
Terakota.ID— Setiap hari, total sebanyak 130 ton sampah yang dihasilkan penduduk, dan pelaku usaha wisata di Kota Batu. Sampah sebagian besar diangkut ke Tempat Pengelolaan Akhir (TPA) Tlekung, Kota Batu. Untuk itu, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Batu menggandeng Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Batu menyelenggarakan pelatihan pengelolaan sampah. Diikuti 50 peserta dari komunitas bank sampah, pegiat lingkungan dan pemerintah Desa Sumbergondo, Kota Batu pada Rabu, 14 Juni 2023.
Menghadirkan aktivis Yayasan Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (ECOTON) melatih Zero Waste City melalui kegiatan komposting dan pengurus Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu Reuse Recycle dan Reduce (TPST-3R) Ngantang Kabupaten Malang menjelaskan operasional TPST-3R. “Pelatihan dan sosilasisasi ini merupakan bentuk strategi dalam menyelesaikan permasalahan sampah di Kota Batu,” kata Wakil Ketua DPRD Kota Batu Heli Suyanto dalam dalam siaran pers yang diterima Terakota.ID.
TPA Tlengkung belum bisa menampung sepenuhnya sampah masyarakat Kota Batu. Sehingga dibutuhkan upaya mengurangi dan mengelola sampah yang tepat. Seperti yang dilakukan warga Desa Sumbergondo, yang mengelola sampah mandiri. Permasalahan sampah di Kota Batu, katanya, tidak lepas dari menumpuknya sampah yang berakhir ke TPA Tlekung.
“Inisiatif mengelola sampah di Sumbergondo perlu diperluas di desa lain,” kata Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup Kota Batu, Suparman. Sehingga setiap desa, pelaku usaha wisata dan hotel bisa mengelola sampah secara mandir. Jika dikelola, katanya, sampah bisa menjadi sumber ekonomi.
Setelah pelatihan diharapkan desa menerapkan mengelola sampah dengan TPS-3R, dimulai dengan memilah sampah dari sumbernya. Pelatihan diharapkan berkeberlanjutan, untuk meminimalisir sampah yang yang dikirim ke TPA. Yang penting, katanya, juga menyediakan fasilitas persampahan seperti tempat sampah dan komposter.

Selain itu, juga bisa mengembangkan objek wisata dengan konsep bebas sampah. Serta desa bisa mengembangkan wilayah menjadi Zero Waste. Zero Waste merupakan upaya konservasi sumberdaya alam dengan cara produksi, penggunaan kembali dan pemilahan semua produk, kemasan dan bahan yang bertanggung jawab. Tanpa membakar dan ditimbun sembarangan yang bisa mencemari tanah, air atau udara yang mengancam lingkungan dan kesehatan.
Koordinasi Divisi Edukasi ECOTON, Mohammad Alaika Rahmatullah menuturkan selama ini sampah dikelola dengan paradigma lama dengan sistem konvensional. Mulai mengumpulkan, mengangkut, dan dibuang. Seharusnya, katanya, mulai menerapkan pola zero waste dengan melibatkan masyarakat untuk turut bertanggung jawab atas sampah yang dihasilkan.
“Mulai dari memilah sampai penerapan ekonomi sirkular. Sistem ini berhasil dilakukan di Kampung Zero Waste Tempurejo Kota Kediri dan Kampung Siba Kabupaten Gresik. Masyarakat memilah, mengolah sampah mulai dari sumbernya,” ujarnya.
Sedangkan, pengurus TPST-3R Ngantang, Iwan menyampaikan sampah merupakan memiliki potensi untuk dimanfaatkan kembali. Seperti mengolah sampah organik menjadi kompos, dengan diolah oleh kelompok swadaya masyarakat. “Pola ini bisa diterapkan di Kota Batu untuk mengurangi beban sampah yang berakhir ke TPA Tlengkung,” ujarnya.

Jalan, baca dan makan