Iklan terakota

Terakota.id–Perkembangan teknologi memungkinkan siapa saja menghasilkan karya sastra yang dimuat tak hanya di media arus utama. Namun, banyak platform terbuka yang memungkinkan menampilkan karya sasta tersebut. Inilah era sastra cyber yang membuka melepas dari belenggu kanonisasi sastra. Tak lagi bergantung pada pemegang otoritas kesusastraan Indonesia.

Reproduksi teks sastra di teknologi berbasis digital tidak bisa dikendalikan oleh kekuasaan manapun. Setiap persona menampilkan karya, baik yang dianggap sastra atau tidak ke medium digital. Apalagi medium digital yang dikelola secara pribadi.

Bisakah sastra cyber memberi pengalaman tak tepermanai bagi pembuat dan pembaca karya sastra? Karya sastra yang mampu memberikan keterkejutan atau, menukil istilah Agamben, memberi patahan pengalaman ketika menikmati karya sastra di ruang cyber. Mari simak Seduh Santra : Menyoal Sastra Cyber bersama pegiat sastra Sugeng Ali Mansur dan sastrawan Nanang Suryadi.