Terakota.id–Sebanyak 90 nelayan lokal Dusun Pancer, Kabupaten Banyuwangi melakukan upaya sapu bersih sampah plastik di Samudera Hindia. Tepatnya di sekitar Pantai Wedi Ireng, Desa Sumberagung, Kabupaten Banyuwangi. Aksi kolaborasi Fishing For Litter ditargetkan bisa membersihkan 10,3 ton sampah laut.
Selanjutnya sampah dikelola di Sentra Kelola Sampah (SEKOLA) EcoRanger. Program ini diprakarsai Greeneration Foundation melalui program EcoRanger yang tergabung dalam aliansi aksi kolaborasi Rethinking Plastics: Circular Economy Solution to Marine Litter.
Sebagai bagian dari rangkaian program ini, EcoRanger menyelenggarakan Fishing Camp yang dilaksanakan pada 19-20 Desember 2021. Petugas Perum Perhutani Kawasan Pemangku Hutan (KPH) Banyuwangi Selatan, Joko mengapresiasi aksi nelayan yang secara sukarela bergerak aktif menyingkirkan sampah laut.
“Nelayan memiliki peran penting untuk mencegah polusi sampah laut,” kata Joko dalam siaran pers yang diterima Terakota. Kegiatan ini, katanya, bisa menjadi contoh dan memicu gerakan serupa di tempat lain. Nelayan, katanya, juga menjadi garda depan penanganan polusi sampah laut.
Dalam Fishing Camp, berkesempatan kolaborasi nelayan, wisatawan, masyarakat, dan komunitas untuk sapu bersih sampah di laut sekitar Pantai Wedi Ireng. Tak hanya bersihkan sampah laut, mereka juga mengadakan mancing dan camping bersama.
Fishing camp menjadi seru saat dianugerahkan pemancing ikan dan kelompok nelayan binaan Fishing For Litter terbaik. Kelompok nelayan Mustika Selatan berhasil menyingkirkan 2.127,64 kilogram sampah selama Fishing For Litter berjalan. Bobot sampah yang disingkirkan bahkan melebihi dua bobot mobil.
Tak kalah penting, katanya, kegiatan Fishing Camp berhasil mengumpulkan sampah laut dan pantai sebanyak 28 kilogram. Atas kolaborasi seluruh pihak, sampah bisa dicegah agar tak berakhir di lautan dan mencemari ekosistem laut.
“Masyarakat Desa sumber Agung khususnya Dusun Pancer sangat terbantu dengan adanya aksi kolaborasi EcoRanger dan relawan mengelola sampah,” kata Kepala Dusun Pancer, Kabupaten Banyuwangi, Fitriyati.
Tidak hanya sampah rumah tangga, tapi juga mulai beraksi sampah laut yang berasal dari darat. Aksi ini, katanya, dapat menginspirasi berbagai pihak untuk melakukan usaha serupa agar bergerak. Tak hanya masyarakat Banyuwangi, tapi juga seluruh masyarakat Indonesia.
“Semua bergerak. Dari Sabang hingga Merauke. Sampah laut adalah masalah kita bersama. Harus diselesaikan bersama,’ katanya.
Kini, selama kurun waktu tiga tahun terakhir mulai berkurang sampah di lautan. Namun, masih besar volume sampah yang harus dicegah agar tak berakhir di laut hingga 70 persen pada 2025.
Pada 2020, Tim Koordinasi Sekretariat Nasional Penanganan Sampah Laut (TKNPSL) mencatat sebanyak 521.540 ton sampah berakhir di laut Indonesia. Sekitar 80 persen sampah berasal dari daratan. Sampah di laut perlahan merusak ekosistem laut.
Jalan, baca dan makan