
Terakota.id—Memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2021, Masyarakat Jurnalis Lingkungan Indonesia atau The Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ) mendorong jurnalis dan pengelola media turut membantu proses pemulihan Bumi melalui karya jurnalistik. Yakni dengan mengungkap dan menyampaikan isu lingkungan secara komprehensif.
Ketua Umum SIEJ, Rochimawati menuturkan penyebaran informasi mengenai isu lingkungan hidup terus bertambah dari sisi kuantitas dan kualitas. Namun belum cukup, banyak isu lingkungan hidup yang perlu diurai secara mandalam dan utuh. Misalnya, mengenai ambisi pemerintah untuk mewujudkan setengah juta kendaraan listrik, perlu dikaji menyeluruh.
“Alih-alih mengurangi pemanfaatan energi fosil. Dukungan terhadap industri mobil listrik perlu dikawal, terkait tambang nikel yang berpotensi menjadi bencana di bagian timur Indonesia,’ kata Rochimawati dalam siaran pers yang diterima Terakota.id, Sabtu 5 Juni 2021.
Keterlibatan Indonesia pasca Paris Agreement pada The Conference of Parties (COP) dan United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) ke-21 pada 2015 dalam konteks transaksi jual beli sertifikat emisi karbon juga belum memperlihatkan hasil yang menggembirakan. Catatan Forest Watch Indonesia sepanjang 2000 sampai 2017 Indonesia telah kehilangan lebih dari 23 juta hektare hutan.

“Setara dengan 75 kali luas Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta,” katanya. World Resources Institute menempatkan Indonesia sebagai negara nomor tiga sedunia yang paling banyak kehilangan hutan hujan primer akibat deforestasi. Konversi hutan menjadi perkebunan kelapa sawit, pertambangan, dan kebakaran hutan menjadi penyebab utama deforestasi.
Pemerintah juga menargetkan pengurangan sampah hingga 30 persen pada 2025 mendatang. Setidaknya pemerintah membangun 12 proyek pembangkit listrik tenaga sampah untuk memenuhi target tersebut. Kementerian Lingkungan Hidup mendorong realisasi proyek itu, meski banyak kritik dari pemerhati lingkungan mengenai dampak bahaya dari proses pembakaran sampah.
“Jurnalis kerap terjebak dalam konsep circular economy yang keliru saat merespon tanggung jawab dari produsen,” katanya. Lantaran secara global, sampah yang berhasil ditarik, didaur ulang, dan digunakan kembali tak lebih dari 10 persen. Selebihnya, berakhir di tempat pembuangan sampah.
Ujung-ujungnya, industri mengandalkan proses ekstraksi minyak bumi untuk memproduksi lebih banyak sampah, seperti kemasan satu kali pakai. Sampah yang mencemari aliran sungai dan bermuara ke laut, bakal mengancam ekosistem dan biota laut.
Untuk itu, SIEJ mengajak seluruh jurnalis tidak bosan dan lelah mengangkat berbagai topik seputar lingkungan hidup dalam praktik jurnalistik. “Ini merupakan harapan dan bentuk partisipasi jurnalis yang berpihak pada lingkungan,” kata Rochimawati.

Tema Hari Lingkungan Hidup 2021 adalah ”Ecosystem Restoration” atau “Restorasi Ekosistem.” Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia juga menandai peluncuran Dekade Restorasi Ekosistem Persatuan Bangsa-Bangsa 2021 – 2030.
Dekade PBB untuk memulihkan ekosistem yang terdegradasi dan hancur untuk memerangi krisis iklim. Mencegah hilangnya satu juta spesies dan meningkatkan ketahanan pangan, pasokan air dan mata pencaharian. Tema ini dianggap tepat saat masih dalam pandemi COVID-19.

Jalan, baca dan makan