Iklan terakota

Terakota.id–The Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ) atau Masyarakat Jurnalis Lingkungan Indonesia dan Yayasan EcoNusa menggelar Kelas Belajar Journalist Fellowsea “Menjaga Laut dengan Jurnalisme Data”, sejak Maret 2021. Total sebanyak 130 jurnalis dari berbagai wilayah di Indonesia mengajukan usulan liputan isu kelautan dan perikaan. Sebanyak 15 jurnalis di antaranya mendapatkan hibah peliputan pada April-Mei 2021.

Setelah proses kelas dan pendampingan, panitia memutuskan tiga karya terbaik dari peserta kelas belajar Journalist Fellowsea “Menjaga Laut dengan Jurnalisme Data” SIEJ-EcoNusa. Terbaik pertama  karya Haris Prabowo dari Tirto.id berjudul Nasib Nelayan Halmahera Timur Berjibaku dengan Limbah Tambang Nikel, terbaik kedua karya Abdus Somad dari Jaring.id berjudul Rusaknya Ekosistem Pulau di Seberang PLTU Jawa 7 dan terbaik ketiga Kennial Laia dari Betahita.id berjudul Telantar di Tengah Wabah

Ketua SIEJ, Rochimawati menjelaskan Kelas Belajar Journalist Fellowsea SIEJ-EcoNusa merupakan bagian dari program peningkatan kapasitas jurnalis dengan topik kelautan dengan pendekatan jurnalisme data. Program ini menjadi salah satu isu penting dalam konteks pelestarian lingkungan, khususnya laut.

“SIEJ menaruh perhatian besar terhadap isu kelautan dan perikanan karena butuh upaya besar bagi jurnalis untuk mengeksplorasi isu ini,” katanya dalam siaran pers yang diterima Terakota.id. Belum lagi tingkat kesulitan di lapangan, SIEJ mencoba memfasilitasinya.

Upaya menjaga dan melestarikan lingkungan, kata Ochi, terlihat dari beragam topik dan wilayah yang diajukan penerima hibah liputan. Mulai dari isu sampah daratan yang bocor ke sungai hingga mencemari laut, fenomena terdamparnya paus, budidaya udang yang mencemari kawasan pesisir, kegiatan pertambangan dan dampaknya kepada masyarakat dan laut, hingga patroli pengawasan ikan yang kewalahan menghadapi pencurian ikan di perairan Natuna.

“Para peserta berusaha menghadirkan cerita dengan bukti dari data-data terbuka yang mereka dapatkan. Ini menjadi tantangan tersendiri karena data terbuka sangat minim,” kata Ochi.

Dalam program ini, peserta mengikuti kelas daring selama 12 jam serta pendampingan selama satu bulan.  Mayoritas peserta mengakui peningkatan kapasitas berbasis jurnalisme data. Salah satu penerima hibah Jurnalis beritamanado.com Findamorina Muhtar  mengungkapkan banyak mendapatkan pengetahuan baru terkait isu kelautan dan perikanan dalam kelas ini.

“Kami juga dapat materi mengumpulkan, analisis, dan menunjukkan data secara tepat. Isu lingkungan penting karena saat menjaga lingkungan, kita menjaga keberlangsungan hidup manusia,” tuturnya.

CEO Yayasan EcoNusa, Bustar Maitar menjelaskan, peliputan isu kelautan dan perikanan, termasuk nelayan di dalamnya. Sedikit berbeda dengan isu lingkungan hidup di daratan seperti hutan. “Kalau di laut ini agak susah menjangkaunya,” terang dia.

Munculnya liputan dari jurnalis terkait isu-isu laut dan perikanan, ujar Bustar, harus menjadi sumber informasi bagi publik. Terlebih, 70 persen wilayah Indonesia merupakan wilayah perairan. Jutaan orang yang menggantungkan hidupnya dari laut.

“Pemerintah bilang laut itu masa depan bangsa, tapi selama ini laut kita belakangi. Konteks laut bukan masa depan bangsa jadi harus diekploitasi tapi harus dijaga agar bisa berikan kehidupan buat kita,” ujar Bustar.

Salah satu pendamping peserta, Joni Aswira Putra menuturkan, secara umum karya para peserta cukup baik dalam pemilihan topik liputannya. Tantangan yang paling terasa adalah pencarian data terbuka yang bisa membantu peserta menajamkan analisis dan liputannya.

“Semoga hal ini bisa jadi masukan bagi badan publik, khususnya terkait data-data lingkungan,” tutur Joni. Program Kelas Belajar ini diharapkan dapat menjadi bekal bagi para peserta, khususnya untuk liputan isu lingkungan di wilayahnya masing-masing.

 

 

Tinggalkan Komentar

Silakan tulis komentar anda
Silakan tulis nama anda di sini