
N-BATTLEGROUND
Art Exhibition
9-13 April 2021
di Gedung Dewan Kesenian Malang
Jl.Majapahit 3 Kota Malang
Terakota.id–Dinamika perkembangan seni rupa sebuah kota setidaknya bisa ditandai dengan banyaknya seniman, aktivitas berkesenian dan penyelenggaraan pameran. Malang, kota terbesar kedua di Jawa Timur dengan kesejukan udara dan keindahan panoramanya di era kolonialisme telah memikat seniman-seniman berasal dari Belanda dan Eropa untuk berkarya. Beberapa pelukis ternama Belanda pernah berpameran di Gedung Societeit Concordia (Sarinah) di jalan merdeka Utara Malang.
Setelah kemerdekaan Indonesia di tahun 1960an berdiri Sanggar Pelukis Malang yang dimotori oleh Widagdo yang menggalang seniman-seniman muda di Malang Raya. Dibukanya jurusan Seni Rupa IKIP Malang (UM) demi memenuhi kebutuhan masyarakat dalam pendidikan seni rupa melahirkan sanggar-sanggar sebagai wadah kreativitas dalam berkarya. Tahun 1975 lahir sanggar ARTI yang cukup berpengaruh mewarnai seni rupa di Malang raya. Lalu ada Sanggar MARS, Sanggar SAKTI, Angkatan Pelukis Muda (APM) dan sejumlah sanggar lainnya.
Pada tahun 1980an di IKIP Malang (UM) dari Unit Kegiatan Mahasiswa berdiri Sanggar Minat (SAMIN) yang memberi ruang kepada mahasiswa untuk berkreasi di luar bangku kuliah. Beberapa aktivis yang pernah terhimpun di SAMIN seperti Gatot Pujiarto, Ojite Budi Sutarno, Isa Ansory, Aji Prasetyo, keberadaan mereka diakui secara nasional maupun internasional.
Sejak tahun 1980an awal para perupa di Malang sudah memimpikan perlunya tempat berkesenian yang ideal di kota Malang. Baru pada akhir tahun 1980-an pemerintah kota Malang membangun Gedung Dewan Kesenian Malang yang ditempati hingga sekarang.
Tahun 1990an hingga tahun 2000an kelompok-kelompok alternatif mulai bermunculan di kota Malangseperti Pintu Samping, Belok Kiri Jalan Terus (BKJT), Kentjing Anjing, Portal, Insonium, Rumah Sakit Seni, Komunitas Seni Asma, Kelompok Studi Lentera, Sanggar Blitz, Senitorium X, Kelompok Kompak, Malang Suko, Kelompok Sak Sen dan banyak lagi yang turut menyemarakkan aktivitas seni di Malang.
Kehadiran jurusan Seni murni tahun 2010 an di Universitas Brawijaya dan Jurusan DKV Universitas Ma Chung menambah semaraknya penggiat seni di kota Malang. Selain sebagian dosen aktif berkarya dan mengikuti pameran seni rupa di berbagai kota di Indonesia, para mahasiswanya juga membentuk komunitas-komunitas seni demi mengasah kecakapan teknik dan wawasannya. Muncul komunitas Taman Langit, Poharin dan Brawijaya V. Sementara di era yang sama selain komunitas juga lahir art space dengan visi yang beragam seperti Minimaniez, Semeru Art Space, Studio Dinding Luar (SDL) dan lain-lain.
Berkenaan dengan banyaknya seniman, komunitas dan ruang seni yang mewarnai dinamika perkembangan seni rupa di kota Malang, BPH seni rupa Dewan Kesenian Malang menggelar pameran bertajuk N-Battleground yang diselenggarakan pada 9 – 13 April 2021 menempati 2 gedung dan pendopo DKM, Jl. Mojopahit 3 Malang.Selain untuk menggalang seniman lintas generasi di kota Malang, N-Battleground juga dijadikan ajang untuk mempertontonkan capaian-capaian artistik kekinianseniman kota Malang.
Pameran N- Battleground melibatkan 46 seniman baik secara individual maupun yang mewakili sejumlah komunitas di Malang. Karya yang diusung dalam pameran sangat beragam mulai dari karya drawing, lukisan, grafis, patung, instalasi, New Media Art, object art, video art dan Instalation sound Art. Begitu pula dengan tema, teknik, gaya dan media yang digunakan seniman untuk mengekspresikan ide,gagasan dan pemikiran mereka berbeda-beda.
Dalam pameran N- Battleground penikmat seni dan publik kota Malang bisa menyaksikan karya dari seniman yang jarang dipamerkan di Malang. Gatot Pujiarto, seniman yang selama inibanyak menghasilkan karya-karya yang mengekplorasi ketidaknormalan, keganjilan dan tragedi kehidupan sehari-hari dan diekspresikan dengan menggunakan beragam media seperti perca kain, sobekan kertas dan acrylic.
Karya-karyanya telah dipamerkan di berbagai event bergengsi di Indonesia dan banyak terlibat dalam berbagai pameran bersama dan art fair di luar negeri seperti art fair di Singapore, Hongkong, dan pameran tunggal di Hongkong, Singapore dan Shanghai China (2019). Bahkan Gatot sedikit dari seniman Asia yang pernah berpameran di MACRO (Museum of Contemporary Art ) Roma, Italia.
Seperti halnya Gatot Pujiarto,Antoe Budiono lewat karya-karya hiperrealisnya lebih banyak menyoroti persoalan-persoalan sosial yang sedang hangat menjadi bahan perbincangan di masyarakat dengan ungkapan satirenya. karya-karya Antoe telah dipamerkan di negara-negara Singapura, Malaysia, Korea, Taiwan, Belgia, New York dan Museum Nasional Serbia.
Sementara itu Diaz Prabu seniman kelahiran kota Malang lebih banyak berproses karya di Yogyakarta yang di awal kariernya banyak menghasilkan karya mural dan kini lewat karya drawing dengan memanfaatkan teknik batik telah berpameran tunggal di Australia dan sempat residensi di sana bahkan rencananya tahun depan akan berpameran tunggal lagi di 2 kota di Australia.
Sedang Yoyok Siswoyo, salah satu penggiat kelompok Senitorium X lewat karya-karyanya bercorak abstrak kini banyak mendapatkan tawaran untuk berpameran di mana-mana. Hal yang sama juga terjadi pada Yoga Mahendra, penggiat kelompok Portal dan Dadang Rukmana yang terkenal dengan kecakapan teknik water color dan teknik keriknya, karya-karya mereka telah dipamerkan di berbagai event pameran bergengsi baik nasional maupun Internasional.
Bung Tiok, pendiri komunitas Rumah Sakit Seni dan LENTERA yang kini tinggal di Lumajang menampilkan karya object art dalam pameran ini. Ada pula Chairul S Sabarudin yang dikenal dengan karya drawing pensil berwarna dengan ukuran besarnya yang banyak menggambarkan peristiwa kehidupan sehari-hari dan Dandung Prasetyo dan Widya Hadi dengan kecakapan teknik realisnya. Sedang Nadia Agustina yang selama ini mengerjakan aksesoris menampilkan karya patung media clay.
Syarifuddin yang selama ini dikenal sebagai seorang kurator dan mengelola Museum Panji memunculkan karya new media art sedang Ariek Sugiharto yang selama ini dikenal pencipta alat musik tradisional menyuguhkan karya berbentuk installation sound art.
N-Battleground juga diikuti sejumlah dosen yang selain mengajar juga aktif berkarya.
Romy Setiawan dosen seni murni Universitas Brawijaya selama karier berkesenian telah berkali-kali meraih penghargaan dalam kompetisi seni diantaranya finalis Jakarta Art Award (2012) dan finalis UOB Indonesian Competition painting of the year tahun 2012, 2013 dan 2017. Demikian pula dengan I Kadek Yudi Astawan meraih penghargaan Finalis Art Jakarta Award (2012) dan Finalis UOB painting of the year (Emerging Artist) (2015).
Sementara itu AdityaNirwana, yang pernah meraih juara nasional penulisan essay senirupa (2019) dan Didit Prasetyo yang mengajar di Universitas Ma Chung selama ini lebih banyak menggeluti karya dengan New Media Art.
Beberapa guru yang aktif berkarya seni yang terlibat dalam pameran kali ini antara lain Efendi.S (Goweng), Sigit Purnama(Tigis), M. Agus Salim(Suga) dan Heri Catur Prasetya (Gombloh) dengan beragam corak, gaya dan media yang digunakan untuk mengekspresikan gagasannya.
Dari seniman muda dan mahasiswa yang dipandang cukupmenjanjikan untuk kekaryaannya di masa akan datang antara lainYawara Oki R, Desi Dwi Lestari, , Vicky, Eka Supriyandi dan kolaborasi Osyada-Vicko.
Sementara dari komunitas dan art space yang tinggal di Malang yang terlibat dalam pameran ini antara lain, komunitas Pintu Belakang yang diwakili oleh Chrisye, Jonathan dan Frizky. Komunitas Kentjing Anjing selain diwakili Tigis dan Suga juga ada Wibie Wardani dan Bobby Nugroho.Ahmad Fandi yang selama ini banyak mengerjakan karya mural dan grafiti bersama Lindri (Karmalonia) dan Prapto mewakili Semeru Art Space.
Sedang Dapeng Gembiras yangselama ini aktif menyelenggarakan event tahunan Performance Art Malang Festival (PAMAFEST) bersama Gimbo Jimbe mewakili Kelompok Sak Sen.
Dari komunitas SAMIN ada Singgih Mula Nugroho, Victor Akbar dan Muhammad Wahidul. Sedang dari mantan mahasiswa seni rupa Universitas Brawijaya ada komunitas Taman Langit diwakili Chodir, Komunitas POHARIN diwakili Abqoriyin Hizan (Bucek) dan Brawijaya V yang selama ini banyak mengerjakan art project diwakili Figo Dimas Saputra,Lona Janesti Lopies dan Hefidz.
Dari kelompok Taman Api ada Masari Arifin selama ini dikenal lewat karya-karyanya yang mengeksplorasi media plastik dan S.Drajad dengan karya-karya abstraknya. Melihat begitu banyaknya pelaku seni di kota Malang dengan capaian-capaian artistik yang luar biasa, Event N-Battleground diproyeksikan untuk menjadi program 2 tahunan guna menunjukkan perkembangan seni rupa di kota Malang dan Indonesia.
Narahubung:
Masari Arifin, Ketua Panitia : 082122770209
Akhmadi Budi Santoso ( Leck), kurator 082139272065

Merawat Tradisi Menebar Inspirasi