Mahasiswa dalam kampanye antikorupsi (Foto : MCW)
Iklan terakota

 

Pasar dalam Kata

 

Orang-orang menjilat siang dari kota ke kota

Membungkus matahari ke dalam tas plastik

Ribuan punggung meleleh di atas kilatan lantai pabrik

Kaki-kaki melepuh, melewati bara;

Kobaran api percepatan

 

Amboi!

Berita kemajuan berkembang semakin padat

Tapi kenyataan semakin sepi pejuang rakyat!

 

Gula-gula jejaring sosial

Seloyang narasi tatanan global

Mengepul dari dapur sistem kapital

Semuanya terbalut dalam selubung rekayasa;

“Kemanusiaan Universal”

 

Wajah kesangsian seperti misteri titik-titik hitam . . .

Bimsalabim abracadabra;

Seorang ‘keturunan Fir’aun’ disulap jadi penguasa, raja loba

Seorang ‘keturunan Qarun’ disulap jadi tuan tambang, penggali derita

Seorang ‘keturunan Bal’am’ disulap jadi ulama, ahli dusta

Seorang pecundang disulap jadi sastrawan, pujangga buta

Seorang budak komprador disulap jadi penggerak sosial, hamba celaka

Di atas sajadah Sang Kaput  mereka bersujud, abdi durja

Tanda hitam menyala di keningnya

 

‘Sang Progresif’, ‘Sang Moderat’, ‘Sang Konservatif’

Berteriak sambil berlarian di persimpangan jalan, Kiri dan Kanan

Berlomba-lomba memecahkan batunya

Siapa berani, siapa jagonya

Melawan kesewenang-wenangan pasar dan tuannya?

 

Malang, 2017