Premiere film dokumenter Maestra Sylvia Saartje Lady Rocker Pertama Indonesia di Moviemax Sarinah, Senin 15 November 2021. (Terakota/ Eko Widianto).
Iklan terakota

Terakota.idWakil Wali Kota  Malang Sofyan Edi Jarwoko menginspirasi film dokumenter Maestra Sylvia Saartje, Lady Rocker Pertama Indonesia produksi Yayasan Terakota. Sekaligus turut menggerakkan seni dan talenta muda.  “Film ini patut diapresiasi. Mengangkat potensi dan talenta musik Malang,” katanya saat gala primiere di Moviemax Sarinah, Senin 15 November 2021.

Sebagai penyanyi yang besar dan tumbuh di Malang, katanya, Sylvia Saartje, telah memberi yang terbaik untuk kota Malang. Juga menjadi teladan bagi seniman muda agar berkiprah lebih maju. Apalagi, Jippi sapaan akrab Sylvia Saartje dibersarkan dari panggung musik di Malang. Salah satunya Gelanggang Olah Raga (GOR) Pulosari.

Talentas Jippi, katanya, pada masa keemasan musik rock di Malang. Yang banyak melahirkan musisi kaliber nasional, bahkan Malang dijuluki sebagai barometer musik rock tanah air. Peran serta pemerintah, kata Sofyan, dibutuhkan untuk mengembalikan ekosistem Malang sebagai barometer musik rock.

Wakil Wali Kota Malang Sofyan Edi Jarwoko memberi bunga kepada Sylvia Saartje saat gala premiere film di Moviemax Sarinah, 15 November 2021. (Terakota/ Eko Widianto).

Termasuk menyediakan wahana ruang berekspresi seperti GOR Pulosari. Sofyan menjelaskan telah berkomunikasi dengan berbagai pihak untuk membangun GOR yang representatif untuk olahraga dan bermusik sekaligus. “Perlu berkomunikasi dengan banyak pihak. Menunggu rencana aksinya,” katanya.

Namun, revitalisasi GOR Pulosari tak memungkinkan karena kawasan tersebut milik perorangan. Selain itu, Pemkot Malang akan memfalitasi pegiat seni termasuk seni tradisi dan kontemporer.

Produser film Sylvia Saartje, Andhika Yudha Pratama menyatakan film dokumenter dibiayai Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Fasilitasi Bidang Kebudayaan. Menyisihkan 6.600-an proposal yang masuk. “Ide film dokumenter ini berawal dari diskusi bersama mengenai sosok Mbak Jippi,” katanya.

Ketua Yayasan Terakota Luthfi Jayadi Kurniawan menyampaikan jika film ini merupakan bagian dari kerja kebudayaan. Sesuai dengan misi Yayasan Terakota untuk mendokumentasi sejarah, seni dan budaya. Ia juga berharap pemerintah memberi fasilitasi seniman untuk berkreasi di ruang publik. “Memberi ruang seniman untuk tampil di Balai Kota dan ruang publik yang representatif lain,” katanya.

Antrolog Universitas Brawijaya Ary Budiyanto menilai film dokumenter cukup bagus namun akan lebih hidup jika ditambah gambar footage sang kuda binal (Julukan Sylvia Saartje) saat tampil di panggung. “Hidup bu Jippi juga nge-rock. Kehidupan masa lalu yang harus ditransfer ke generasi sekarang,” katanya.

Selain itu, juga bisa dialih wahana menjadi kekayaan intelektual yang lain seperti menjadi komik, film dan karya seni lain. Ary menjelskan jika pendokumentasian ini juga menjadi urusan perpustakaan daerah. Bagian dari literasi untuk menyampaikan sosok kebudayaan.

Lagu Sylvia Saartje merupakan warisan budaya tak benda (WBTB), lantaran berusia lebih dari 50 tahun. Sebuah tradisi yang diwariskan kepada dua generasi. WBTB, katanya, bukan hanya tradisi. “Seni suara kontemporer yang lebih dari 50 tahun, menjadi bagian warisan budaya tak benda,” katanya.

Wakil Wali Kota Malang Sofyan Edi Jarwoko mengapresiasi film dokumenter Sylvia Sartje Lady Rocker Pertama Indonesia. (Terakota/ Eko Widianto).

Sylvia Saartje mengucapkan terima kasih atas apresiasi semua pihak. Saat pembuatan film, katanya, ada rasa yang hilang. Ia harus mengesampingkan hati, kerja dan pikiran. Agar fokus ke tujuan. Jika film diproduksi bukan saat pandemi seperti sekarang, ia memperkirakan akan lebih baik.

“Terima kasih Tuhan yang memelihara hidup saya. Pers dan penggemar yang tetap ingin saya on stage. Tak mungkin menjjadi sebuah film,” katanya.

Sutradara film, Subiyanto menjelaskan jika musik rock pada era 1970-an menjadi masa keberanian. Seberapa hidup atmosfer dan bergairah musik rock saat itu, katanya, sama dengan gairah musik saat ini K-POP. “Stigma musik rock itu keras dan maskulin. Namun muncul sosok Bu Jippi,” katanya.

Warisan budaya, ujarnya, memberi porsi suara perempuan yang tetap konsisten di jalur rock. Ia tak tergiur dengan iming-iming uang dan ketenaran. Jippi tetap memilih jalur musik rock sebagai pilihan hidup. “Perjalanan Bu Jippi dengan lelaku seorang maestro. Menguasai dan menjalani sikap dan bidang yang dipilih. Kita belajar dari perjalanan hidup Bu Jippi,” katanya.