah untuk maksud ganda. Yakni untuk berwisata karena keindahannya, sekaligus ritual di sebuah bangunan suci.

Bureng atau Wendit diyakini dibangun pada masa kerajaam Mataram di abad 10. Tempat petirtaan suci ini kemudian dikembangkan pada masa Majapahit di abad ke 14. Keberadaan arca yang tersisa menunjukkan di dalam kawasan Wendit dahulu ada sebuah candi dengan latar agama hindu sekte syiwa.

“Kolam pemandian wendit ini adalah telaga purba, petirtaan suci,” kata Dwi Cahyono. Pemandian suci pada masa Majapahit, katanya, tapi sekarang pemanfaatan yang salah. Petirtaan suci itu kini berubah menjadi kolam renang wisata.

Untuk menuju Wendit Water Park juga tak terlalu sulit, sebab angkutan umum juga melintas di depan kawasan wisata. Dari terminal antar kota Arjosari Malang Anda bisa memilih angkutan umum menuju Tumpang. Sementara bagi pengunjung yang menumpang pesawat dari Bandara Abdurrachman Saleh juga bisa langsung mampir di kawasan ini. Dari Bandara, hanya berjarak sekitar lima kilometer.

 

1 KOMENTAR

  1. Sedikit menanggapi atau memberi sedikit informasi yang mudah mudahan berguna.Untuk telaga bureng dan mendit mungkin dua tempat yang berbeda.karena untuk mendit pada jaman dahulu sudah ada walandit. Sedangkan bureng mungkin kita semua mencoba mencari keberadaannya yang sebenarnya. Sedikit informasi mungkin saja ada juga kebenarannya. Dulu di sumber bureng desa Sumber jaya dan Putuk rejo Gondang legi di punden desa sekitar tahun 80-an masih terdapat arca lalu di ambil dan diangkut seseorang dengan menggunakan dokar menurut cerita beberapa warga. Nama bureng jelaslah ada kesamaan seperti dalam kitab negarakrtagama.Mungkin saja menarik untuk ditelusuri kebenaran cerita warga setempat mengenai sumber bureng yang sekarang jadi tempat wisata sumber sirah.