
Oleh: Muhammad Aqib Nur Habibi*
Terakota.id–Penataan ruang dan wilayah Kota Malang tak bisa dilepaskan dari sosok Herman Thomas Karsten. Seorang arsitek kelahiran Amsterdam, Belanda 22 April 1884. Dia berperan penting dalam perencanaan sejumlah Kota di Indonesia, termasuk Kota Malang. Karsten anak kedua dari tiga bersaudara.
Handinoto dan Paulus H. Soehargo dalam buku berjudul Perkembangan Kota dan Arsitektur Kolonial Belanda di Malang (1996:115-117) menyebut, ayah Karsten adalah seorang profesor sejarah Romawi. Pamannya, Charles, adalah seorang ahli hukum. Kakek Charles merupakan seorang arsitek dan planner terkenal di Belanda. Bibi Karsten, Barta, tercatat sebagai perempuan pertama yang lulus pendidikan bidang kimia di sebuah universitas Belanda, serta menjadi kepala sekolah khusus putri di Groningen.
Karsten sekolah jurusan engineering di Sekolah Tinggi Teknik di Delft pada 1904. Kemudian berpindah jurusan bangunan lulus pada 1909 dengan hasil sangat memuaskan. Saat mahasiswa (1908), Karsten sempat menjadi anggota Woningcommisie (Panitia Perumahan) dari perkumpulan Social Technische Vereeniging. Karsten menyatakan keluar pada 31 Desember 1910.
Selain itu, ia pernah turut andil dalam pekerjaan pembuatan laporan Amsterdam Woningraad (Dewan Perumahan Amsterdam). Kegiatan yang berhubungan dengan perumahan sehingga membuat Karsten akrab dengan masalah perumahan rakyat.
Berlayar ke Hindia Belanda
Karsten berangkat ke Hindia Belanda pada 1914. Kedatangannya atas undangan Henri Maclaine Pont, rekannya selama kuliah di Delft yang berprofesi sebagai arsitek. Pont, saat itu menetap di Semarang dan mendirikan biro arsitektur. Di Semarang, Karsten menjadi Kepala Kantor Biro Pembangunan Maclaine Pont. Bersama Pont, Karsten terlibat dalam perencanaan Koloniale Tentonsteling (Pameran Kolonial di Semarang) pada 1915.

Pada 1916, Karsten ditunjuk sebagai penasihat dalam pembangunan Kota Semarang. Jabatan penasihat yang pertama diemban Karsten. Berikutnya diikuti jabatan penasihat untuk kota-kota di Hindia Belanda, termasuk Malang.
Bersama Lutjens dan Toussaint, Karsten mendirikan Biro Arsitek dan Perencana Kota pada 1917. Setelah ia mengakhiri kerjasama dengan Pont. Sejak 1924, ia berjalan sendiri bersama Schouten lalu dengan Schijfma.
“Pada tahun 1933 ia bekerja sendiri, dibantu oleh Soesilo dan Abikusno,” tulis Handinoto & Soehargo (1996:119).
Menjadi Penasihat Kota Malang
Secara resmi Thomas Karsten diangkat menjadi penasihat (adviseur) dalam perkembangan perencanaan Kota Malang Bulan Agustus 1929. Surat pengangkatan Karsten ditandatangani Walikota Malang saat itu dijabat EA. Voorneman.
Secara resmi Karsten menjadi penasihat antara 1929-1935. Meskipun sebenarnya ia sudah bekerja sebagai penasihat tidak resmi jauh sebelum diangkat. Terutama mulai pembangunan perluasan kota ke II-(Bouwplan II-di daerah Alun-Alun Bunder).
“Meskipun belum menjadi penasihat perencana kota Malang secara resmi, tapi dia sudah diminta bantuan pemikiran. Mengingat waktu itu Karsten merupakan satu-satunya orang yang dipandang ahli dalam merencanakan kota,” tulis Ana Christalina Siuriwati Suryorini (2010) dalam ’Karsten’ Dalam Perencanaan Kota dan Pemukiman Di Kota Malang dalam Jurnal NALARs Volume 9 Nomor 2 Hal 117-138.
Karsten diangkat secara resmi sebagai penasihat, lantaran memiliki pengalaman yang matang mengenai perencanaan kota di Hindia Belanda. Malang merupakan contoh sebuah kota yang direncanakan dengan baik pada waktu itu. Menyesuaikan keadaan masyarakat dan iklim setempat.

Pada 1935, Karsten membuat “Rencana Tambahan Global”. Tujuan utama perencanaan itu secara umum untuk memberikan arah pertumbuhan kota di waktu mendatang. Direncanakan lebih dari 25 tahun. Karsten merencanakan Kota Malang dibagi menjadi lingkungan-lingkungan dengan tujuan tertentu. Yakni bangunan gedung, jalan, penghijauan dan daerah pertanian.
Menurut Handinoto & Soehargo (1996:113-114), waktu perencanaan perluasan kota yang dibuat pada 1935, penduduk Kota Malang sekitar 96.000 jiwa. Perencanaan kota sebenarnya direncanakan pertumbuhan kurang lebih 25 tahun (1960).
Rencana perluasan Kota Malang yang baru dimulai setelah zaman kemerdekaan karena dirasa kurang memadai dibanding dengan percepatan pertambahan penduduk. “Kota Malang sampai 1940 memang pantas disebut sebagai salah satu kota kolonial yang paling teratur dan sekaligus terindah di Hindia Belanda,” tulis Handinoto & Soehargo.
Karsten meninggal pada akhir masa pendudukan Jepang. Saat itu Karsten, baru menjabat sebagai Lektor Luar Biasa pada Jurusan Planologi Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 1 September 1941.
Kemudian berstatus tawanan perang oleh tentara Jepang. Ketika ditahan pada 1942, daya tahan tubuhnya melemah. Karsten mengembuskan nafas terakhirnya pada April 1945, di sebuah kamp tawanan di Cimahi, Jawa Barat.
* Mahasiswa Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang
Pembaca Terakota.id bisa mengirim tulisan reportase, artikel, foto atau video tentang seni, budaya, sejarah dan perjalanan ke email : redaksi@terakota.id. Tulisan yang menarik akan diterbitkan di kanal terasiana

Merawat Tradisi Menebar Inspirasi
[…] Thomas Karsten Menyulap Malang Jadi Kota Terindah dan Teratur […]