Foto : dokumen MASTER
Iklan terakota

Terakota.idKain hitam membalut semua dinding Pendapa Hazim Amir, Dewan Kesenian Malang (DKM). Tak tersisa. Banner dengan latar belakang warna polos bertuliskan frasa-frasa sarkas terpajang di kanan-kiri dinding pendapa. Meliputi tulisan, “Setan-Setan Perang”, “Belati Mati”, “Peluru Serdadu”, “Bom Martir”, “Teror Tolol” hingga “Perkosa Estetika” tampak menonjol dengan warna merah.

Adegan demi adegan serdadu kabur dari medan perang hingga kisah perempuan korban perkosaan tentara hadir di tengah pendapa DKM sore itu, Senin 5 April 2021. Inilah pementasan teater berjudul “1944 atau Lubang Gelap yang Menelan Segalanya”.

Persembahan kelompok Malang Study-Club for Theatre (MASTER). Penulis naskah sekaligus sutradara teater 1944 atau Lubang Gelap yang Menelan Segalanya, Ekwan Wiratno menjelaskan pementasan ini mengangkat kisah tentang tragedi kemanusiaan dalam peperangan dari sudut pandang korban.

“Perang adalah tempat semua pihak adalah korban, sekaligus pembunuh yang kejam. Di dalamnya manusia kehilangan kemanusiaan,” ujar Ekwan kepada terakota.id melalui aplikasi perpesanan.

Dikisahkan juga perempuan hamil akibat pemerkosaan serdadu. Dalam video promo pementasan yang diunggah di Facebook @master.malang, MASTER menuliskan, “selama Perang Dunia terjadi juga penjarahan, penyiksaan dan pemerkosaan. Dua juta perempuan Jerman diperkosa selama Perang Dunia 2.”

Ekwan mengaku turut mengkritik kondisi sekitar. Ia membawa visi menyebarkan kesadaran penonton tentang perang dan kisah pilu yang melingkupinya. Khususnya dari sudut pandang korban.

Terinspirasi dari kejadian sejarah Perang Dunia 2 antara Jerman, Uni Soviet dan Sekutu, Ekwan memilih latar waktu tahun 1944. Sebab menurutnya tahun 1944 menjadi tahun penting dalam terkuaknya keburukan perang ke publik. “Tahun keruntuhan rezim yang kejam, setelah sebelumya (Jerman) menaklukkan berbagai negara dan membunuh jutaan orang Yahudi,” tulis Ekwan menambahkan.

Ekwan bercerita sejak 2015 telah menulis beberapa naskah teater yang mengangkat tema perang. Beberapa naskah bertema perang tertuang dalam karya-karyanya yang judul “3001”, “2222” dan “2999”. Naskah 1944 ini merupakan bagian ke-4 dari enam naskah (heksalogi) karyanya. Ia menulis naskah 1944 dalam tempo lima hari, mulai 19 Maret 2020 sampai 24 Maret 2020.

“Banyak sisi perang yang sepertinya luput dari perhatian masyarakat kita tema-tema perang akan mengilhami dua atau lebih naskah berikutnya,” tulis Ekwan.

Di Balik Layar Pertunjukan Teater 1994

Diterapkan eksperimentasi dari teori teater yang dicetuskan Bertolt Brecht dan Augusto Boal pada konsep pertunjukan teater 1944 atau Lubang Gelap yang Menelan Segalanya ini. Penerapan dan pengembangan teori disesuaikan dengan konteks masyarakat Indonesia.

Selain eksperimentasi konsep pertunjukan, ia juga mencoba metode latihan yang baru. Latihan hanya dilaksanakan selama seminggu, dalam 3 kali pertemuan. Waktu yang pendek ini ternyata mampu disiasati untuk mendapatkan pertunjukan yang sesuai standar.

Ia memformulasikan sebuah latihan yang pendek tapi menghasilkan kualitas karya yang tidak dapat diremehkan. Formula ini sesuai bagi anggota yang memiliki kesibukan luar biasa. Menurutnya, ini menjawab persoalan besar zaman ini, bahwa waktu latihan sangat terbatas.

Para pemain, secara mengejutkan, mampu menyampaikan sebuah kualitas akting yang bagus. Mereka mampu memerankan peran masing-masing sesuai takaran yang tidak berlebihan. Dan mereka memiliki berbagai inisiatif yang menarik ketika proses latihan sehingga peran mereka tidak sekedar melaksanakan perintah sutradara, tapi juga aktif menyumbangkan ide. Hal inilah yang kami sebut sebagai “study-club” yang menjadi dasar kelompok kami (Malang Study-Club for Theatre).

MASTER adalah kelompok nirlaba yang bergerak di bidang teater. Fokus MASTER adalah pembelajaran yang mendalam mencakup segala aspek dalam dunia teater: Kelompok yang berlokasi di Malang ini berdiri 2019. Pada Juli 2019 pula, MASTER secara resmi tercatat sebagai salah satu organisasi seni Kota Malang, terdaftar di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Malang

Fokus MASTER sebagai wadah pembelajaran yang mendalam, mencakup segala aspek dalam dunia teater, penulisan, konsep, ide, penggarapan, hingga aspek penonton dan kritik. Sebagai sebuah kelompok belajar, MASTER tentu bukan organisasi yang baku. MASTER memungkinkan proses adaptasi dan perbaikan secara terus-menerus. Personil MASTER pun terbuka untuk umum.