Penemuan Situs Patirtan di Tebing Sungai Manten Malang

Petugas dari Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan melakukan identifikasi pada sebuah bangunan yang di duga sebuah situs purbakala yang di temukan warga di antara sungai dan saluran irigasi di Desa Ngawonggo, Kec. Tajinan, Kabupaten Malang, Jawa Timur 25 April 2017. Siitus tersebut di duga merupakan sebuah petirtan atau kolam pemandian berundak yang dibangngun pada masa akhir Kerajaan Singosari atau awal Kerajaan Majapahit. (Foto/Aris Hidayat)
Iklan terakota

Terakota.id-Sebuah situs patirtan ditemukan di Dusun Nanasan, Desa Ngawonggo, Kecamatan Tajinan, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Keberadaan situs di tebing Sungai Manten ini sudah diketahui sejak lama oleh warga sekitar namun dibiarkan begitu saja. Baru menjadi perbincangan ketika dua pemuda warga desa setempat, mengungah foto-foto situs ini ke media sosial beserta mendapat respons dari berbagai pihak.

Selasa, 25 April 2017, perwakilan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Hartoyo, yang juga koordinator juru kunci candi-candi di Malang ini melakukan survei awal setelah kabar penemuan situs patirtan ini menjadi viral di media sosial. Ia datang ditemani juru pelihara Candi Kidal, Tajinan, dan juru pelihara Candi Badut, Kota Malang.

Ditemani perangkat desa, polisi, dan TNI, mereka menuju lokasi situs bersama-sama untuk mengumpulkan bahan yang akan dibuat laporan ke pihak yang berwenang guna dilakukan tindakan selanjutnya. “Ini masih survey awal, nanti akan kita laporkan dan menunggu apa yang akan dilakukan selanjutnya,” kata Hartoyo, yang juga juru kunci Candi Songgoriti di Kota Batu ini, Selasa (25/4/2017).

Hartoyo, Perwakilan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan mengamati situs patirtan yang berada di Dusun Nanasan, Desa Ngawonggo, Tajinan, Malang, Selasa (25/4/2017). Foto/Aris Hidayat

Terakota.id juga turut menyusuri lokasi situs yang keberadaannya berada di tebing Sungai Manten yang melintasi desa ini. Ada empat titik yang diketahui untuk sementara. Diduga masih banyak bangunan lainnya yang berada di sepanjang tebing sungai ini. Dari empat titik yang ada, beberapa sudah dibersihkan secara swadaya oleh pemuda setempat, yang dipelopori oleh Somad dan Yasin.

Bangunan di sisi paling timur yang terlihat masih bisa diamati bentuknya yang diduga sebuah kolam persegi panjang dengan Sembilan arca di sisi selatan. Ada arca yang diduga ganesha, Dewa Wisnu, Dewa Shiwa, arca Singa penyangga, selebihnya sudah tak berbentuk.

Di atas arca tersebut diduga ada Jaladwara atau pancuran yang tersisa satu dan ditempatkan di Balai Desa Ngawonggo. Jaladwara lainnya hilang atau belum ditemukan.

Di sebelah baratnya, yang masih banyak tertutup ilalang dan rumput gajah, ternyata sebuah kolam bertingkat. Ada relief yang diduga berbentuk angka-angka di tembok sisi selatan. Dua kola mini terpisah batuan yang ada cekungan untuk mengalirkan air ke kolam di bawahnya.

Di sisi baratnya lagi ada semacam dinding yang juga terdapat reliefnya yang diatasnya ada lubang yang diduga sebuah goa atau reruntuhan bangunan. Di sisi baratnya lagi juga hampir sama bangunannya. Seperti pancuran air yang dindingnya juga terdapat reliefnya. Jaladwara yang berasal dari batuan andesit diduga khusus didatangkan untuk melengkapi bangunan situs.

“Batuannya berasal dari batu cadas tebing sungai tapi batu cadas yang keras. Berbeda dengan batu cadas yang ada di sungai,” kata juru pelihara Candi Kidal Imam Pinarko yang juga mengunjungi lokasi situs ini.

Menurutnya, banguna situs ini dibangun pada masa akhir Singhasari hingga awal Majapahit. Namun, untuk lebih jelasnya akan diteliti lebih lanjut oleh tim ahli atau yang berwenang. Lokasi situs ini berjarak 8,4 kilometer ke arah selatan dari Candi Kidal.

Foto/Aris Hidayat

Yasin, bersama para pemuda desa setempat berharap pihak berwenang bisa menyelamatkan situs ini. Selama dua hari terakhir, ia hanya membersihkan dengan sabit dan cangkul. Rumput-rumput yang menutup areal bangunan dibersihkannya agar terlihat rupa dari situs yang masih misteri ini.