Pelajar dan Pemuda Kota Batu Belajar Film Dokumenter

Iklan terakota

Terakota.ID–Organisasi kebudayaan Seloaji dan Nawadya menyelenggarakan pelatihan film dokumenter Nyantrik Film #1 pada 23 September 2023. Diikuti sebanyak 29 orang dengan beragam latar belakang. Pelatihan produksi film dokumenter penting untuk para pemuda yang tertarik dalam bidang perfilman. Meliputi pelajar, pemuda, pegiat komunitas dan televisi desa Kota Batu.

Pelatihan film dokumenter mendatangkan praktisi perfilman dan dosen tidak tetap Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang, Arfan Adhi Perdana. “Film dokumenter menyajikan informasi yang faktual, tidak direkayasa oleh tokoh, ruang, waktu, dan peristiwa,” kata Arfan.

Film dokumenter yang sudah diolah secara kreatif akan mempengaruhi khalayak. Sehingga, film dokumenter memiliki nuansa propaganda, mudah diingat dengan satu sudut pandang.

Arfan menjelaskan persamaan dan perbedaan film dokumenter, dokumentasi, dan jurnalistik televisi. Ketiganya, memiliki persamaan berupa objek pembahasan, perekaman, dan pengamatan yang bersifat aktual. Film dokumentasi, katanya, merupakan sebuah rekaman gambar dan suara secara faktual dan aktual tanpa struktur cerita. “Dokumentasi tidak memiliki ideologi yang disampaikan kepada penonton,” tuturnya.

Sedangkan jurnalistik televisi diambil secara faktual yang melalui tahapan editing sebelum penayangan, agar sesuai naskah yang dibuat. Jurnalistik televisi memiliki tujuan dan ideologi yang disampaikan kepada penonton. Selain itu, jurnalistik televisi mengambil cerita dari berbagai sisi agar tidak memihak atau melihat dari satu sudut pandang.

Sedangkan film dokumenter merupakan karya film yang diambil secara faktual dan aktual dengan tipe audio-visual lain atau story telling yang tidak dimiliki dokumentasi dan jurnalistik. Sebuah film dokumenter harus memiliki sudut pandang yang mendukung footage atau gambar yang diambil.

Diantara tipe film dokumenter, para film maker Indonesia banyak menggunakan tipe expository. Yakni, menyampaikan informasi yang disebarkan secara persuasif, dan menggunakan Voice Over sebagai penjelas. Sedangkan, narasi dibutuhkan sebagai penguat video yang kurang dipahami penonton.

Sedangkan tipe observasional membutuhkan waktu yang lama dalam proses pembuatannya. Lantaran isinya sangat signifikan, film maker menolak mengintervensi objek dan peristiwanya. Serta menolak menggunakan narasi, wawancara, bahkan menolak menggunakan tulisan panjang yang menjelaskan sebuah adegan. “Tayangan menekankan kehidupan manusia secara akurat,” katanya.

Sementara tipe interactive atau participatory pembuat film masuk dalam peristiwa atau objek film. Film maker masuk kedalam peristiwa dan langsung berinteraksi dengan narasumber. Aspek utama dalam tipe ini adalah wawancara dan komentar langsung dari subjek. “John Gierson merupakan tokoh yang mengawali membuat film dokumenter. Karyanya berjudul Nanook of the North. Burasi 1.5 ditayangkan tanpa mendongeng,” kata Arfan.