
Terakota.id–Putri Pertiwi, 27 tahun, menggelar pameran tunggal karya seninya mulai Sabtu, 5 Januari 2019 di gedung Bentara Budaya Yogyakarta (BBY), Jl. Suroto 2, Kotabaru, Yogyakarta. Perempuan pengidap down syndrome, menampilkan 85 karya lukisan dengan media kanvas dan kertas, serta sketsa. Sebagian besar karya dibuat dalam rentang waktu dua tahun terakhir.
Pameran bertajuk “Titik Balik” ini merupakan capaian Putri berseni berkat tangan dingin sang ibu Titiek Broto. Pameran tunggal ini menjadi hal terpenting dalam hidup Putri Pertiwi untuk menunjukkan karya mereka yang berkebutuhan khusus.
Agar masyarakat mengapresiasi karya, juga menghadirkan empati. Keterampilan Putri tak bisa dilepaskan dari peran sang ibu, Titiek Broto, yang membimbing, dan mendampingi. Termasuk menggali potensi dan bakat anak ketiganya itu pada dunia seni rupa.
Titiek bahkan mengajukan pensiun dini, sebagai Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kota Surabaya. Menurut Titie, Putri sempat terpukul saat suaminya Maryadi Broto meninggal karena kanker 2013. “Sempat sakit dan beberapa kali opname di rumah sakit,” ujarnya.
Semangat menggambar, dan mewarnai mengendur. Putri justru menyukai membuat sketsa seperti menggambar suasana menjelang pemakaman ayahnya. Sketsa sederhana namun begitu dramatis, Putri mampu mengingat satu persatu figur yang digambarkan.
“Dia hanya fokus dan bertahan selama satu jam. Setelah itu, konsentrasinya berpindah pada yang lain. Melukis tak bisa dipaksakan,” ujar Titiek. Sehingga, sebuah lukisan kanvas berukuran sekitar 40 x 60 centimeter memerlukan waktu selama empat kali pertemuan untuk menyelesaikannya.
Selama 1,5 tahun terakhir aktivitas Putri melukis semain intensif didampingi seorang guru melukis alumnus Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia Yogyakarta, Joelya Nurjanti. “Sensor motorik bisa aktif dan relatif baik. Dia bisa membuat outline sebuah obyek gambar dengan telaten dan baik hasilnya,” tutur Lia.
Aspek penting dalam ekspresi seni adalah spontanitas, Lia akan mengeksplorasi dalam aktivitas melukis Putri. Penggagas pameran yang juga dosen Fakultas Teknlogi Pertanian UGM, Profesor Sigit Supadmo Arief menuturkan sketsa tentang suasana pemakaman jenazah ayahnya merupakan salah satu karya terbaik Putri. “Salah satu ciri karya Putri terletak pada garis horisontal tegas dan diisi warna-warna ceria.”
Rektor UGM, Profesor Panut Mulyono berharap pameran ini tidak hanya menjadi titik balik bagi Putri Pertiwi, namun menjadi momen titik balik bagi lingkungannya. Juga berharap karya yang dipamerkan memberi inspirasi dan semangat juang untuk berkarya.
“Semangat juang Putri bisa menginspirasi siapa saja, masyarakat luas,” kata Panut.
Pameran berlangsung mulai 5 hingga 13 Januari 2019. Pameran dibuka Rektor Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Profesor Panut Mulyono. Diawali orasi seni oleh kolektor seni kenamaan dari Magelang, dokter Oei Hong Djien.

Jalan, baca dan makan