Videografer : Nur Sitti Khadijah*
Terakota.id—Jawa mengalami gagal panen 1910, pemerintah Hindia memutuskan impor beras untuk memenuhi keutuhan pangan. Diputuskan impor dari Rangon, Burma (Myanmar). Sementara saat itu, Burma tengah mengalami epidemi pes. Beras diangkut dengan kapal dan diturunkan di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Lantas didistribusikan ke Malang, Blitar dan Kediri melalui kereta api.
Saat didistribusikan Wlingi dan Malang banjir, sehingga jaringan kereta terputus. Beras tertahan di Turen, Kabupaten Malang. Kemudian beras dipindah ke gudang beras di sepanjang jalur kereta. Kemudian banyak ditemukan tikus mati dan orang yang terinfeksi pes di sepanjang jalur kereta.
“Dalam waktu singkat pes menyebar. Beberapa koran lokal melaporkan kejadian itu. Namun pemerintah mengabaikan kejadian itu,” kata sejarawan Syefri Luwis saat diskusi Cikal bakal Malang yang diselenggarakan Terakota.
Penulis buku Epidemi Penyakit Pes di Malang : 1911-1916 ini menyebut saat itu musim hujan dan suhu udara rendah sehingga memudahkan penyebaran bakteri. Suhu udara juga mirip dengan kondisi di Rangon, Burma saat itu.
Pes cepat menyebar, tikus bersarang di sela-sela bambu rumah. Saat itu, rumah terbuat dari bambu. Tikus yang terinfeksi pes mati, lantas kutu tikus itu menggigit manusia sehingga terinfeksi penyakit pes. Tikus mati di rumah, katanya, kutu berjalan dan menggigit kaki manusia. “Saat itu lantai tanah dan penduduk tak menggunakan alas kaki,” katanya.
Penyakit pes disebabkan bakteri berbentuk batang atau basil bernama Yersinia pestis. Basil ini ada di kutu tikus jenis xenopsylla cheopis, kutu ini yang menyebarkan penyakit pes.
*Reporter magang, lulusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang

Merawat Tradisi Menebar Inspirasi