
Terakota.id—Jagad sastra berkabung, penyair sekaligus guru besar sastra Indonesia Universitas Indonesia Sapardi Djoko Damono tiada. Kehilangan. Lini massa media sosial dipenuhi ucapan duka. Warganet menyampaikan duka dan kehilangan di media sosial, sehingga menjadi trending topic di twitter. Kedukaan itu disambung dengan dua tanda pagar atau tagar. Tagar Pak Sapardi dicuitkan 55,8 ribu warganet sedangkan tagar innalillahi sebanyak 7 ribu lebih dan #SapardiDjokoDamono
Penyair Joko Pinurbo melalui akun @PuisiJokpin juga menyampaikan kehilangan. “lInna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Telah meninggal dunia sastrawan besar Indonesia, Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono di Eka Hospital BSD, Tangerang Selatan pada hari ini 19 Juli 2020, pukul 09.17 WIB. #SapardiDjokoDamono.” Status ini di-retweet sebanyak 5.800 orang dan disukai 6 ribu lebih.
Penulis dan musisi Fiersa Besari juga menulis kehilangan melalui akun @FiersaBesari. Fiersa menulis, “hidup bisa makin sulit, kitanya harus makin kuat. Semangat, ya, kamu. Pesan ini di-retweet sebanyak 9.400 orang dan disukai 34 ribu lebih.” “Selamat jalan, Eyang Sapardi Djoko Damono. Jasamu abadi, seiring karya sastramu yang meninggalkan pengaruh besar untuk generasi setelahmu. Patah hati terdalam dari kami.”
Selamat jalan, Eyang Sapardi Djoko Damono. Jasamu abadi, seiring karya sastramu yang meninggalkan pengaruh besar untuk generasi setelahmu. Patah hati terdalam dari kami pic.twitter.com/acvx972cMw
— Fiersa Besari (@FiersaBesari) July 19, 2020
Sembari mengunggah puisi karya Sapardi berjudul Pada Suatu Hari Nanti (1991). “Pada suatu hari nanti, jasadku tak aka nada lagi. Tapi dalam bait-bait sajak ini kau tak kan kurelakan sendiri. Pada suatu hari lagi nanti, suaraku tak terdengar lagi. Tapi diantara larik-larik sajak ini kau akan tetap kusiasati. Pada suatu hari nanti, impiankupun tak dikenali lagi. Namun disela-sela huruf sajak ini kau takkan letih-letihnya kucari.”
Lini massa dipenuhi pula musikalisasi puisi Pak Sapardi yang dibawakan duo folk AriReda. Mereka mengunggah video klip dan suara lantunan Reda Gaudiamo dan permainan gitar Ari Malibu. Namun, ada pula yang juga mengenang mendiang gitaris Ari Malibu 15 Juni 2018.
Reda Gaudiamo menulis kenangan bersama Ari Malibu dan Sapardi. Ia menulis dalam status Facebook 21 mei 2019, mengenang setahun kepergian teman duetnya Ari Malibu. Duo AriReda terbentuk sejak 1982. “……Jadi, karena panik main gitar itulah saya mencoba bersiasat dalam upaya terus menyanyi. Dan mulai putus asa sebetulnya. Eh pada suatu hari, ketika main ke Ciputat, ke rumah Pak Sapardi, saya melihat gitar hitam kecil di ruang kerjanya, tertumpuk buku-buku. Saya ambil, mainkan dan ya ampuuuuuun enaknya bukan main. Suaranya cemengkling, dan jari-jari saya seperti langsung menemukan kawan lama saja. Mereka langsung akrab dengan senar dan batang gitar yang tak terlalu lebar. Sementara ukurannya begitu pas di pelukan lengan saya. Hari itu juga guitalele Yamaha warna hitam ini berpindah tangan. Saya bawa Kwasa (lengkapnya Yamaha Kwasa) pulang. Sejak hari itu, saya belajar memainkan lagu-lagu AriReda. Belum sempurna, tentu, apalagi menyamai permainan Ari (masih jauuuuuh), tetapi ini satu kemajuan yang boleh saya rayakan: bisa main juga menyanyi dengan lebih tenang dan senang…”
Selamat jalan Pak Sapardi, sajakmu tetap abadi.

Jalan, baca dan makan