Aktivis Mupalas, KTP dan Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton) menguji kualitas air sungai Tambak Wedi Surabaya. (Foto : Ecoton).
Iklan terakota

Terakota.idMahasiswa pecinta alam Universitas Muhammadiyah Surabaya (Mupalas) menyusuri sungai Tambak Wedi, Kenjeran, Surabaya. Naik perahu, sepanjang badan sungai dipenuhi buih putih. Ini bukan salju di Negara subtropis, tapi buih detergen.

“Dua tahun lagi ekosistem sungai Tambak Wedi buyar,” kata pengurus harian Mupalas Faisol Mardiono, Kamis 18 Maret 2021.

Mupalas dan Komunitas Tolak Plastik Sekali Pakai (KTP) meneliti air sungai Tambak Wedi. Hasilnya, aliran air tercemar detergen. Kandungan Phospat sebesar 45 parts per million (ppm), sedangkan Total Dissolve Solid (TDS) atau kandungan ion terlarut mencapai 4015 hingga 5012 ppm.

“Padahal baku mutu air sungai parameter TDS harus kurang dari 1500 ppm dan kadar phospat tidak boleh lebih dari 5 ppm,” kata peneliti KTP Miftakhul Rohmah. Sungai Wedi Awu, katanya, tertemar phospat dan klorin.

Sungai Tambak Wedi Surabaya tercemar detergen. (Foto : Ecoton).

Sembilan aktivis Mupalas, KTP dan Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton) juga meneliti mikroplastik dan menguji kualitas air. Contoh air diambil dari tiga lokasi di muara sungai Tambak Wedi dengan menggunakan alat TDS, pengukur phospat, amonium, pH meter, klorin dan plankton net untuk mengambil sampel mikroplastik.

Hasil penelitian menunjukkan TDS 4015 ppm hingga 5012 ppm. Parameter tersebut (melebihin baku mutu yang ditetapkan sebesar 1500 ppm. Sedangkan Phospat 45 ppm, melebihi baku mutu sungai kelas empat sebesar 5 ppm. Sesuai Peraturan Pemerintah 82 tahun 2001 tentang  Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air.

Sedangkan pH 8,6, menunjukkan jika air kondisi basa. Kondisi pH tinggi dan Phospat jauh di atas baku mutu menunjukkan kondisi sungai Wedi mengandung detergen. Deterjen mengandung senyawa karsinogenik yang tidak dapat terurai di alam.  Sehingga dalam jangka panjang akan menghancurkan ekosistem sungai Tambak Wedi dan selat Madura.

Aktivis Mupalas, KTP dan Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton) menguji kualitas air sungai Tambak Wedi Surabaya. (Foto : Ecoton).

Phospat berbahaya karena akan menghambat penguraian bahan organik di perairan. Menyebabkan eutrofikasi atau penyuburan perairan sehingga terjadi ledakan populasi alga yang akan menurunkan oksigen terlarut. Akibatnya bisa menyebabkan kematian biota air dan ikan.

Buih dan busa yang timbul di permukaan juga menghalangi penetrasi matahari ke kolom air. Sehingga menghambat fotosintesis dan mengganggu mobilitas biota perairan. Menyebabkan pH air menjadi basa dan bisa membahayakan kehidupan biota air.

Tinggalkan Komentar

Silakan tulis komentar anda
Silakan tulis nama anda di sini