Terakota.id–Kulon Progo, sesuai namanya, berada di sisi barat Sungai Progo. Kulon adalah Bahasa Jawa yang berarti barat. Berada di sisi barat Sungai Progo, Kabupaten Kulon Progo bergeliat dengan pembangunan bandara baru New Yogyakarta International Airport (NYIA). Bandara yang berada di bibir pantai selatan ini menjadi pintu gerbang bagi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah, khususnya bagian selatan.
Secara topografi, memang sebagian daerah Kulon Progo berada di dataran rendah, terutama di sisi selatan yang menghadap langsung Samudra Indonesia. Di sisi utara, pegunungan Menoreh menjadikan Kulon Progo memiliki wilayah yang berbukit-bukit. Di wilayah pegunungan Menoreh, berbagai destinasi wisata baru bermunculan. Puncak-puncak bukit menjadi titik yang instagramable, menjadikannya sebagai lokasi yang ramai dikunjungi wisatawan. Salah satu lokasi Instagramable di Kulon Progo adalah puncak Gunung Kuniran. Hanya berjarak sekira 10 menit dari Kota Wates, yang menjadi pusat Kabupaten Kulon Progo ini menyuguhkan pemandangan yang indah.
Di masa pandemi, pembatasan mobilitas sosial telah menyebabkan jumlah pengunjung di lokasi wisata berkurang. Puncak bukit yang biasanya ramai para pengunjung yang antri untuk mendapatkan spot berfoto yang layak diunggah di Instagram menjadi sepi. Kesulitan ekonomi melanda warga yang menggantungkan hidupnya dari kemeriahan wisata.
Kesulitan yang kian bertumpuk ketika anak-anak harus menghadapi pembelajaran daring di masa pandemi. Kontur wilayah yang berbukit-bukit melahirkan persoalan dalam pembelajaran daring, yaitu sulitnya mendapatkan sinyal. Jikapun mendapatkan sinyal, biaya paket data internet menjadi kesulitan lain bagi orang tua dan wali siswa di masa pandemi.
Sekolah Dasar (SD) Muhammadiyah Penggung yang berada di desa Hargorejo, Kecamatan Kokap, Kulon Progo adalah salah satu sekolah yang mengalami kondisi ini. Sekolah yang hanya berjarak 800 meter dari puncak Gunung Kuniran ini berada di wilayah perbukitan.
Awal tahun 2021 ini, saya mendampingi satu kelompok mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yang diterjunkan melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN). Mereka diterjunkan untuk mengisiasi berdirinya radio komunitas di SD Muhammadiyah Penggung. Radio ini dimaksudkan untuk membantu proses pembelajaran di masa pandemi Covid-19, dan diharapkan tetap bisa berlanjut bersiaran meskipun pandemi berlalu.
Selain diterjunkan di SD Muhammadiyah Penggung, ada beberapa kelompok lain yang diterjunkan di Kulon Progo, yaitu di SD Muhammadiyah Menguri, SD Muhammadiyah Tlogolelo, Madrasah Ibtidaiyah Muhamamdi.yah Selo, SMP Muhammadiyah 1 Kokap, SMP Muhammadiyah 3 Kokap, TK ‘Aisyiyah Bustanul Athfal (ABA) Tirto, TK ABA Menguri, TK ABA Segajih, TK ABA Clapar, TK ABA Hargowilis, TK ABA Penggung, TK ABA Selo, dan TK ABA Tlogolelo. Di sekolah-sekolah ini, mahasiswa mendampingi para guru untuk bisa memproduksi program pembelajaran dalam format program radio.
Selain radio, podcast juga dikembangkan sebagai media pembelajaran. Di taman kanak-kanak, para mahasiswa memfasilitasi para guru untuk bisa melakukan rekaman dengan menggunakan aplikasi anchor.fm dari karya siswa, yang kemudian diunggah di akun spotify sekolah. Kontennya berisi kreatifitas siswa, seperti bacaan surat pendek Al Qur’an, doa sehari-hari, pembacaan puisi, dan menyanyi. Podcast dari sekolah ini tersedia di Spotify.
Untuk memproduksi konten, para siswa didatangi atau diajak ke sekolah secara bergantian untuk menjaga protokol kesehatan. Awalnya produksi dilakukan oleh mahasiswa, namun selanjutnya para guru yang memproduksi konten. Tentu saja ini berkaitan denga keberlanjutan, agar setelah KKN selesai konten podcast dan radio edukasi tetap terus diproduksi.
Anda bisa mencari podcast sekolah-sekolah di atas di Spotify dengan menggunakan nama sekolah sebagai kata kunci. Wujud KKN pun menjadi benar-benar nyata dan berguna. Kemanfaatan yang semakin terasa di masa pandemi. Beberapa guru yang saya temui menyatakan kemanfaatan bagi proses belajar mengajar di masa pandemi yang harus dilakukan jarak jauh.
Radio, teknologi yang lama ditinggalkan, ternyata menjadi jawaban untuk mengatasi kesulitan sinyal. Podcast, teknologi baru bagi para guru, menjadi jawaban untuk menjadi media ajar kepada siswa yang hemat paket data internet, dan sekaligus media untuk mewadahi kreativitas siswa.
Di sekolah, mahasiswa membangunkan seperangkat studio mini untuk produksi podcast dengan dukungan penuh dari kampus. Selain dimanfaatkan untuk produksi konten podcast, studio mini juga dimanfaatkan untuk memproduksi program siaran untuk Radio Suara Edukasi. Gagasan yang utama adalah menjadikan radio edukasi sebagai radio komunitas yang melibatkan berbagai sekolah untuk mengisi programnya.
Menggabungkan radio dan podcast bisa menjadi solusi dalam pembelajaran. Lee A. Chan, dan McLoughlin dalam artikel penelitiannya yang berjudul Everyone is Learning With Podcasting: A Charles Sturt University Experience yang dimuat dalam Proceeding of the 23rd Annual Ascilite Conference: Who’s Learning? Whose Technology? yang diterbitkan The University of Sidney (2006) menjelaskan bahwa aspek time shifted dari podcast menjadi manfaat utama untuk pendidikan yaitu podcast menggabungkan manfaat dari siaran radio dengan fleksibilitas, kontrol siswa dan personalisasi yang diberikan oleh audio yang direkam.
Podcast membuka kesempatan fleksibilitas spasial dan temporal dengan memberikan kontrol bagi pendengar untuk mendengarkan file dimana dan kapan saja. Jika akses internet sulit, radio yang menyiarkan program dari podcast akan mengatasinya. Dari Kulon Progo, program ini dimulai.