
Terakota.id—Seorang lelaki mengenakan celana dan kemeja pakaian dinas lapangan militer berwarna hijau. Warna kain mulai memudar dan lusuh. Ia mengenakan peci penutup rambut yang memutih, tangan kanan menggenggam selembar bendera merah putih. Berjalan tertatih ditopang sebuah tongkat. “Kapan bendera dwi warna ini kembali terkibar di bumi Nusantara,” kata sang kakek di pelataran Dewan Kesenian Malang (DKM), 17 Agustus 2020.
Keluar dari sudut ruangan DKM, seorang perempuan mengenakan kostum Srikandi sembari menari menyambut sang kakek veteran. Berturut-turut tujuh pahlawan super alias super hero turut hadir. Mereka menari tarian kontemporer. Aksi teatrikal ini ditampilkan sebagai pembuka upacara kemerdekaan Indonesia di DKM. Sebuah tarian pembuka berjudul “jagalah benderaku.”

Lantas, sang kakek menyerahkan bendera merah putih kepada Srikandi. Dibantu Superman dan Gundala Putra Petir mereka mengibarkan bendera tepat di depan kantor DKM diringi lagu Indonesia. Aksi teatrikal dan tarian para seniman ini menarik perhatian pengunjung saat detik-detik proklamasi dan pengibaran bendera.
Seniman dari DKM memang memiliki cara berbeda dan unik dalam mengibarkan bendera. Usai bendera berkibar, lagu Merah Putih karya band Coklat berkumandang. “Kini sudah berkibar di nusantara. Jaga, dan lindungi. Terus berkarya demi kejayaan Indonesia,” ujar sang kakek.
Ketua DKM Bobby Nugroho menyampaikan upacara bendera dilangsungkan dalam suasana pandemi Covid-19. Peserta upacara menerapkan protokol kesehatan dengan menyediakan tempat cuci tangan, bermasker dan menghindari kerumunan. “Peradaban baru. Kita tak sendirian, mari saling menguatkan. Semangat, tetap berkarya demi generasi muda. Jangan hitung apa yang disumbangkan kepada Negara,” ujar Bobby usai upacara.
Art Flag Exhibition
Memperingati hari kemerdekaan Indonesia ke 75, BPH Seni Rupa dan Seni Media Baru DKM menyelenggarakan art flag exhibition atau pameran bendera seni bertajuk “Independence Say”17-24 Agustus 2020. Pameran dilangsungkan secara daring dan luring, melibatkan para perupa dan videographer. “Ibu rumah tangga, anak muda juga terlibat membuat bendera,” ujar Bobby.
Mereka menuangkan ide dan gagasan secara visual dalam bentuk bendera. Pameran karya ini diklaim pertama di Indonesia. Para perupa menggunakan beragam teknik mulai cetak, lukis, rajut, lubang dan jahit. “Masing-masing perupa menuangkan ide untuk mendampingi semangat merah putih,” katanya.

Setiap perupa mewakili keragaman budaya Nusantara, masing-masing memiliki perbedaan pandangan dan pengetahuan. Sebanyak 75 karya bendera ini berkibar di pelataran DKM. Mereka menuangkan gagasan dan inspirasi seni dalam selembar kain lebar 75 centimeter dan panjang 105 centimeter. “DKM memanggil mereka melalui rasa nasionalisme,” ujarnya.
Salah satu perupa yang turut mengikuti pameran Masari Arifin menjelaskan bendera berwarna dasar kuning yang didesain khusus dalam pameran ini. Masari yang dikenal sebagai pelukis berbahan dasar plastik ini menjelaskan desain bendera terinspirasi dari filsafat Islam. “Ada lima karaketristik mejadi satu,” ujarnya.
Ia melelehkan tas kresek dan difermentasi selama tiga hari dipadukan dengan cat akrilik. Proses pembuatan karya total dilakukan selama sepekan. Plastik, katanya, digunakan sebagai media alternatif. Sedangkan umumnya seniman menggunakan cat minyak atau arang.
Masari mengeksplorasi plastik menjadi bahan melukis sejak 2012. Awalnya sebatas riset hingga diterapkan di atas kanvas sejak 2016. “Sekarang sekitar 60 karya lebih. Pameran tunggal dulu sebanyak 25,” ujarnya.
Masari spesifik menggunakan plastik jenis HD dan PD. Plastik menjadi material alternatif melukis lantaran plastik berwarna-warni. Selain itu, plastik elastis dan mudah dibentuk. Ia mengaku tergerak memanfaatkan limbah plastik sebagai gugatan atas fenomena hampir semua lini menggunakan plastik sebagai material. Sedangkan bahan lain mulai ditinggalkan.

Padahal plastik meninggalkan banyak masalah dan menjadi persoalan lingkungan dan kesehatan. Sekitar 80 persen bahan baku ia mengumpulkan limbah yang tak terpakai. Selain itu sumbangan dari tetangga, teman dan mengumpulkan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Supit Urang Malang. “Plastik dibersihkan dan diproses hingga menjadi material lukisan di atas kanvas,” katanya.
Proses menempelkan platik ke atas kain kanvas dilakukan dengan dengan cara dilelehkan. Proses kreatif Masarai dalam melukis rata-rata diselesaikan dalam tempo satu pekan. Masari bekerjasama dengan galeri di Bali, Yogyakarta, Malang dan Jakarta. Hasilnya, kata Masari, publik merespons positif termasuk kolektor.
“Tergantung ukuran dan merespons apa? Kalau realis butuh waktu lama, bisa mencapai sebulan,” ujarnya.

Jalan, baca dan makan