
Terakota.ID–-Komunitas Salihara menghadirkan kelompok teater asal Yogyakarta Komunitas Sakatoya secara luring di Helateater. Berkolaborasi Ugo Untoro, dan Komunitas Sakatoya hadir membawakan pertunjukan Amongraga pada Sabtu dan Minggu, 27-28 Agustus 2022.
Amongraga merupakan pementasan yang diambil dari kisah dalam Serat Centhini. Kisah tentang pelarian salah satu putra raja dari Kerajaan Giri yang kalah perang melawan Kerajaan Mataram. Pada pelariannya, Amongraga bersemadi dan tirakat di dalam goa.
Dalam kisah ini Amongraga tidak sendirian, ia ditemani oleh dua pengikut setianya yakni Jamal dan Jamil. Mereka membangun sebuah perguruan selama Amongraga bersemadi. Kisah ketenaran Amongraga akhirnya meluas dan terdengar oleh Raja Mataram yang akhirnya mengutus pasukannya untuk mencari Amongraga dan mengakhiri kisah pelariannya.
Sakatoya menggunakan medium boneka karya seniman Ugo Untoro, dalam pertunjukan. Bagi Sakatoya, bermain dengan boneka marionette merupakan hal yang baru. “Ya, ini kali pertama bagi kami berkolaborasi dengan mas Ugo, pun juga kali pertama berhadapan dengan marionette,” tulis komunitas Amongraya.
Komunitas Amongraga pernah menciptakan teater boneka pada 2018, dengan material limbah sampah plastik. Namun, menghadapi boneka marionette karya Ugo menjadi pengalaman baru. Terlebih marionette, boneka yang sudah jadi, yang hadir dalam berbagai varian anatomi dan gaya, ada marionette yang bergaya barat, ada pula yang timur.
“Perbedaan itu mempengaruhi sekali bagaimana marionette itu harus dimainkan.”

Pentas Amongraga ini terbagi dalam lima babak yang terjadi di dua lokasi yang berbeda. Mulai dari Serambi Salihara dan Teater Salihara. Pada babak pertama, pengunjung dibagi bersama tiga kelompok di ruang Serambi. Sembari dijamu oleh minuman kunyit asam, pengunjung disambut tiga orang dalang yang memperkenalkan sosok Amongraga melalui tiga buah boneka yang berbeda rupa.
Setelah babak satu selesai, kru panggung akan mengajak pengunjung berpindah ke dalam Teater Salihara. Di dalam teater, pengunjung menikmati alur pertunjukan sesuai dengan kelompok masing-masing. Setiap kelompok diwakilkan oleh tiga warna yakni biru, merah, dan hijau, setiap warna mengikuti urutan cerita yang berbeda-beda.
Menjelang akhir pertunjukan, Komunitas Sakatoya menghadirkan boneka berukuran manusia. Turut merepresentasikan sosok Amongraga yang akan dimasukkan ke dalam bronjong atau keranjang yang terbuat dari anyaman bambu. Bronjong sebagai bentuk hukuman dari Raja Mataram karena telah meninggalkan sifat-sifat kemanusiaannya. Pentas dengan mobilisasi yang unik ini diadakan di empat kali dengan dua pertunjukan setiap hari.
Komunitas Sakatoya merupakan kolektif seni yang bergerak di wilayah manajemen produksi kesenian dan produksi karya teater. Sejak 2018 karya teater Sakatoya berfokus pada isu ekologi dengan berpijak pada dramaturgi keterlibatan penonton.
Pada 2021, Sakatoya berkolaborasi secara virtual bersama kelompok teater dari Inggris, Zoo Co dalam pentas Care Krisis, yang merupakan salah satu proyek terpilih program Connecting through Culture Grant 20/21 British Council.
Sedangkan Ugo Untoro merupakan perupa asal Yogyakarta. Karyanya berupa benda tiga dimensi, instalasi dan seni video. Karya-karyanya dipamerkan di luar negeri, di antaranya Amerika Serikat, Cina, Prancis, Singapura, Malaysia, Italia, Korea Selatan dan Jepang.
Ugo Untoro mendapat beberapa penghargaan, yakni The Juror Attention pada Philip Morris Award (Jakarta, 1994), The Best 5 Finalist of Philips Morris Award (Jakarta, 1998) dan Man of The Year 2007 oleh majalah Tempo. Ia menciptakan karya baru dalam bentuk marionette dengan judul Jessica dan Bromocorah (2021). Keduanya muncul sebagai karya seni rupa yang dipamerkan di Galeri Sika, Bali.

Jalan, baca dan makan