Cica daun atau Cucak Ijo
Cica daun besar (Alan OwYong-Burung Indonesia)
Iklan terakota

Terakota.id – Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru menjadi habitat bagi lebih dari seratusan jenis burung. Di antaranya ada belasan jenis burung maupun raptor (burung pemangsa) masuk kategori langka dan dilindungi. Ironisnya, ada pula burung langka yang semakin sulit dijumpai atau didengar kicaunya di hutan Gunung Semeru.

Data Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS), jenis burung dilindungi di taman nasional seperti Rangkong badak, Julang emas, Takur tohtor, Takur tulung tumpuk, Cica daun besar, Cica daun sayap biru, Tangkar ongklet, Bubut Jawa, Bubut pacar jambul, Burung madu Jawa, Berencet besar, Paok panca warna, Serindit Jawa, Kipasan bukit, Kipasan belang, Luntur harimau opior Jawa.

Serta ada 12 jenis raptor seperti berbagai jenis elang dan alap-alap. Baik itu raptor migran ataupun endemik taman nasional. Seluruh burung baik berkiacau maupun raptor itu termasuk dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup nomor P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/20218 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Dilindungi.

Koordinator Pengendali Ekosistem Hutan BB TNBTS, Toni Artaka, mengatakan seluruh burung langka itu fokus diamati dan terus didata oleh otoritas taman nasional. Namun di antara burung itu ada yang sudah sangat sulit dijumpai yakni Cica daun atau Cucak Ijo.

“Perjumpaan di alam yang paling sulit ya Cucak Ijo, ini jadi permasalahan. Ironisnya burung ini lebih mudah dijumpai di rumah,” kata Toni Artaka.

Perburuan liar jadi salah satu penyebab utama populasi Cucak Ijo di taman nasional semakin berkurang. Di kalangan penggemar burung berkicau, Cucak termasuk salah satu yang banyak dipelihara karena berharga mahal. BB TNBTS tidak bisa serta merta menyita atau merazia perpedagangan burung tersebut di pasar burung maupun di rumah – rumah.

Menurut Toni, kewenangan razia ada di Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA). Karena itu, BB TNBTS hanya bisa berkoordinasi dan bekerjasama untuk merazia maupun membongkar perdagangan burung secara ilegal.

“Kami juga terus pendekatan ke warga sekitar taman nasional agar ikut terlibat bersama menjaga alam dan satwa,” ujar Toni.

 

Ilustrasi. Elang Jawa (Spizaetus bartelsi) terancam punah. (Foto; Animals.id).

Populasi Elang Bertambah
Salah satu kabar baik dari dalam Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru adalah Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) yang terus bertambah. Data BB TNBTS, bisa teridentifikasi sedikitnya 27 individu elang. Ada tren peningkatan populasi raptor yang identik dengan mitos Garuda itu.

“Ini jadi sebuah kabar baik, sebab tidak di semua tempat populasi elang bisa meningkat,” ucap Toni.

Individu elang itu tersebar di berbagai titik seperti di Coban Trisula ada 10 individu, Bendolawang ada 14 individu dan Pronojiwo ada 3 individu. Khusus di Pronojiwo, satu di antaranya baru menetas dan masih berusia 3 bulan. “Kami beri nama Garwo alias Garuda dari Pronojiwo,” ujar Toni.

Pertambahan populasi elang itu jadi salah satu indikator taman nasional masih jadi habitat yang baik. Pakan berkualitas tersedia dan melimpah, induknya menghasilkan telur berkualitas dan dapat menetas. Situasi itu berbeda bila dibandingkan dengan beberapa tempat salah satunya seperti di kawasan Gunung Merapi.

“Di kawasan taman nasional Merapi elang betina bisa bertelur sampai lima butir, tapi sulit untuk menetas,” kata Toni.

Selain ketersediaan pakan, ancaman berupa perburuan liar yang semakin berkurang turut andil bertambahnya populasi elang. Selain itu, keterlibatan masyarakat di sekitar Gunung Semeru untuk menjaga sang Garuda kebanggaan juga sangat penting.

“Kami mengedukasi warga elang itu identik dengan Garuda dan menjadi sebuah kebanggaan ikut menjaganya,” kata Toni.