Merayakan ulang tahun ketiga, komunitas Pendaki Madiun Karesiden menggelar kemping bersama di Lawu green forest (LGF)30-31 Januari 2021. (Foto : Heru Stones).
Iklan terakota

Terakota.id—Merayakan ulang tahun ketiga, komunitas Pendaki Madiun Karesiden menggelar kemping bersama di salah satu taman hutan gunung Lawu, Lawu green forest (LGF). Diikuti 115 peserta terdiri atas pemuda, pelajar dan mahasiswa 30-31 Januari 2021. Mereka berlatih edukasi mitigasi bencana alam juga berlatih memanfaatkan air hujan untuk bertahan hidup atau survival.

Menghadirkan pemateri pendiri komunitas Banyu Benging Yogyakarta, Sri Mulyaningsih menjelaskan mitigasi bencana berbasis kearifan lokal. Menurut Sri, masyarakat di suatu daerah khususnya di daerah rawan bencana sangat mengenali tanda-tanda alam di lingkungannya. “Mereka mengenal tanda jika akan terjadi suatu bencana,” katanya keterangan tertulis yang diterima Terakota.id.

Pengetahuan itu, katanya, perlu menjadi bahan edukasikan bagi khalayak. Agar mereka mengenali kembali kearifan lokal di daerah masing-masing. “Supaya tahu jika ada tanda untuk meminimalisir risiko bencana yang akan terjadi,” kata Sri.

Kika : Endrik (founder PMK), Heru (penasehat PMK), Rindang (BASARNAS), Novita (Garda rescue Magelang), Diah (anggota tim Banyu Bening Jogja), Ervin (penggiat edukasi alam), Yani (anggota tim Banyu Bening Purwokerto), Rafael (Survival Skill Indonesia Semarang)

Sri Mulyaningsih juga menyampaikan jika air hujan memiliki banyak manfaat untuk tubuh. Mengonsumsi air hujan, katanya, akan memberi dampak daya tahan tubuh yang tangguh.

“Air hujan memiliki tingkat asam basa yang memaksa sel tubuh lebih cepat menyerap mineral,” ujarnya. Sehingga membuat tubuh lebih memiliki tingkat imunitas yang bagus dibandingkan dengan mengonsumsi air biasa.

Sementara pegiat Survival Skill Indonesia Rafael pengenalkan kondisi yang mengancam keselamatan di alam. Sekaligus cara bertahan hidup atau survival di alam bebas. Sedangkan anggota Basarnas Semarang Rindam melatih pendaki tentang teknik rescue pendaki yang hilang di gunung. Serta usaha agar terhindar dari risiko tersesat di alam bebas.

“Saya mendapat banyak pengetahuan berada di alam bebas. Kontekstual dengan kondisi saat ini.” kata salah seorang peserta, Faqih asal Ngawi.

 

Pendiri komunitas Pendaki Madiun Karesiden, Endrik Syaiful menjelaskan para pendaki perlu mendapat edukasi saat di alam bebas. Tujuannya mencegah insiden saat beraktivitas di alam bebas. “Mendesak dan sangat dibutuhkan edukasi bagi pemuda dan penggiat alam,” katanya.

Usai edukasi, katanya, diharapkan peserta menerapkannya saat melakukan aktivitas di  alam bebas.  Komunitas perkumpulan pendaki gunung di Madiun dan beranggotakan puluhan remaja. Berdiri sejak 2018.