
Reporter : Alinda Putri Dewanti
Terakota.id–-Belasan pemuda dan pemudi berdiri di Cark Caddesi atau Jalan Cark, kawasan pusat Kota Sakarya, Turki. Di depan mereka terhampar meja berisi bubur asure atau asyura. Terdiri dari delapan mahasiswi dan lima mahasiswa, mereka merupakan mahasiswa asing yang turut membagikan bubur asyura.
Mahasiswa asing ini turut berbagi bubur asyura untuk mengenalkan tradisi masyarakat Turki. Berbagi bubur asyura merupakan tradisi masyarakat Turki memperingati 10 Muharram atau Asyura. Para mahasiswa asing ini merupakan penghuni asrama pemerintah Turki yang dikelola Kementerian Olahraga dan Pemuda Turki yang terletak di kota Sakarya, Turki.
Bubur asyura dibagikan gratis kepada masyarakat. Salah seorang mahasiswi Indonesia yang menempuh pendidikan di kota Sakarya, Andhara Elmy turut bergabung. Sekitar 500 mangkuk bubur asyura habis dibagikan. “Semua mahasiswa dan pelajar asing ikut membagikan bubur,” kata Elmy.

Gerai dipisahkan antara laki-laki dan perempuan. Masyarakat Turki yang melintas bisa mengambil dan langsung menikmati bubur yang dibagikan secara gratis. Masyarakat Turki meyakini membuat bubur asyura dan membagikan kepada yang lain menjadi keberkahan.
Bersedekah bubur asyura membawa berkah, dan doa terkabul. Berbagi bubur asyura sekaligus sebagai bentuk berbagi kebaikan untuk semua. Juga memanjangkan tali silaturahmi dengan saudara, tetangga, maupun orang di sekitar.
Hari Asyura bagi umat Syiah dan sebagian kalangan Sufi merupakan hari berkabung atas kesyahidan Husain bin Ali, cucu dari Nabi Muhammad SAW pada pertempuran di Karbala pada 61 Hijriyah. Hari asyura dalam bahasa Turki disebut asure gunu, masyarakat memperingati dengan meriah.
Bubur asyura menjadi tradisi di Turki sejak Nabi Nuh AS. Menurut riwayat, saat Nabi Nuh AS turun dari kapal menuju daratan setelah berlayar dan selamat dari banjir bandang. Nabi Nuh meminta seluruh penumpang kapal mengumpulkan sisa makanan dan perbekalan di kapal. Semua sisa perbekalan diolah menjadi bubur. Lalu dimakan bersama-sama sebagai perwujudan rasa gembira dan bentuk rasa syukur kepada Allah SWT.

Wujud syukur lantaran selamat dari peristiwa banjir bandang yang menerjang perkampungan. Peristiwa inilah yang melahirkan tradisi di Turki membuat bubur asyura setiap tahun. Bahkan menjadi tradisi nasional yang tetap bertahan sampai sekarang.
Setiap bulan Muharram, ibu-ibu membuat bubur asyura di rumah dan membagikan kepada para tetangga. Bubur asyura versi masyarakat Turki didominasi jenis kacang-kacangan. Bahan dasar berupa gandum khusus untuk asyura. Bentuknya mirip benih wheatgrass yang populer untuk jus kesehatan.
Semua bahan dimasak dengan air dan gula, ditambah kuru fasulye atau kacang putih, kacang tanah, kacang almond, kismis, kacang kenari, pistachio, bubuk kayu manis, aprikot, plum dan buah delima. Bercitarasa manis, khas aroma kayu manis, dan aneka isian kacang-kacangan.
Buah-buahan menghasilkan cita rasa asam, yang digemari masyarakat Turki. Tradisi berbagi bubur asyura kini semakin meluas ke seluruh pelosok Turki.

Merawat Tradisi Menebar Inspirasi