
Terakota.id— Pemerintah Kota Malang akan mempercantik ‘Kawasan Kayutangan Heritage’ di sepajang Jalan Basuki Rahmad Kota Malang. Berita tersebut terbit di salah satu media daring pada 9 November 2021. Proyek mempercantik “Kawasan Kayutangan Heritage” dikerjakan oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Malang.
Kepala DLH Kota Malang menjelaskan sepanjang pedestrian ‘Kawasan Kayutangan Heritage’ akan ditanami berbagai bunga. Selain bunga, DLH juga berencana akan menanam pohon Tabebuya (Handroanthus chrysotrichus), di kawasan ini. Diharapkan pohon Tabebuya dapat semakin memperindah Kota Malang dan meningkatkan daya tarik kawasan pusat kota tersebut.
Beberapa tahun belakangan pohon Tabebuya memang sedang ramai dibicarakan orang. Kecantikan bunga Tabebuya yang bermekaran pun menarik minat masyarakat. Bunga Tabebuya ini sangat mirip dengan bunga Sakura.
Banyak kota dan kabupaten yang mulai menanam pohon Tabebuya di daerahnya. Misalnya saja di kota Surabaya. Keindahan pohon dan bunga Tabebuya membuat suasana di kota Surabaya seperti di Jepang.
Di Kota Malang sendiri sebenarnya sudah mulai banyak ditanami pohon Tabebuya, diantaranya di kawasan sepanjang Pasar Besar dan di sekitar alun-alun Merdeka. Bunganya yang berwarna kuning dan berbentuk seperti terompet seringkali membuat bunga ini disebut sebagai ‘bunga terompet emas’. Bentuknya menyerupai bunga sakura tapi berwarna kuning.
Namun, dari mana asal pohon Tabebuya? Pohon Tabebuya berasal dari Negara Brasil, Amerika Selatan. Dilansir dari Gardening Know How, tanaman bunga Tabebuya berasal dari genus Tabebuia dan famili Bignoniaceae. Ada lebih dari 100 jenis pohon Tabebuya yang termasuk dalam genus Tabebuia.
Beberapa varietas pohon Tabebuya bisa mencapai tinggi 49 meter. Tetapi kebanyakan hanya mencapai tinggi 7,5 meter atau kurang. Pohon Tabebuya memiliki banyak jenis tergantung pada warna bunganya. Karena jenis pohon Tabebuya ada banyak, maka warna bunganya pun sangat beragam.
Setidaknya ada enam warna yang dihasilkan dari bunga Tabebuya, tergantung dari jenisnya. Beberapa di antaranya adalah warna merah muda atau pink, putih, kuning, magenta, oranye, dan merah. Biasanya, bunga-bunga pada pohon Tabebuya akan bermekaran di bulan September sampai November.
Selain punya banyak jenis dan warna, pohon Tabebuya juga memiliki sebutan yang bervariasi bergantung pada masing-masing jenisnya. Pohon Tabebuya yang di Surabaya disebut sebagai “pohon terompet merah muda” karena bentuknya yang menyerupai terompet dan berwarna merah muda. Sementara untuk jenis pohon Tabebuya lainnya, ada yang disebut dengan nama kayu putih, cedar putih, manjack merah muda, dan tecoma.
“Desa mawa cara, negara mawa tata”. Artinya setiap daerah memiliki cara dan tata pemerintahannya sendiri-sendiri. Beda Surabaya, beda pula di Malang. Setiap daerah harus punya ciri khas masing-masing. Apalagi rencana penanaman pohon ini di ‘Kawasan Heritage’. Kawasan Heritage tidak bisa disamakan dengan kawasan umum lainnya. Kawasan Heritage memerlukan perlakuan khusus karena harus menampilkan image ke-heritage-nya.
Selama ini pembangunan ‘Kawasan Kayutangan Heritage’ telah jauh dari sejarahnya. Tiga ‘pulau’ batu andesit hanyalah materi bangunan baru yang sama sekali tidak terkait dengan kesejarahan Kayutangan. Begitu pula pedestrian baru yang baru saja selesai dibangun. Materi batu ampyang sama sekali tidak mendekati imaji Kayutangan di masa lalu. (Saya sudah pernah memposting terkait pedestrian ini beserta foto pedestrian Kayutangan pada masa Hindia Belanda).

Untuk penanaman pohon dan bunga khusus-nya di ‘Kawasan Kayutangan Heritage’ sepatutnya dilakukan penelitian dan kajian terlebih dahulu, pohon dan bunga apa yang dulu terdapat di kawasan tersebut. Sebagai contoh kita bisa lihat di ‘Kawasan Idjen Heritage’. Di kawasan tersebut berjajar pohon palem pada pedestriannya. Hal ini sesuai dengan keaslian lingkungan yang terdapat di kawasan Idjen sejak masa Hindia Belanda. Hal ini penting untuk menampilkan citra ke-heritage-an dari masing-masing kawasan heritage.
Sebenarnya ada salah satu pohon yang bisa dan layak ditanam di ‘Kawasan Kayutangan Heritage’. Pohon tersebut adalah ‘Pohon Kayutangan’. Pohon Kayutangan ini pernah ditanam langsung oleh Bapak Sutiaji selaku Walikota Malang di saat peresmian ‘Kawasan Kayutangan Heritage’ sebagai ‘Ibu Kota Heritage Malang Raya’ pada 30 Agustus 2019.

Setelah penanaman secara simbolis, direncanakan pohon Kayutangan akan ditanam di sepanjang kawasan Kayutangan. Tetapi rencana ini tidak berjalan. Bahkan empat pohon yang ditanam secara simbolis pun saat ini sudah tidak diketahui keberadaannya. (Ulasan mengenai Pohon Kayutangan sudah pernah saya posting dan diunggah oleh beberapa media daring).
Penanaman pohon Kayutangan kali kedua saya lakukan bersama teman-teman pada 26 Oktober 2021 di depan eks Bioskop Merdeka di saat teman-teman Kedai Merdeka menanam berbagai tanaman disana. Mereka prihatin karena sejak proyek pembangunan Kayutangan Heritage yang selesai pada awal 2021 tersebut sama sekali belum ditanami pohon dan berbagai bunga.
Kiranya penanaman pohon pun tidak bisa hanya sekadar dilakukan, karena terkait dengan “toponimi” yang merupakan cerminan realitas internal manusia dalam pemberian nama tempat. Toponimi menunjukkan pengetahuan dan pengalaman budaya pendukungnya dalam memberi nama bagian permukaan bumi sebagai tempat “place”, tidak sekedar ruang fisik “space”.
Salam Lestari Budaya.
Pembaca Terakota.id bisa mengirim tulisan reportase, artikel, foto atau video tentang seni, budaya, sejarah dan perjalanan ke email : redaksi@terakota.id. Tulisan yang menarik akan diterbitkan di kanal terasiana.

*Presidium Sejarah Jatim