Para Penakluk Kawah Gunung Ijen

Para Penakluk Kawah Gunung Ijen
Foto dan naskah: Aris Hidayat

Kepulan asap berbau menyengat menyeruak keluar dari pipa yang tertancap pada dinding kaldera di samping sebuah danau berwarna hijau toska. Adalah kawah Gunung Ijen, danau kawah besar yang terdapat di perbatasan Kabupaten Banyuwangi dan Bondowoso, Jawa Timur.

Memiliki kedalaman 200 meter dan mampu memproduksi hingga 36 juta meter kubik belerang dan hidrogen klorida dengan luas sekitar 5.466 hektar. Dan masih dalam kondisi aktif hingga sekarang.

Perjalanan ke puncak Gunung Ijen memakan waktu selama lebih kurang dua jam. Setelah sampai di puncak, penambang harus menuruni lereng terjal untuk menuju kawah.  Berada di atas ketinggian 2.243 mdpl, puluhan penambang tampak sibuk mencongkel dan memecahkan belerang. Belerang berasal dari  cairan sulfur yang di alirkan melalui pipa besi yang kemudian membeku.

Penambang harus rela bekerja di tengah tebalnya kepulan asap sulfur beracun yang membuat dada mereka terasa sesak.  Hanya berbekal  kain dan air, mereka membentengi diri dari serangan asap belerang. Apabila nafas terasa sesak, kain basah inilah senjata terampuh bagi mereka, yitu dengan cara menggigitnya.

Di kutip dari BBC Indonesia, pekerjaan sebagai penambang kawah Ijen merupakan pekerjaan paling berbahaya di dunia. Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan oleh BBC sekitar 2011, kadar asap beracun Kawah Ijen telah melampaui 40 kali dari batas aman untuk pernapasan di Inggris. Tercatat sebanyak 70 orang penambang tewas dalam kurun waktu 40 tahun ke belakang.

Pekerjaan menambang belerang sungguh pekerjaan yang  berat dan  menyiksa. Melawan asap beracun, memikul beban yang beratnya mencapai 70 kg bahkan lebih, dan masih harus berjalan naik turun bukit dengan medan yang curam.

Satu kilogram belerang dihargai sekitar Rp 800,-. Umumnya, seorang penambang mampu mengangkut belerang 2 hingga 3 kali angkut dalam 1 hari. Aktifitas seperti ini mereka lakukan setiap hari, mulai pagi hingga menjelang sore hari. Demi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mereka melakoni pekerjaan yang penuh resiko ini.