Terakota.id–Beragam cara dilakukan warga Malang untuk memperingati hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2018. Mulai bermusik sembari mengenalkan lagu daerah kepada pelajar Sekolah Dasar, membentangkan bendera di pantai hingga pemuda berikrar damai dan merawat toleransi. Semua terinspirasi semangat Sumpah Pemuda.
Sekitar 500 siswa SD duduk di halaman Sekolah Menengah Pertama (SMP) PGRI 1 Dau, Kabupaten Malang. Mereka menyimak Arbanat String Ansamble pimpinan Sugiarto alias Ugik Arbanat bermain instrumen musik akustik. Meliputi sape alat musik asal Dayak, gitar, seruling, uku lele dan biola.
Mereka memainkan lagu nasional dan lagu daerah. Tak ketinggalan, mereka mengajak para pelajar SD untuk bernyanyi bersama. Menyanyikan lagu daerah yang kadang asing di telinga mereka. Misalnya lagu Gending Sriwijaya dari Sumatera Selatan, dan Yamko Rambe Yako dari Papua.
“Kami miris dan prihatin, banyak pelajar SD yang tak tahu lagu daerah,” katanya. Untuk itu, Arbanat rutin saban tahun menggelar konser bertajuk Simfoni Tjinta Tanah Air untuk memperingati sumpah pemuda dan peringatan hari kemerdekaan. Tujuannya, agar mengenal dan memahami lagu daerah sejak dini.
Mengingat Indonesia memiliki keragaman seni dan budaya. Termasuk memiliki beragam lagu daerah. Arbanat yang biasa memainkan irama lagu klasik terpanggil untuk menggelar roadshow atau pertunjukan keliling ke sekolah dasar. Saat konser setidaknya mereka memainkan 12 lagu.
Mengenal lagu daerah, kata Ugik, sekaligus untuk menanamkan toleransi dan merawat keberagaman. Indonesia direkatkan oleh suku bangsa dan budaya yang berbeda. Perbedaan adalah karunia Tuhan yang harus dirawat dan dijaga.
Sementara Sekitar 100 an pemuda, pelajar dan mahasiswa menggelar peringatan di pantai Kondang Merak, Bantur, Kabupaten Malang. Mereka menggelar apel, menyanyikan lagu nasional, mengucapkan sumpah pemuda dan membentangkan bendera merah putih.
Para pemuda yang terdiri dari pegiat lingkungan, mahasiswa kelautan dan fotografer ini juga melakukan transplantasi atau mencangkok terumbu karang. Terumbu karang di kawasan pesisir Kondangmerak rusak akibat nelayan menggunakan bom ikan dan potasium.
Acara bertajuk Salam untuk Indonesia ini menggerakkan pemuda agar peduli dengan kelestarian lingkungan di sekitar kita. Utamanya lingkungan di Malang. Padahal kawasan pesisir dan hutan lindung merupakan habitat bagi aneka satwa langka dan burung. Selain itu secara ekologis hutan memiliki peran penting dalam mencegah bencana alam seperti longsor dan abrasi.
“Salam untuk Indonesia mengajak pemuda untuk menjaga integritasnya dalam menjalankan misi konservasi dan pemberdayaan masyarakat,” ujarnya.
Sementara pemuda lintas iman dan suku bangsa menggelar deklarasi pemuda damai dan mengalang dana untuk bencana di Palu dan Donggala. Aksi diawali dengan pentas musik perdamaian. Deklarasi diselenggarakan oleh Duta Damai bekerjasama dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
“Sumpah Pemuda menginspirasi kami untuk menjaga perdamaian,” kata pemuda duta damai, Muiz Idinillah. Untuk memperingati 90 tahun Sumpah Pemuda ini, kata Muiz, pemuda di Malang menyumbang sumbangsih dengan deklarasi damai. Tak hanya berhenti dalam deklarasi, mereka menyiapkan kampanye damai dan merawat toleransi melalui media sosial.
Ia berharap semakin banyak anak muda yang tergerak ikut merawat keberagaman dan toleransi. Tujuannya untuk melawan paham intoleransi, ekstrimisme, radikalisme dan terorisme. Lantaran mereka lebih dulu menggunakan media sosial dan internet sejak lama.
Jalan, baca dan makan