
Reporter : Alinda Putri Dewanti
Terakota.id–-Dua gapura bertuliskan ‘Selamat Datang di Kota Reog’ dan ‘Kota Reog Ethnic Art of Java’ menyambut para tamu yang berkunjung ke Ponorogo. Kota ini berada di barat daya berjarak sekitar sekitar 220 kilometer dari Surabaya. Ponorogo terkenal dengan kesenian Reog, namun juga menyimpan kuliner khas. Salah satunya sate ayam.
Belum lengkap rasanya, jika ke Ponorogo tapi belum menikmati sate ayam. Sate ayam Haji Tukri salah satunya yang terkenal. Bahkan, Presiden ke enam Susilo Bambang Yudhoyono tak ketinggalan senantiasa mampir makan sate ayam Ponorogo jika ke Pacitan, kampung asalnya. Presiden Joko Widodo juga pernah menyantap sate khas Ponorogo.
Untuk menikmati sate ayam tak perlu bingung, hanya selemparan batu dari pusat kota Ponorogo. Silahkan masuk ke Gang Sate. Tepatnya Jalan Lawu 1 Nomor 43 K, Kampung Sate Nologaten, Ponorogo. Bagi pengunjung yang membawa mobil bisa langsung memarkirkan kendaraan di halaman rumah makan. Area parkir luas dan gratis.

Setelah tiba, langsung bisa memesan di kasir. Seporsi sate ayam Haji Tukri berisi 10 tusuk sate lengkap dengan potongan lontong dan bumbu atau saus sate. Anda bisa memilih jenis sate yang disajikan. Apakah potongan daging ayam atau campur. Sate campur berisi potongan daging, jeroan seperti hati, ampela dan usus ayam.
Jika satu porsi dirasa cukup besar, pengunjung juga bisa memesan hanya beberapa tusuk. Satu porsi sate ayam lengkap dibanderol Rp 34 ribu. Keunikan sate ayam Haji Tukri terletak pada potongan daging ayam yang dipotong pipih memanjang seperti fillet. Ukuran potongannya cukup besar. Pas di lidah.
Sate dimasak matang sempurna, daging ayam empuk. Bumbu sate ayam Haji Tukri berbeda dari sate ayam lain, lebih kental dan manis tanpa campuran bawang dan kecap. Sate ayam Haji Tukri berdiri sejak 1970. “Dulu berjualan keliling, dipikul,” kata salah seorang pegawai, Yusuf Bachtiar.
Lantas 1995 pindah ke lokasi rumah makan yang sekarang. Awalnya hanya sebuah bangunan kecil, belum seluas sekarang. Sate ayam Haji Tukri ramai dikunjungi ketika musim libur tiba, terutama libur lebaran. Pengunjung yang ingin mencicipi kelezatan sate ayam Ponorogo harus mengantre panjang hingga ke halaman rumah makan.

Terkenal karena kelezatan sate ayam Haji Tukri bahkan kalangan selebritas tak ketinggalan senantiasa mencicipi sate ayam Ponorogo. Sate ayam Haji Tukri berbeda, potongan daging besar, dan menggunakan bumbu khusus. “Sate di sini tahan sekitar dua hari tanpa pendingin,” kata Bachtiar menambahkan.
Salah seorang pelanggan setia sate ayam Haji Tukri, Reni Apriani mengatakan sering mengajak teman dari luar kota makan di sini. Lantaran sate Pak Tukri paling terkenal dan paling lama di gang sate ini. “Satenya enak, bumbunya meresap,” katanya.
Rumah makan sate ayam Haji Tukri buka setiap hari mulai pukul 05.00 WIB-20.00 WIB. Juga melayani pesanan luar kota seperti Jakarta, Surabaya dan Malang. Sate ayam Haji Tukri membuka cabang di Madiun dan Solo.
Perjalanan dari Malang ke Ponorogo ditempuh sekitar lima jam menumpang bus patas dari terrminal Arjosari. Perjalanan dari Arjosari melewati Surabaya. Tarif bus patas berkisar Rp 80 ribu.
Jika menggunakan bus Ekonomi lebih hemat. Bus Malang-Surabaya cukup membayar Rp 15 ribu dilanjutkan penumpang bus Surabaya-Ponorogo Rp 26 ribu. Tentu memakan waktu lebih lama, karena harus berpindah bus. Tiba di terminal Seloaji Ponorogo, pengunjung masih bisa menumpang ojek menuju sate ayam Haji Sukri.

Merawat Tradisi Menebar Inspirasi