Terakota.id—Sebanyak 71.524 naskah kuno yang tersebar di nusantara belum didigitalisasi. Sejauh ini total sebanyak 10.757 naskah yang sudah digitalisasi.
“Digitalisasi naskah kuno nusantara dilakukan oleh perpustakaan, kementerian, komunitas, yayasan, hingga badan bahasa,” ujar Kepala Perpusnas RI Muhammad Syarif Bando dalam webinar bertajuk Data Digital Naskah Nusantara, Kamis, 4 Maret 2021.
Rincian naskah yang telah didigitalisasi sebanyak 4.110 naskah dikerjakan Endangered Archives Programme British Library, Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI sebanyak 2.763 naskah, Puslitbang Lektur Kemenag delapan naskah, Puri Kauhan Ubud Bali 70 naskah, Yayasan Sastra Lestari 75 naskah, DREAMSEA 671 naskah dan Badan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 780 naskah.
Setiap lembaga dan individu kolektor naskah, katanya, masih berjalan sendiri-sendiri. Perpusnas RI bisa menjadi jadi leading sector. “Belum ada payung besar yang menaungi data digital dan repositori naskah-naskah kuno Nusantara,” katanya.
Data Perpusnas mencatat total 82.281 naskah berada di dalam negeri, sedangan 39.387 naskah lainnya tersimpan di luar negeri. Digitalisasi dianggap revolusi baru merawat isi naskah kuno. Deputi Bidang Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi menyatakan Perpusnas RI Ofy Sofiana mengatakan telah mengalihmediakan naskah dengan proses mikrofilm.
“Beberapa naskah yang dikoleksi oleh pribadi juga telah didigitalisasi atas pendanaan dalam maupun luar negeri,” ujar Ofy Sofiana.
Perpusnas mengajak berbagai lembaga negara, swasta (non-profit), perguruan tinggi, maupun individu bersama-sama mengelola data digital naskah Nusantara. Sampai 2019, peta penyebaran naskah Nusantara di Sumatera sebanyak 9.825 naskah Jawa Bali, NTB 65.016 naskah, Kalimantan Sulawesi Maluku 7.357 naskah dan Papua 83 naskah.
Perpusnas RI menyimpan 12.136 naskah, sebanyak 44,5 persen diantaranya berbahasa Jawa dan Jawa Kuno, 22,60 persen berbahasa Arab, 13,91 persen berbahasa Bali, 13,44 persen berbahasa Melayu, 3,50 persen berbahasa Sunda, dan bahasa lainnya sejumlah 2 persen.
“Harapannya agar menggaungkan pentingnya digitalisasi naskah kuno dengan menggandeng akademisi dan instansi yang terlibat melestarikan naskah Nusantara,” ujar Ofy Sofiana menandaskan.