Testamen Munir : Peringatan 16 Tahun Pembunuhan Munir

testamen-munir-peringatan-16-tahun-pembunuhan-munir
Iklan terakota

Terakota.id“Kami bosan dengan kekerasan, kami bosan dengan kebohongan…,” teriak lantang Munir dalam orasi aksi peringatan sebuah peringatan hari buruh, May Day. Selama 16 tahun pembunuhan Munir berlalu, namun dalang pembunuh tak berujung. Tak bisa diungkap dan dibuka ke publik. Rekomendasi Tim Pencari Fakta (TPF) Munir hingga kini belum direalisasikan Presiden. Tak ada penghukuman pada peristiwa keji itu. Bahkan, berbagai aksi represi berulang hingga kini.

Pengawasan terus menerus adalah harga sebuah kemerdekaan. Kehidupan itu politis, bukan karena dunia peduli mengenai apa yang Anda rasa, melainkan karena dunia bereaksi terhadap apa yang Anda lakukan. Demokrasi bisa ambruk, dan rezim bisa semena-mena terhadap hak asasi manusia. Di tengah situasi pandemi, demokrasi di Indonesia mengalami kemerosotan dan pelanggaran hak asasi manusia meningkat.

Testamen Munir adalah sebuah refleksi, pembelajaran sejarah, peringatan situasi sekarang, dan sekaligus melanjutkan semangat perjuangan Munir. Dilakukan pembacaan Testamen Munir dilangsungkan mulai 1-16 September 2020.

Testamen disampaikan Azizah Hanum, Baskara Putra, Cholil Mahmud, Danto “Sisir Tanah”, Farid Stevy, Gede Robi “Navicula”, Gusti Arirang, Iksan Skuter, Irma Hidayana, Jason Ranti, Jati Andito, Manik Marganamahendra, Nastasha Abigail, Rara Sekar, Roy Murtadho, ‘Popo’, dan Saras Dewi.

testamen-munir-peringatan-16-tahun-pembunuhan-munir

Simak Testamen Munir di Podcast Museum HAM Omah Munir melalui Spotify dan YouTube.

Menjadi alih wahana dari kumpulan tulisan yang mengulas persinggungan para sahabat dengan Munir. Membahas keberanian Munir, kesederhanaan, pilihan politik, konsistensi, hingga pandangan Munir tentang Islam dan cinta.

Terdapat pula puisi A. Mustofa Bisri, tulisan Bambang Widjojanto, Dhandy Laksono, Elizabeth Fuller Collins, Faisal Basri, Haidar Bagir, Hamid Basyaib, Sandyawan Sumardi, Ikrar Nusa Bakti, Marcus Mietzner, Maria Hartiningsih, Mochtar Pabottingi, Nono Anwar Makarim, Rachland Nashidik, Sidney Jones, Sri Rusminingtyas dan Todung Mulya Lubis.