Ilustrasi : www.shutterstock.com
Iklan terakota

Terakota.idPara akademikus Ilmu Komunikasi dari 15 perguruan tinggi memberi pembakalan mahasiswa atas kedasaran kritis terhadap bahaya rokok bagi kesehatan secara daring. Tujuannya agar para mahasiswa membuat kampanye bersama tentang rokok yang membahayakan kesehatan. Mereka terlibat dalam program Pengendalian Tembakau atau Pengendalian Produk Tembakau

Para dosen ini terlibat dalam program Pengabdian Masyarakat Akademisi Ilmu Komunikasi Lintas Kampus yang digagas Institut Komunikasi Bisnis London School of Business (IKB LSPR) Jakarta. Koordinator program Lestari Nurhajati mengutip dokumen Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang menunjukkan prevalensi perokok Indonesia usia 15 tahun ke atas sebesar 33,8 persen. Atau sebesar 65,7 juta jiwa.

“Bahkan seorang anak usia sekolah sudah mulai merokok,” katanya dalam pembekalan secara daring, Kamis 11 Maret 2021. Data ini menempatkan Indonesia sebagai pasar rokok tertinggi ketiga di dunia setelah Cina dan India. Sedangkan data 2013 sampai 2018 konsumsi rokok pada perokok usia 10-18 tahun meningkat sebesar 126 persen.

Lestari menjelaskan data Atlas Tembakau, 2020.  Sayang, katanya, kebijakan terkait pengendalian tembakau di Indonesia masih sangat lemah. Misalnya regulasi iklan rokok masih bersifat parsial tak ada pelarangan komprehensif.

LSPR mengundang 15 akademikus Ilmu Komunikasi dari 15 kampus untuk bergerak bersama. Tujuannya membangun kesadaran kritis di kalangan mahasiswa. Dosen terpilih dibagi menjadi tiga kelompok . “Generasi muda menjadi sasaran utama produsen rokokm” kata dosen Universitas Muhammadiyah Malang yang juga ketua kelompok 2, Frida Kusumastuti.

Akademikus Universitas Islam Indonesia Masduki memaparkan materi tentang fakta industri tembakau di Indonesia secara daring,

Kegiatan pembekalan kepada mahasiswa dari kampus Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Universitas Islam Muhammad Arsyad AlBanjari Banjarmasin, Universitas Al-Azhar Indonesia, Jakarta, dan Universitas Islam Indonesia Yogjakarta.

Diharapkan setelah pembekalan, memicu ide para mahasiswa membuat konten  digital di berbagai platform. Berisikan fakta tentang produk tembakau dan dampaknya bagi kesehatan, social, dan ekonomi.

Puluhan mahasiwa mendapat pembekalan untuk kampanye bahaya rokok terhadap kesehatan.

Pembekalan Marhaeni Fajar dari UNISKA Banjarmasin. Materi tentang fakta industri tembakau disampaikan akademikus Universitas Islam Indonesia Masduki dan fakta remaja dan media terkait produk tembakau disampaikan Irwa Zarkasy dari UAI Jakarta. Konten digital karya mahasiwa akan dilombakan yang proses penjurian diketuai Monika Sri Juliarti dari UNS.

“Kami berharap program ini bisa berkelanjutan atas dukungan Southeast Asia Tobacco Controll Aliance (SEATCA) yang dirintis IKB LSPR,” kata Frida. Peran akademisi komunikasi, katanya, bisa ditingkatkan tidak hanya soal pengendalian melalui iklan dan penyiaran. Namun melibatkan mahasiswa dan lebih luas.