Ilustrasi : dreamstime
Iklan terakota

Terakota.id–Persoalan pembelajaran di masa pendemi menjadi tantangan yang serius dan pelik. Terbiasa dengan pembelajaran tatap muka, tiba-tiba para pengajar baik guru maupun dosen harus beradaptasi ke pembelajaran daring (online). Beragam media pembelajaran digunakan oleh para pengajar di masa pandemi, baik yang bersifat sinkronus maupun asinkronus.

Podcast bisa menjadi salah satu format media pembelajaran yang bisa dimanfaatkan secara sinkronus dan asinkronus dengan beragam keunggulannya. Sayangnya, belum banyak pengajar dan lembaga pendidikan yang serius menggarap podcast sebagai media pembelajaran.

Podcast yang dimaksudkan dalam artikel ini adalah podcast audio, meskipun dalam perkembangannya, berkembang podcast video. Dengan demikian, podcast dapat diartikan sebagai hasil rekaman audio yang dapat didengarkan oleh audiens luas melalui media internet.

Podcast berbeda dengan radio, dimana yang harus dilakukan dan ditayangkan secara langsung dalam frekuensi tertentu. Namun, podcast dapat diimplementasikan kapanpun serta dapat didengarkan melalui berbagai media elektronik yang ada sebagai audio on demand.

Podcast yang sifatnya on demand  yang dapat difungsikan sebagai media pembelajaran dengan beberapa keunggulan sebagai berikut. Pertama, podcast adalah media pembelajaran yang mudah diproduksi. Bahkan cukup dengan menggunakan sebuah perangkat gawai, seorang guru bisa memproduksi konten podcast pendidikan.

Meskipun demikian, menjadi lebih ideal jika sekolah atau kampus mengalokasikan ruang dan alat produksi untuk produksi podcast. Tentu saja hal ini untuk mendapatkan hasil yang lebih bagus. Untuk memproduksi konten podcast, seorang pengajar bisa sambil membaca buku materi pelajaran dan tidak perlu berdandan.

Bandingkan dengan produksi video pembelajaran yang mengharuskan pengajar untuk terus menatap lensa kamera. Bagi sekolah dan kampus yang tidak memiliki studio yang dilengkapi teleprompter tentu proses produksi akan menyusahkan pengajar karena harus menguasai materi di luar kepala.

Kedua, sifat audio adalah imajinatif. Hal ini akan melatih peserta didik untuk berimajinasi dalam proses kreatif mereka. Para pengajar bisa mengajak peserta didik untuk berimajinasi tentang materi pembelajaran.

Ketiga, podcast tidak banyak memakan kuota data. Persoalan kuota data di tengah kemampuan ekonomi yang memburuk di masa pandemi telah menjadi persoalan pelik. Dalam materi pembelajaran yang memerlukan visualisasi, video pembelajaran memang menjadi solusi.

Namun, kuota data internet dengan segera menyusut saat digunakan untuk mengakses video. Solusi yang bisa dilakukan adalah dengan membuat alternatif ketersediaan konten podcast untuk materi pembelajaran yang tidak butuh visualisasi.

Keempat, podcast bisa didengarkan kapanpun. Sifat dari podcast adalah on-demand, sehingga sangat digemari oleh pengguna internet saat ini daripada mendengarkan siaran dari radio yang memiliki keterbatasan dalam akses, frekuensi, serta waktu. Ini adalah kelebihan podcast dibandingkan dengan radio. Para siswa bisa mendengarkan materi pembelajaran kapanpun. Jika ada materi yang kurang jelas atau belum menguasai materi, mereka bisa mendengarkan ulang podcast.

Kesiapan

Tren podcast sedang naik terutama di generasi muda, namun sayangnya belum banyak lembaga pendidikan yang menyadari perlunya pemanfaatan podcast. Semakin banyak lembaga pendidikan memproduksi podcast, maka semakin banyak pula aset digital yang dimiliki.

Dalam konteks perguruan tinggi, podcast yang dihasilkan bisa didaftarkan sebagai Hak Atas Karya Intelektual (HAKI) yang sangat bermanfat untuk keperluan pemeringkatan dan akreditasi. Sebagai platform yang kontennya mudah diproduksi, tentu saja akan mudah bagi kampus untuk menambah jumlah HAKI.

 Lembaga pendidikan tidak perlu investasi besar untuk menghasilkan konten podcast. Mengalokasikan ruangan yang dibuat kedap suara bisa menjadi modal awal untuk membuat podcast edukasi. Jika tidak ada ruang yang kedap suara, ruang yang lingkungannya tenang bisa dimanfaatkan untuk produksi. Investasi yang dibutuhkan minimal hanya mikrofon condenser. Bahkan jika kemampuan finansial terbatas, cukup satu mikrofone bisa dimanfaatkan untuk produksi podcast.

Sedangkan perangkat lunak untuk menghasilkan podcast cukup melalui aplikasi pihak ketiga yang bernama Anchor. Dari Anchor, konten podcast bisa disebarkan melalui Spotify, I Tunes, Google Podcast dan sebagainya. Para pengajar cukup membagikan link tautan podcast kepada peserta didik. Di website sekolah atau kampus, link bisa ditampilkan sehingga menambah jumlah konten. Bagi sekolah dan kampus yang telah memiliki platform sistem pembelajaran daring, link podcast bisa ditautkan di platform. Hal ini akan memperkaya konten pembelajaran.

Kesiapan terakhir adalah guru, dosen dan terutama pengambil kebijakan di institusi pendidikan yang segera adaptif dengan perubahan teknologi. Podcast memang bukan satu-satunya platform pendidikan, namun podcast bisa digabungkan dengan media pembelajaran yang lain. Jika sekolah dan kampus memiliki beragam materi pembelajaran digital, mulai dari podcast, video, buku digital, modul digital dan sebagainya, maka aset digital menjadi potensi besar.

Pandemi Covid-19 telah memberikan pelajaran berharga bahwa gedung sekolah dan kampus yang megah bukan lagi satu-satunya daya tarik.  Aset digital sekolah dan kampus menjadi modal penting untuk memberikan pelayanan yang terbaik dari pembelajaran.

Dari sudut pandang promosi sekolah dan kampus, aset digital yang layak telah menjadi salah satu pertimbangan utama orang tua siswa dan mahasiswa akan memilih menyekolahkan dan menguliahkan putra putrinya.  Poster promosi penerimaan siswa dan mahasiswa baru tidak lagi bergambar gedung megah saja, namun juga fasilitas dan aset digital yang digunakan dalam pembelajaran.

Bagi Anda para kepada sekolah dan rektor, bayangkan jika di poster promosi sekolah dan kampus Anda, ada logo Spotify, I Tunes, YouTune dan platform pembelajaran daring sekolah. Untuk menyebut keunggulan sekolah dan kampus di publikasi penerimaan siswa dan mahasiswa baru, Anda cukup menyebut dengan “sekolah/kuliah dalam genggaman”.

Tidak ada jalan lain bagi pengambil kebijakan di sekolah dan kampus untuk memperkaya aset digitalnya, salah satunya adalah dengan podcast. Ada atau tidak ada pandemi, aset digital edukasi adalah hal penting yang harus menjadi perhatian sekolah dan kampus.