Wisata Petik Apel

Mulai 2005, KTMA mengembangkan wisata petik apel. Kebun apel milik anggota disiapkan dengan produksi secara bergilir. Sehingga, setiap hari pengunjung bisa melihat dan memetik buah apel dan mencicipi langsung dari pohon. “Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang pertama menikmati wisata buah apel,” katanya.
Sejak saat itu, wisata petik apel yang dikelola swadaya petani yang tergabung dalam KTMA bersinar. Banyak biro perjalanan dan wisatawan langsung menuju kebun buah apel para petani. Pengunjung cukup membayar Rp 20 ribu dan bisa makan buah apel sepuasnya. Sedangkan jika pengunjung hendak membawa pulang buah apel dijual seharga Rp 15 ribu-Rp 20 ribu. Tergantung ukuran dan jenis apel yang dipetik. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke wisata petik apel terus meningkat.
Jika awalnya setiap tahun berkisar sekitar 6 ribu pengunjung saat ini naik menjadi 26 ribu pengunjung. Wisatawan dari berbagai daerah di nusantara, bahkan wisatawan asing dari negara di Asia dan Eropa terus berdatangan. “Paling banyak wisatawan dari Malaysia dan Singapura,” katanya.
Pramono cukup berbangga pamor usaha wisata petik apel bersinar. Awalnya, wisata petik apel hanya ada di perusahaan besar. Namun, kini sejumlah petani meniru membuka usaha petik apel. Bahkan, mereka kewalahan tanaman apel habis untuk kunjungan wisata. Dengan wisata petik apel, harga jual apel lebih mahal dibandingkan dijual ke tengkulak.
Perubahan iklim juga menjadi masalah bagi petani apel. Awalnya, kata Pramono, apel tumbuh dan berproduksi bagus di lahan dengan ketinggian 900 m.dpl. Saat itu, tanaman apel tumbuh subur di daerah Kecamatan Batu, namun sejak 1990 an suhu udara meningkat sehingga tanaman apel tak produktif. Lantas, perkebunan apel bergeser ke daerah dengan ketinggian 1.200-1.300 m.dpl. Naik ke daerah Bumiaji yang berada di lereng Gunung Arjuna dan Anjasmara.
Apel batu sempat memasuki masa kejayaan pada 1980 an, bahkan menjadi produk unggulan di Batu. Namun, kini pamornya kalah dibandingkan apel produksi Poncokusumo dan Pujon Kabupaten Malang dan Nongkojajar Kabupaten Pasuruan. Kedua daerah mulai mengembangkan tanaman apel sejak 20 tahun terakhir. Produk apel kedua daerah mulai membanjiri pasar menggeser dominasi apel Batu.
“Saya juga membantu mengembangkan tanaman apel di Kabupaten Bantaeng Sulawesi Selatan,” kata Pramono. Tanaman apel ditanam sejak lima tahun lalu atas permintaan Bupati Bantaeng Nurdin Abdullah. Saat ini, tanaman mulai berbuah. Ia berharap tanaman apel menyebar dan berkembang agar mendapat perhatian pemerintah. Selama ini buah apel hanya eksklusif tanaman di Batu sehingga tak banyak perhatian dari pemerintah seperti membantu peralatan pertanian maupun teknologi.

Jalan, baca dan makan
[…] Photo Via : pinterest.com Photo Via : blog-6143231.blogspot.com Photo Via : terakota.id Photo Via : envyphoneidringtone.blogspot.com Photo Via : infobaru.id Photo Via : […]
[…] Photo Via : youtube.com Photo Via : wisatapetikapelmalang.blogspot.com Photo Via : terakota.id Photo Via : sekolahem.blogspot.com Photo Via : joegambar.blogspot.com Photo Via : mondasiregar.com […]