
Terakota.id—Bulan Muharram Tahun 1590 Masehi. Pasukan Mataram berhasil menembus pertahanan Madiun, menjarah dan membakar rumah-rumah yang dijumpai. Pasukan Madiun tercerai berai. Pangeran Timur alias Panembahan Madiun beserta keluarganya segera diungsikan.
Dengan penuh rasa percaya diri Panembahan Senopati dan pasukannya memasuki istana yang ditinggalkan. Ternyata di sana telah menunggu sisa pasukan Madiun yang siap mati-matian mempertahankan kedaton. Pasukan nekat itu dikomandani oleh seorang perempuan.
Namanya Retno Jumilah (ada yang menyebutnya Retno Dumilah. Tapi di Babad Tanah Jawi ditulis Jumilah), puteri Panembahan Madiun. Yang berarti dia adalah cucu Raden Trenggana penguasa Demak. Bersenjatakan sepucuk pistol, serampang dan keris Kyai Gumarang (yang terakhir ini yang paling ditakuti oleh Panembahan Senopati) gadis itu menantang duel sang raja Mataram. Pertempuran sengit pun terjadi.
Pertempuran itu dikisahkan dalam Serat Kandha (halaman 623-625) termasuk duel antara Retno Jumilah vs Panembahan Senopati yang konon berlangsung sehari semalam. Sebelumnya pasukan Mataram selalu gagal melawan kekuatan koalisi Madiun dan beberapa kadipaten di Jawa Timur lainnya. Tapi Panembahan Senopati melakukan trik tipuan dengan pura-pura menyerah dan menyatakan takluk.
Setelah koalisi timur merasa memenangkan perang dan membubarkan diri, Mataram melakukan serbuan mendadak. Retno Jumilah dan pasukannya akhirnya berhasil ditaklukkan. Panembahan Senopati mengakuisisi wilayah Madiun dan menikahi panglima pemberani yang telah takluk itu.
Sepertinya itulah awal mula tradisi pembentukan legiun estri, pasukan perempuan Mataram yang kelak di setiap parade militer kerajaan membuat para pejabat Belanda terbengong-bengong. Ya jelas saja, mana pernah orang Eropa melihat di kampung halamannya para perempuan handal berkuda sambil atraksi menggunakan berbagai jenis senjata.
Tradisi memiliki unit pasukan perempuan masih dipertahankan oleh kerajaan-kerajaan eks Mataram. Salah satu istri Sultan Hamengkubuwono II yang bernama Ratu Kencanawulan adalah mantan komandan legiun estri. Dia satu-satunya perempuan yang bikin Daendels ngeri (untuk detilnya silakan baca bukunya Profesor Peter Carey).
Tahun 1812 saat keraton Yogyakarta berhasil dijebol Inggris, di antara seluruh korban di pihak Inggris hanya satu perwira yang tewas, itupun bukan dalam pertempuran melainkan saat melakukan penjarahan di dalam keraton. Perwira itu tewas di tangan seorang puteri keraton. Dugaanku sih dia anggota legiun estri. Di balik penampilannya yang lemah dan tak bersenjata sebenarnya dia cukup paham titik mematikan di tubuh lawan dan bagaimana mengeksekusinya dengan menggunakan benda seadanya termasuk tusuk konde bila perlu.
Tradisi pembentukan legiun perempuan sejak masa Mataram terinspirasi oleh sosok Retno Jumilah sang puteri Madiun. Babad Tanah Jawi menulis sang puteri bertempur menggunakan pistol (di tahun 1590 berarti model wheellock), menunjukkan kerajaan Madiun merupakan peradaban yang kosmopolit di jaman itu.
Orang Madiun layak bangga dengan kehebatan leluhurnya. Pemkot Madiun bisa menjadikan sosok Retno Jumilah ini sebagai ikon kebanggaan kota. Bukannya malah bikin patung Merlion ala Singapura.

*Semalam iseng menggambar ini buat melampiaskan rasa jengkel dan kecewa. Bayangkan, susah payah aku mengenalkan kisah “Harimau dari Madiun” (kisah Sentot Pr.awirodirjo) ke beberapa event di luar negeri termasuk Singapura, eh ini ikon Singapura malah dibawa ke Madiun.
**Tulisan ini pertama kali diunggah di akun Facebook Aji Prasetyo II, diunggah ulang di Terakota.id, atas seizin penulis.
***Pembaca Terakota.id bisa mengirim tulisan reportase, artikel, foto atau video tentang seni, budaya, sejarah dan perjalanan melalui surel : redaksi@terakota.id. Subjek : Terasiana_Nama_Judul. Tulisan yang menarik akan diterbitkan di kanal terasiana.

Penulis seorang seniman komik, musisi, penulis dan pemerhati budaya. Dibesarkan dan mengenyam pendidikan di Madiun. Aji merupakan siswa SMAN 1 Madiun saat Pak Maidi walikota Madiun masih mengajar geografi dan menjabat wakasek kesiswaan di sana. Saat ini Aji Prasetyo termasuk dalam jajaran pengurus pusat Lesbumi PBNU
Siapa juga yang mau selfie di depan patung Retno Jumilah. Ini penulis artikel Aji Prasetyo sama sekali gak mikir dari potensi wisata dan dana yang habis untuk membangun.
Terus tampang Retno Dumilah itu kayak apa? Ntar sudah selesai dibuat protes lagi karena wajahnya kurang Jawa, ada yang protes ntar wajahnya gak Madiun. Sekalian saja pasang patung Cut Nyak Dien terus dipasangi tulisan ini Retno Dumilah.
Kota Madiun punya THR Retno Dumilah. Sepi, salah manajemen juga kayaknya. Apa nama Retno Dumilah sudah menjual?
Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah agaknya sudah berganti jadi jangan sekali-kali meninggalkan selfie 😀
Saya setuju, seharusnya kita belajar dan bangga dengan leluhur kita yang mempunyai jiwa kesatria, saya sebagai perempuan ingin menjadi sosok perempean seperti kanjeng ratu Retno Dumilah. Perempuan yang pemberani bukan lemah.