Terakota.ID– Bahaya penyakit kusta mengintai Kota Batu. Hingga saat ini masih ditemukan kasus kusta baru. Kabid Pencegahan, Pengendalian Penyakit dan Penanganan Bencana Dinkes Kota Batu, Susana Indahwati, mengatakan setiap tahun masih ditemukan satu sampai tiga orang penderita kusta baru.
“Kunjungan Kota Batu tinggi, serta pengiriman produk pertanian keluar Kota Batu (interaksi penduduk dengan warga berbagai kota) menjadi potensi munculnya penyakit ini,” ujar Susana saat dikonfirmasi Terakota.id, Ahad 28 Januari 2024.
Lebih detail, Susan mengungkapkan, sejumlah temuan data kasus kusta tipe Multi Basiler (MB) di Kota Batu sejak 2020 hingga 2023. Data Dinkes Kota Batu pada 2020 menemukan dua orang yang kini telah selesai berobat. Tahun berikutnya terdapat tiga kasus yang dua di antaranya meninggal sedangkan satu lainnya sembuh.
Tambahan tiga kasus kusta yang baru juga terjadi pada 2022. Dari tiga kasus tersebut, dua orang meninggal dan satu lainnya sudah selesai menjalani pengobatan. Kemudian pada tahun lalu tercatat ada tambahan satu kasus baru yang kini masih menjalani pengobatan.
Kusta termasuk penyakit menular tetapi tidak mudah menular. Meskipun demikian, Dinas Kesehatan Kota Batu melakukan upaya deteksi. Salah satunya melalui kerja sama penemuan kasus dengan dokter spesialis kulit di semua rumah sakit di Kota Batu. Kemudian memberikan edukasi cardinal sign kusta berupa bercak kulit mati rasa, penebalan syaraf disertai gangguan fungsi serta hasil pemeriksaan skin smear positif kepada masyarakat.
Puskesmas di Kota Batu dapat melakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium untuk diagnosa kusta. Upaya lain dilakukan Dinas Kesehatan untuk mencegah kusta, yakni pengobatan kusta gratis di seluruh puskesmas se-Kota Batu.
Kusta disebabkan Mycobacterium leprae. Bakteri ini menyerang kulit, saraf tepi, dan jaringan tubuh lainnya. Kusta merupakan penyakit menular, menahun terbagi menjadi dua jenis yaitu kusta kering (PB atau Pausi Basiler/kuman sedikit) dan kusta basah (MB atau multi basiler/kuman banyak).
Susan memastikan kusta bukan penyakit karena kutukan, makanan maupun keturunan. Penularan kusta dapat terjadi karena penderita kusta yang tidak diobati kepada orang lain. Hal ini terutama ketika kontak lama dengan penderita, biasanya pada orang yang tinggal serumah atau tetangga dekat melalui pernapasan.
Meskipun demikian, tidak semua orang serta merta tertular kusta begitu kontak dengan penderita. Secara statistik hanya lima persen yang akan tertular. “Sebagai ilustrasi, dari 100 orang yang terpajan, 95 persen di antaranya tetap sehat, tiga persen tertular dan sembuh sendiri tanpa obat, sedangkan dua persen lainnya menjadi sakit dan perlu pengobatan,” ujar Susan.
Hari Kusta Sedunia diperingati setiap hari Minggu terakhir pada Januari. Peringatan Hari Kusta Sedunia atau World Leprosy tahun ini diperingati 28 Januari 2023.
Hari Kusta Sedunia 2024 ini mengusung tema “Beat Leprosy” atau “Kalahkan Kusta”. Tema ini dipilih dengan dua tujuan, yakni menghapuskan stigma yang melekat pada kusta dan meningkatkan martabat orang yang terkena penyakit tersebut.