![Ki Suroso ragam-tari-inti-dalam-wayang-topeng-dalang](https://i0.wp.com/www.terakota.id/wp-content/uploads/2018/09/Ki-Suroso.jpg?resize=696%2C522&ssl=1)
Reporter : Givari Jokowali
Terakota.id–Udara dingin menyergap, tak menyurutkan pada pegiat seni dan budaya Malang berkumpul. Berdiskusi dan ngaji Topeng di Rumah Joglo, padepokan Glugu Tinatar, Dau, Kabupaten Malang. Temaram lampu kerlap-kerlip di sekeliling padepokan menjadi tempat yang nyaman untuk berdiskusi dan ngaji Topeng.
Ki Suroso dalang sekaligus penerus maestro topeng Malang Mbah Karimun asal Padepokan Kedungmongo, Desa Karang Pandan, Pakisaji Kabupaten Malang selalu berbagi pengetahuan mengenai budaya Panji. Para seniman, akademikus, mahasiswa, termasuk Cokro Wibowo Sumarsono dan Syamsul Subakir alias Mbah Kardjo dalang wayang suket duduk meriung,
Berdiskusi mengenai gerak inti tarian Wayang Topeng Dalang Kota Malang. Ki Suroso memutar cuplikan pertunjukan Wayang Topeng Dalang di Pijiombo, Gunung Kawi.
Dalam pertunjukan Wayang Topeng Dalang, ada sejumlah gerak tari yang sangat penting dan harus dipelajari, diketahui dan diterapkan dalam setiap pertunjukannya. “Terdapat beberapa gerak inti seperti tari bapang, tari grebek sabrang, tari kelono,” ujar Ki Suroso.
Selepas pertunjukan Wayang Topeng Dalang, biasanya tarian bisa tampil secara tunggal maupun berkelompok. Disesuaikan dengan kebutuhan. Perkembangan saat ini tarian kadang hanya tampil sendirian untuk menyambut kedatang pejabat penting.
Semua gerak tarian hampir sama, namun yang membedakan karakter topeng yang dikenakan. Seperti karakter antagonis, karakter perkasa, karakter protagonis, karakter seorang pahlawan , dan karakter putri yang lemah lembut.
Secara garis besar, gerak Wayang Topeng Dalang diawali dengan gerak tanjak. Artinya sikap berdiri pada masing-masing tari, gerak dasar atau kuda-kuda. Tarian Topeng Malang memiliki tanjak yang berbeda dengan daerah lain. Berbeda dengan tradisi tari Solo atau Yogyakarta yang memiliki kuda-kuda antara kaki satu dengan kaki lain lurus.Tetapi di Malang kaki kanan lebih maju ke depan.
Kedua, Singget adalah penghubung antara ragam satu dengan ragam gerak berikutnya. Singget dalam tarian topeng ada dua singget capeng dan singget cangkrang. Dalam tarian topeng hitungan singget mesti dari angka lima, enam tujuh dan delapan.
Antara karakter antagonis, protagonis dan putri itu berbeda. Dalam tarian Malang hanya ada delapan hitungan, berbeda dengan daerah yang hitunganpun sampai 12 hitungan. .Singget capeng hanya untuk pengerak dalam satu sisi, sedangkan singget cangkarang untuk berpindah posisi atau hadapan menjadi 180 derajat.
Ketiga gerak gedruk artinya menghentakkan kaki, kaki kanan dengan mengunakan tumit belakang. Biasanya menggunakan bong seng untuk menandakanya. gerak yang keempat sama dengan gedruk tetapi mengunakan telapak kaki bagian depan yang biasanya dinamakan gejuk.
Kelima gerak sirig, posisi kaki jinjet ada yang lebar dan kecil diameter antara kaki satu dengan kaki lain. Ke enam gerak junjungan, yakni mengangkat satu kaki ke atas dengan posisi di samping. Tetapi yang membedakan di Malang posisinya serong.bukan di samping seperti khas Solo atau Yogyakarta.
Gerak ke tujuh gubisan. Yakni rangkain gerak tangan biasa juga disebut di daerah lain pogogan. Gerak ke delapan labas, kencak, nggelap. Labas itu gerak seorang tarian dengan jalan, kencak gerakan jalan lebih cepat dan nggelap adalah posisi dengan berlari.
Gerak terakhir penthangan , ada dua penthangan lombok dan penthangan rangkep Gerak halus dan gerak gagah. Selain gerakan inti dalam tarian topeng juga ada empat etika atau empat sikap yang harus ada di setiap tarian. Berbeda dengan Yogyakarta yang biasanya menyebut wirogo, wiroso, wiromo dan harmoni, tarian Malang memiliki kekhasan sikap sendiri.
Sikap Majeg adalah sikap seseorang menata diri secara mental maupun spiritual dalam peran sebagai tokoh atau karakter yang diperankan. Harus menjiwai dengan karakter yang diperankan.
Ada sikap Mapag adalah sikap hadap sang penari, sikap yang menggambarkan orang Malang yang berani dan selalu menghadap kedepan. Sikap Megeng adalah sikap menahan atau ngempeti. Terakhir sikap Mengku adalah sikap penari dalam penguasaan gerak dalam setiap peran.
Kajian topeng sungguh menarik, peserta antusias menanggapi dan bertanya. Meski sampai larut, kebersamaan dan ngaji Topeng terus berlanjut. Mampu mengusir suhu udara dingin, menjadi hangat. Ngaji Topeng diakhiri dengan doa memanjat harapan agar tradisi dan budaya Panji tetap lestari.
![](https://i0.wp.com/www.terakota.id/wp-content/uploads/2022/02/Tera-e1644248999339.jpg?resize=100%2C100&ssl=1)
Merawat Tradisi Menebar Inspirasi
[…] Ragam Tari Inti dalam Wayang Topeng Dalang […]