Terakota.id—Ditemukan struktur batu kuna di Desa Langlang, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Kamis 23 Juli 2020. Struktur batu bata kuno diperkirakan berasal dari masa Mataram Kuno atau pra Singhasari. Dibutuhkan penelitian mendalam untuk mengetahui bentuk dan fungsi truktur batu bata kuno tersebut. Atas temuan tersebut, Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur turun meneliti temuan.
Kepala Seksi Perlindungan dan Pemanfaatan BPCB Jawa Timur, Nugroho Harjo Lipito menjelaskan dibutuhkan kajian dan penelitian lebih lanjut.untuk menentukan periode waktu struktur bangunan berasal. Dilihat dari struktur batu bata diperkirakan berasal pada masa Mataram Kuno atau masa sebelum berdiri Singhasari.
“Mataram Kuno masa Mpu Sindok tersebar di Malang Utara termasuk Singosari sampai ke Kota Batu,” katanya.
Struktur batu bata kuno ini pertama kali ditemukan Tim Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap (PTSL) Badan Pertanahan Nasional secara tak sengaja saat mengukur tanah di Desa Langlang. Mereka menemukan pecahan bata kuna, batu lumpang dan batu bertanda bintang pada 7 April 2020. Tim PTSL Langlang Akhmad Firdaus menyampaikan temuan kepada Komunitas Jelajah Jejak Malang (JJM)
Pada Sabtu, 4 April 2020 anggota tim mengambil sebuah pecahan bata kuna yang berada di permukaan tanah dan disimpan di sekretariat desa setempat. Mereka ingin mengetahui kesejarahan Desa Langlang. “Temuan itu disimpan dan disampaikan kepada pihak terkait,” kata Akhmad Firdaus.
Ketua JJM Restu Respati menjelaskan usai mendapat informasi temuan tersebut, ia bersama arkeolog dan sejarawan Universitas Negeri Malang Dwi Cahyono meninjau lokasi temuan. Artefak itu ditemukan di sebuah ladang singkong milik Roni. “Di dalam kebun ditemukan banyak pecahan bata kuno, pecahan gerabah dan pecahan keramik,” katanya.
Lantas, setelah mendapat izin pemilik lahan, digali lapisan tanah sedalam 10 centimeter sampai 20 centimeter. Tampak struktur bata kuna ukuran panjang 38 centimeter, lebar 28 centimeter dan tebal 10 centimeter. Tahap awal digali seluas tiga meter persegi. “Jadi belum tahu seberapa luas dan bentuk sesungguhnya,” kata Restu.
Di lahan berjarak sekitar dua meter dari galian tanah pertama, tim JJM kembali membuka lapisan tanah yang ditarik garis dari struktur bata kuno yang tampak di saluran irigasi ladang. Ternyata ditemukan struktur batu bata kuno yang diperkirakan tepian dari struktur.
“Kami gali sampai tampak dua tumpukan bata. Tapi kami hentikan karena ada perbedaan kekerasan tanah,” ujarnya. Kegiatan dihentikan, lapisan tanah diurug kembali seperti semula. Lantas temuan didisebut Situs Langlang.
Sementara berjalan ke arah barat sejauh 100 meter ditemukan batu lumpang berdiameter 70 centimeter dan tinggi 45 centimeter. Lubang ceruk batu lumpang berdiameter 20 centimeter dengan kedalaman 15 centimeter. Bentuk batu lumpang tak bulat silindris, permukaan atas terdapat batu dakon dengan 12 lubang.
Sedangkan sisi kanan dan kiri lubang ceruk terdapat masing-masing dua sayatan batu gores. Ada cerat air yang mengarah ke luar dari lubang ceruk. Salah satu sisi samping batu lumpang berbentuk seperti kepala hewan.
Selanjutnya, berjalan kearah barat sekitar 100 meter dari temuan batu lumping di dekat sumber mata air Sumber Pakem ditemukan batu bergambar bintang. “Sepertinya ini hanya batu biasa yang digores orang iseng berbentuk bintang,” katanya.
Jalan, baca dan makan