Terakota.id–Minggu pagi lalu, saya melihat kampung-kampung ramai. Gang-gang sempit perumahan meriah. Sejumlah jalan desa ditutup. Tanah lapang juga dipadati warga. Mereka sedang merayakan kemerdekaan RI ke 74 dengan sejumlah lomba. Aneka lomba untuk anak-anak dibuat. Tak mau kalah, lomba untuk remaja dan dewasa juga digelar.
Seperti yang telah rutin, lomba balap karung, makan krupuk, memasukkan paku dalam botol, jalan pakai bakiak, gigit sendok berisi kelereng, bapak-bapak sepak bola pakai daster, dan aneka lomba lainnya. Pagi itu saya tertarik menyaksikan lomba panjat pinang. Di tanah lapang, pohon pinang dengan aneka hadiah di atasnya sudah tertancap tegak. Ada sepeda gunung yang diikat di bagian atas pohon pinang itu. Ada juga kipas angin, kompor gas, dan banyak hadiah yang diikat tali rafia di puncak pohon pinang itu.
Pohon pinang itu dilumuri cairan semacam oli biar licin. Sejumlah laki-laki dewasa dan remaja bersiap. Mereka lepas baju. Telanjang dada. Beberapa melakukan pemanasan dengan menggerak-gerakkan kaki dan tanggannya. Ada yang kurus, tak jarang yang berbadan tambun. Ada yang tinggi, yang pendek juga banyak. Mereka adalah peserta lomba. Mereka berharap dapat memanjat pinang hingga sampai puncak dan meraih hadiah utama berupa sepeda genjot itu.
Itulah adu panjat pinang yang sering dilombakan dalam memeriahkan hari kemerdekaan. Ada filosofi yang terkandung dalam lomba ini. Ada makna tanda di balik perlombaan ini. Menurut Ilmu makna tanda (semiotika), panjat pinang punya banyak makna. Permainan panjat pinang juga mengandung makna yang bisa digunakan untuk melihat kondisi politik tanah air. Pohon pinang, area pohon yang licin, peserta yang harus membuat strategi dan cara agar mencapai puncak, dan segala perilaku dalam perlombaan ini serupa dengan permainan politik.
Makna Pesan Panjat Pinang
Konon panjat pinang sudah ada sejak zaman Belanda. Permainan ini awalnya diadakan ketika orang Belanda mengadakan acara pernikahan atau hajatan lainnya. Dalam perkembangannya, panjat pinang pernah jadi kontroversi. Terlepas dari kontroversinya, beberapa pesan dalam panjat pinang sejatinya mengandung unsur edukasi.
Coba kita bedah beberapa diantara makna pesan baik panjat pinang. Dalam permainan panjat pinang dibutuhkan suatu tim yang kompak dan solid. Tim harus mampu bekerja berkelompok dan bergotong royong. Semua member tim harus kerja keras, pantang menyerah agar dapat mencapai puncak pohon pinang dan mengambil hadiahnya.
Tak semua dalam tim panjat pinang secara bersamaan dapat mencapai puncak. Hanya satu yang dapat meraih posisi mencapai puncak. Namun satu yang di puncak itu berkat bantuan sejumlah orang di bawahnya. Satu orang itu diusung dan didukung oleh beberapa orang tim. Mereka rela diinjak oleh orang diatasnya. Mereka rela berkorban demi seseorang mampu menggapai puncak. Prestasi mereka yang sampai puncak merupakan keberhasilan bersama.
Dalam kerja tim ini sesama anggota harus bisa menghilangkan egonya masing-masing. Tak bisa lantas semua pingin jadi orang yang berposisi di atas. Semua harus menyadari posisi dan kemampuannya masing-masing. Yang berbadan tambun tentu lebih pas berada di posisi dasar yang harus menopang beberapa orang diatasnya. Semua anggota tim harus sadar posisinya masing-masing.
Ketika seseorang yang diusung sampai di puncak pinang, maka dia bisa mengambil dan memilih hadiah apa saja untuk dinikmatinya sendiri terlebih dahulu. Bila di gantungan hadiah itu ada makanan atau minuman, maka dia bisa mengambil dan menikmatinya terlebih dahulu. Namun tak semua hadiah itu bisa jadi miliknya seorang. D
ia harus membawa semua hadiah itu untuk semua anggota tim. Dia harus mampu mengambil dan membagi-bagikan hadiah secara adil, sesuai kontribusi dari masing-masing orang yang ada dalam tim.
Selain punya makna pesan positif, panjat pinang juga dapat bermakna buruk. Tergantung cara pandang orang dalam melihatnya. Dalam panjat pinang orang yang berposisi di atas harus menginjak-injak mereka yang berada di bawah. Simbol ini tentu bisa bermakna bahwa untuk memperoleh keberhasilan, orang bisa melakukannya dengan menginjak-injak temannya sendiri.
Politik Panjat Pinang
Makna pesan dalam permainan panjat pinang sebenarnya bisa digunakan untuk melihat kehidupan politik tanah air. Permainan politik Indonesia saat ini bisa serupa panjat pinang. Artinya politik bisa dilihat sebagai permainan yang mengandung makna pesan positip edukatif seperti dalam permainan panjat pinang.
Namun pada cara pandang yang lain, politik juga bisa dilihat dalam kenyataan bahwa untuk mencapai kemenangan orang harus menempuh cara dengan menginjak-injak orang lain. Seperti dalam permainan panjat pinang, dalam politik juga ada pembagian kekuasaan sebagai hadiah. Si pemanjat yang sampai di puncak harus disadari dia bisa sampai di posisi itu karena kontribusi dari mereka-mereka yang berada dibawahnya.
Serupa dengan panjat pinang, politik adalah kerja tim (team work). Di sini diperlukan kerjasama yang solid dan perlu kerelaan menanggalkan segala macam ego pribadi. Kalau semua berambisi jadi yang teratas, berada di pucuk pimpinan tentu tak bisa. Semua harus berproses sesuai dengan kondisi dan kapasitasnya. Yang di atas juga tak boleh jumawa. Dia harus sadar bahwa tanpa peran serta yang dibawahnya dia itu bukan apa-apa.
Komaruddin Hidayat pernah membuat buku yang bertajuk Politik Panjat Pinang yang rilis tahun 2006. Dalam bukunya Komaruddin mengingatkan bahwa dalam permainan politik ala panjat pinang diperlukan peran agama. Idealnya bisa rajut antara kehidupan politik dan moral agama. Komaruddin menyebut bahwa tindakan dan kebijakan politik tak bisa dibenarkan jika keluar dari moralitas universal seperti yang diajarkan oleh agama.
Realitas saat ini yang menjadikan politik seperti perlombaan panjat pinang karena agama tak dipahami substansinya. Agama sering dipahami sebagai sesuatu yang serba formal, kaku, keras, dan intoleran belaka.
Dalam merayakan Kemerdekaan RI ke 74 ini menarik direnungkan makna pesan permainan panjat pinang yang direlasikan dengan kehidupan politik tanah air. Esensinya politik adalah permainan. Layaknya sebuah game, maka politik harus menjunjung fairplay. Karena dengan permainan politik yang fair akan menjadikan game itu dapat dinikmati dengan menyenangkan dan mampu memberi kemanfaatan pada semua yang terlibat bermain maupun bagi mereka yang hanya menjadi penonton saja.(*)
*) Penulis Adalah Pegiat Literasi Media, Dosen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Muhammadiyah Malang.
Penulis adalah Pegiat Literasi Media, Dosen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Muhammadiyah Malang