
Terakota.id—Profesor Peter Carey tak bisa dipisahkan dari Indonesia. Ia merekam dan meneliti sejarah modern Indonesia, khususnya Jawa. Ia menghasilkan sejumlah buku yang mengupas sejarah di negeri ini. Mengulik sejarah Pangeran Diponegoro, dan perang Jawa. Sejarawan asal Inggris ini kagum dengan Pangeran Diponegoro seorang bangsawan yang dekat dengan wong cilik.
Peter Carey merupakan sejarawan Fellow Emeritus of Trinity College, Oxford dan Adjunct Professor di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia. Untuk memperingati 70 tahun Peter Carey, dipersembahkan buku berjudul Urip Iku Urub : Untaian Persembahan 70 Tahun Profesor Peter Carey. Ditulis 23 kontributor setebal 568 halaman.
Untuk membincangkan rekam jejak dan kisah Peter Carey mari hadir dalam diskusi bareng Peter Carey, serta menghadirkan komikus Aji Prasetyo, peneliti sejarah Trah Kajoran-Tembayat Kuncoro Hadi dan editor buku FX Domini BB Hera. Diskusi dilangsungkan di Kafe Pustaka, Perpustakaan Pusat Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2018. Mulai Pukul 18.30 sampai 21.00 WIB.
Diskusi bakal dipandu dosen komunikasi FISIP Universitas Brawijaya, Megasari N. Fatanti. Usai diskusi akan disemarakkan dengan pemutaran film biografis Peter Carey berjudul “Lingkaran Hidup, Penulis Riwayat Hidup” karya Subi (2016).
Mau nanya ya mas nggawe judul bukunua kok “urip iku urub” setahuku “urip iku urup” pakai p nukwn b, yang secara umum diartikan bahwa kita hidup itu harus “menyala” yaitu hidup itu harus menerangi sekitarnya bermanfaat minimal di sekitarnya atau bermanfaat bagi orang lain orang banyak.
Kalau urub atau urub urub seingatku adalah kayu kecil atau ranting kering yang digunakan untuk “dadek geni” membantu proses percepatan menyalakan onggokan kayu yang untuk menanak nasi dan untuk memasak lauk pauk dan sayur yang dilakukan oleh orang jaman dulu atau masih banyak diimplenlmentasikan di pedesaan jawa…. Mohon penjelasan apakah saya yang salah dalam hal tata penulisan bahasa jawa
[…] Dalang Pengusaha Ki Rohmad Hadiwijoyo Source […]
Jika Urup itu artinya “pertukaran”, dan Urub itu artinya “nyala” sebagaimana “murub” artinya menerangi. Jadi jika yang dimaksud adalah “Urip iku Urub” (sebagaimana nasihat dari KGPAA Mangkubumi) maka dimaksud hidup itu harus menerangi.
Jika mrujuk nasihat Eyang Suryo “Urip iku Urup” maksudnya hidup itu tentang mengambil pilihan dan melakukan pengorbanan, menerima sebab akibat (ada pengorbanan ditukar dengan resiko berhasil atau gagal). Jika disebut urub itu seperti ranting yng dinyalakan untuk kompor maka kemungkinan diambil dari Urub bukan Urup.
Wallahu a’lam. Mhn koreksi bila salah.