
Terakota.id—Selama tujuh hari berlangsung proses ekskavasi di Situs Sekaran di Desa Sekarpuro, Pakis, Kabupaten Malang. Membuka lapis demi lapis permukaan tanah, untuk sementara ditemukan empat struktur batu bata.
Keempat struktur bata situs yang berada di lokasi proyek Tol Pandaan-Malang memiliki bentuk berbeda. Termasuk penyusunan batu bata di setiap struktur juga tidak seragam. Sehingga terindikasi kemajuan teknologi pembangunan struktur bangunan sejak masa pra Majapahit.
Arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan, Jawa Timur, Wicaksono Dwi Nugroho menjelaskan struktur bata ditata dengan teknik batu gosok. Dengan menggunakan teknik campuran tanah liat. Dua teknik yang sama-sama dipakai pada masa itu.
“Kedua teknik ini tak merujuk periodesasi pembangunan, tapi lebih pada fungsi bangunan,” kata Wicaksono.

Struktur bata yang kali pertama ditemukan, memiliki 15 lapis bata kosot atau kosok (gosok). Struktur bata disusun dengan teknik menggosok dua bata basah, sehingga menghasilkan cairan semen merah sebagai perekat. Ukuran bata pun relatif lebih tebal. Teknik gosok mampu menahan kapilarisasi air atau masuknya air dari celah sempit.
Biasanya, teknik ini dipakai pada bangunan petirtaan (kolam pemandian) maupun bangunan yang butuh kestabilan cukup tinggi seperti pintu gerbang. Struktur bata yang pertama ditemukan di lokasi situs, diperkirakan berbentuk pintu gerbang.
“Teknik batu kosok itu jauh lebih kuat dan tahan lama. Istilahnya jauh lebih mahal,” ujar Wicaksono.
Sedangkan struktur bata yang baru ditemukan, berada di area tengah lokasi ekskavasi. Mirip pondasi berbentuk segi empat dengan 4 lapis bata. Struktur bata disusun menggunakan campuran tanah liat sebagai perekat. Teknik kedua biasanya digunakan untuk menyusun pondasi konstruksi yang tak membutuhkan beban telalu tinggi.
Penggalian Meluas
Penggalian Situs Sekaran semakin meluas dari titik awal lokasi temuan. Sekarang ini area penggalian sudah sejauh 15 meter ke arah barat daya dan membentang 25 meter arah ke utara selatan dari titik awal temuan. Diperkirakan akan juga mengarah ke sisi utara.
“Ini baru sayap selatan, bisa terus meluas karena di utara ditemukan indikasi reruntuhan bata,” ucap Wicaksono.
Namun masih harus disingkap lagi lapisan tanah dipermukaan atasnya. Strategi penggaliannya, membuka secara horizontal untuk mengejar sebaran bata yang terpendam. Kalau seluruh lapisan tanah terbuka, tinggal mengupas reruntuhan bata sedikit demi sedikit.

“Itu untuk menampakkan pondasi yang ada di reruntuhan. Dari temuan awal, ada indikasi ini tatanan sebuah kompleks bangunan,” kata Wicaksono.
Kompleks bangunan sejak zaman pra Majapahit ini diduga berorientasi menghadap timur laut atau ke arah Gunung Semeru. Sedangkan di belakangnya arah barat daya ada Gunung Kawi. Situs Sekaran diyakini ada sejak abad 10 masa Mataram Kuno periode Jawa Timur dan bertahan hingga abad 15 akhir kejayaan Hayam Wuruk raja Majapahit.
Sebagai sebuah desa kuno di tepi Kali Amprong dengan peradaban cukup maju masa itu. Ada banyak temuan lepas tak jauh dari lokasi situs. Artefak berupa pecahan gerabah, keramik sampai perhiasan. Termasuk arung atau saluran air kuno tak jauh dari Situs Sekaran.

Redaktur Pelaksana
[…] Situs Sekaran dan Teknologi Konstruksi Masa Pra Majapahit […]