Iklan terakota

Terakota.id—Sebanyak 11 penulis muda di kawasan ASEAN terpilih mengikuti program residensi ASEAN-Jepang dalam ASEAN Literary Festival. Bersama seorang penulis Jepang mereka akan menghabiskan waktu bersama selama sepekan di Kampung Muara, Tanjung Barat, Jakarta Selatan.

Dilanjutkan bergabung bersama sejumlah penulis ASEAN untuk berbicara di ASEAN Literary Festival ke-4 di Kota Tua, Jakarta 3-6 Agustus 2017.  Kesebelas penulis muda ini menyisihkan sekitar 1.000 orang yang mengirimkan aplikasi. Seluruh pelamar dinilai berbakat dan bersaing ketat.

“Program residensi merupakan usaha untuk merekatkan masyarakat ASEAN. Kita tak bisa menjadi komunitas tanpa memiliki kedekatan dan rasa memiliki, ” kata Direktur program ASEAN Literary Festival, Okky Madasari dalam siaran pers.

Program residensi diharapkan bisa menjadi ajang bagi para penulis dan intelektual ASEAN muda dan masyarakat ASEAN untuk mengenal satu sama lain. Sebagai saudara dalam Komunitas ASEAN seperti yang dimimpikan.

Di antara para penulis muda, ada penulis muda berbakat asal Malang Yusri Fajar. Yusri merupakan penulis kumpulan cerita pendek “Surat dari Praha.” Aktif dalam gerakan literasi dan aktif mengelola center for literary and cultural studies Malang. Menekuni kajian sastra dan budaya, postcolonial studies, sastra dan film, ecocriticism, sastra diaspora/migran, representasi identitas budaya dalam media.

Yusri tercatat sebagai pengajar bahasa dan sastra di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya Malang.

Berikut daftar 11 penulis muda terpilih :

  1. Clara Chow dari Singapura
  2. Glenn L Diaz dari Filipina
  3. Hariz Faddylah dari Brunei
  4. Intan Andaru dari Banyuwangi, Indonesia
  5. Ira Lathief dari Jakarta, Indonesia
  6. Mai Nardone dari Thailand
  7. Moe Thet Han dari Myanmar
  8. Ni Komang Ariani dari Bali, Indonesia
  9. Shaz Johar dari Malaysia
  10. Tra Nguyen dari Vietnam
  11. Yusri Fajar dari Malang, Indonesia

ASEAN Literary Festival bakal dihadiri penulis, akademikus dan pekerja seni dari 10 Negara di ASEAN dan partisipan dari 20 Negara lain. Menurut Okky ASEAN Literary Festival telah menempatkan budaya dan sastra sebagai bagian penting dari organisasi ASEAN. “Hanya budaya dan sastra yang bisa menyatukan Negara di ASEAN. Politik dan ekonomi hanya ilusi dan retorika belaka,” kata Okky.

Kebebasan berekspresi menjadi topik utama yang akan dibahas. Serta radikalisme, terorisme dan peran media sosial dalam kehidupan sehari-hari. Diskusi akan difokuskan kekerasan dan pelanggaran HAM yang dialami etnis Rohingya di Burma, ekstrimisme di kawasan Asia Tenggara dan isu kebebasan berekspresi.