Gedung Sarinah Jalan Thamrin Jakarta 1980. Sarinah berdiri mencolok tanpa gedung bertingkat lain di sekitarnya dikelilingi bangunan kumuh (Foto:Tempo)
Iklan terakota

Terakota.id—Pusat perbelanjaan modern saat bertebaran di sejumlah kota besar di seluruh nusantara.  Pasar modern atau mal dibangun oleh perusahaan swasta termasuk perusahaan multinasional mulai merambah ke kota-kota besar.

Sebelum merebak pasar modern Presiden Sukarno menggagas Toko Serba Ada (Toserba) Sarinah sekarang dikenal dengan Sarinah Mall. Tujuan Bung Karno mendirikan Toserba Sarinah untuk kemandirian dan kedaulatan ekonomi bangsa.

“Janganlah ada satu orang manusia mengira bahwa department store adalah satu proyek luxe, tidak! Menurut anggapan saya, department store adalah satu alat distribusi untuk mendistribusikan barang-barang keperluan hidup kepada rakyat jelata!”  kata Presiden  Sukarno  saat pemancangan tiang utama gedung Sarinahdi Jalan Thamrin, Jakarta, 23 April 1963.

Pidato itu sekaligus menjawab beragam kritik yang menganggap Sarinah sebagai proyek gagah-gagahan atau mercusuar. Sementara saat itu ekonomi Negara tak stabil, inflasi meningkat dan harga membumbung tinggi.

Toserba Sarinah merupakan sebuah gagasan yang muncul setelah Bung Karno pulang dari lawatan ke beberapa Negara yang memiliki toserba.Tentu, melibatkan ideologi sosialisme ekonomi yang dianut Bung Karno. Seperti yang disampaikan dalam lanjutan pidato dalam pemancangan tiang utama dedung Sarinah.

”Demikian pula department store bukan suatu barang luxe, tetapi sesuatu barang vital untuk terselenggaranya sosialisme di Indonesia.Dan bukan di Indonesia saja, tiap-tiap Negara sosialis di dunia ini mempunyai department store.Datanglah di Praha, datanglah di Moskow, datanglah di Warsawa, datanglah di Ulanbator, ada department store Saudara-saudara, sebagai distribusi, sebagai prijs stabilitator.”

Sukarno meyakini desain ekonomi sebuah bangsa harus mampu dinikmati juga oleh masyarakat kelas bawah. Mereka layak menikmati kebutuhan hidup berkualitas dengan harga yang layak dan terjangkau. Toserba Sarinah menjadi solusi.

” Sebuah toserba adalah salah satu perangkat yang dibutuhkan untuk menyusun suatu masyarakat yang adil dan makmur.Masyarakat yang adil dan makmur itu adalah masyarakat yang rakyat jelatanya mengecap kehidupan materiil yang layak,” Bung Karno melanjutkan pidato.

Presiden Sukarno berpidato saat pemasangan tiang pancang utama (Foto : Kaskus)

Memajang Produk Dalam Negeri

Bung Karno mewanti-wanti barang yang dipasarkan di Toserba Sarinah adalah produk dalam negeri. Barang produk tangan rakyat Indonesia. “Barang yang boleh impor hanya 40 persen. Tidak boleh lebih. 60 persen mesti barang kita sendiri. Jual-lah di situ kerupuk udang bikinan sendiri. Jual-lah di situ potlot kita sendiri,” katanya.

Penelusuran tim Terakota.id dalam sejumlah literatur menyebutkan, Toserba Sarinah setidaknya merangkum empat tujuan dasar. Pertama, Toserba sarinah menjadi medium distribusi kebutuhan sehari-hari rakyat Indonesia. Kedua, Toserba Sarinah bisa berperan sebagai stabilisator harga. Pengendali harga agar tidak mudah dimainkan oleh para spekulan.

Ketiga, Toserba Sarinah dapat memacu pertumbuhan barang-barang produk dalam negeri. Sehingga, pasar nasional tidak malah dibanjiri oleh barang-barang impor.Keempat, Bung Karno mendedikasikan Toserba Sarinah untuk memberdayakan perempuan agar memperoleh harkat, martabat, dan kehidupan yang lebih baik.

Pendirian Toserba Sarinah juga wujud dari pidato Bung Karno pada 17 Agustus 1962. Pidato yang dikenal dengan Deklarasi Ekonomi menginginkan Indonesia tak hanya fokus pada demokrasi politik saja. Melainkan juga berorientasi membangun demokrasi ekonomi yang berkeadilan serta menghapus segala bentuk penghisapan manusia terhadap manusia yang lain.

Pembangunan Toserba Sarinah dimulai dengan pemancangan tiang utama di atas lahan seluas 12 ribu meter persegi. Semula  direncanakan selesai pada 22 Desember 1965 bertepatan dengan Hari Ibu. Rencana itu meleset. Toserba berlantai 14 dan satu lantai bawah tanah yang dilengkapi teknologi canggih itu baru bisa diresmikan 15 Agustus 1966.

Toserba Sarinah beralamat di Jalan M.H Thamrin No. 11, Gondangdia, Menteng, Jakarta  merupakan Mal pertama di Indonesia. Sekaligus gedung pencakar langit pertama yang berdiri di Indonesia. Toserba Sarinah menjelma menjadi simbol ekonomi modern-kerakyatan. Hampir tak ada mal yang menyainginya.

Pemasangan tiang pancang utama (Foto : Kaskus)

Aura Toserba Sarinah Memuudar

Seiring berjalannya waktu, simbol ekonomi kerakyatan yang tergambar dibalik Toserba Sarinah mulai pudar. Sarinah terseok-seok menghadapi persaingan ketat dengan mal yang terus menjamur di ibu kota.   Direktur Utama PT Sarinah (Persero) Mira Amahorseya seolah ingin menjawab kritik dengan menyampaikan pidato dalam ulang tahun Sarinah ke-50 pada Agustus 2012.

“Tuntutan yang semakin berat dan ketatnya persaingan department store di Indonesia memang membuat Sarinah harus berbenah menjadi semakin profesional. Tetapi Sarinah tetap percaya diri sebagai pionir department store di Indonesia.Sarinah tidak silau dengan kelap-kelip kemewahan kota besar. Sarinah tidak berada dalam arus besar dunia kapital. Sarinah punya arus sendiri, arus kecil yang mungkin saja di masa depan akan menjadi arus utama.”

Tepat setengah abad Sarinah berusaha terus berbenah menjadi perusahaan Negara yang berkualitas. Perusahaan terus berekspansi dengan memerikan pelayanan dan memperbaiki manajemen. Terutama menjajakan produk terbaik karya anak negeri.

“Soal kualitas produk, perusahaan kami berdiri di jajaran terdepan sebagai wadah produk-produk terbaik Indonesia yang dihasilkan para pengrajin dan produsen piawai dari seluruh pelosok tanah air,” kata Presiden Direktur Sarinah Mall, Ira Puspa Dewi di laman resmi Sarinah.

Ira Puspa Dewi berkomitmen untuk tetap melayani kepentingan seluruh lapisan masyarakat. Selain memberikan akses terhadap barang kebutuhan pokok dengan harga terjangkau juga melalui inisiatif sosial. “Saat ini perusahaan kami bekerjasama erat dengan bisnis-bisnis lokal berpotensi untuk menampilkan produk-produk mereka di pentas dunia.”