
Terakota.id—Duo Etnicholic kolaborasi Redy Eko Prastyo dan Anggar Syaf’iah Gusti menjuarai Sopravista International Festivals di Italia, kategori duet mixed vocal and instrumental. Pengumuman pemenang dilangsungkan 23 Desember 2020 melalui akun facebook Sopravista. Duo Etnicholic menyisihkan 40-an partisipan dari berbagai negara di dunia.
Duo Etnicholic ini membawakan lagu Hijau Lestari dengan iringan instrumen dawai cempluk. Video klip dibuat pada 7 November 2020, video diunggah dalam program channel youtube iRL Gigs. Sebuah channel berisi karya musisi non mainstream dari Malang. Akhir November video iRL Gigs dikutkan dalam Sopravista International Festivals secara daring.
Redy tak menyangka bakal menjuarai festival bergengsi di Eropa tersebut. Sejumlah seniman asal Indonesia juga menjadi juara dalam berbagai kategori. “Kami tidak terlalu punya ekpetasi yang terlalu besar. Menjadi nominasi apalagi menang dalam festival ini,” ujarnya, Kamis 24 Desember 2020.
Apalagi, banyak musisi dari berbagai negara di dunia mengikuti festival. Atas penghargaan ini, Redy dan Anggar berkesempatan mengikuti ajang festival di Italia tahun depan. Sekaligus sebagai sarana promosi instrumen Dawai Cemplu Ayin.
Duo Etnicholic merupakan duo formasi baru. Keduanya sebelumnya tergabung dalam etnicholic project. Redy sebagai leader etnicholic menginisiasi membuat duo untuk program IRL Gigs. Redy mengajak Anggar sebagai salah satu vokalis etnicholic project. Latihan awal mereka bertukar pikiran dan menyusun karya dengan model jam session. Anggar membuat lagu dan lirik, yang bisa diterima generasi muda.
Anggar merupakan seorang guru kesenian di SMA BSS Universitas Brawijaya. Seorang guru multi talenta menguasai olah vocal, menari dan menggambar. Alumnus sarjana Pendidikan Seni ini berpengalaman dan berproses panjang bersama Redy. Dimulai sejak 2008 dengan format Artmochestra Digital Etnik.
Sehingga keduanya tak mengalami kesulitan berarti dalam membentuk pengkaryaan ekplorasi bebunyian. Sedangkan Redy memainkan instrumen dawai yang disebut dawai Cempluk. Instrumen dawai karya Cak Budi Ayin ini diproduksi selama setahun. Cak Budi dan Redy tinggal di Desa Kalisongo, Kecamatan, Kabupaten Malang. Dikenal dengan sebutan kampung Cempluk. Sehingga instrumen dawai tersebut disebut Dawai Cempluk.
Redy selama ini dikenal sebagai musisi yang giat memainkan instrumen berbasis dawai. Kini, Redy ingin mengangkat entitas instrumen musik berbasis kampung, tak berbasis suku atau etnis tertentu.
Cak Budi bukan seorang perajin instrumen musik. Cak Budi merupakan tukang kayu, tukang cat, dan kuli bangunan. Untuk membuat instrument ini, dia banyak belajar dengan melihat produksi instrumen dawai di Youtube. Ia belajar secara otodidak dengan peralatan sederhana. Meliputi badik, gergaji, palu, dan alat cokel. Tak ada peralatan modern yang digunakan. “Semua hand made, manual,” kata redy.
Cak Budi memproduksi sekitar 30 instrumen dawai cempluk dengan berbagai bentuk. Instrumen dawainaya akan turut memeriahkan Pasar Seni Dewan Kesenian Malang 28 Desemer 2020 sampai 1 Januari 2021. Instrumen dawai karya Cak Budi akan dipamerkan dan juga membuka pemesaan,
Sebagai creator music juga music composer Redy jeli melihat potensi warga kampung seperti Cak Budi. Sehingga ia bakal menempatkan instrument ini menjadi sebuah entitas atau aset potensi kampung berbasis kreatifitas. Salah satunya memainkan dawai Cempluk dalam etiap berkarya.
Hijau Lestari
Song by Anggar
Music by Redy
Let it free
Let it Grow
Berbagi ruang di rumahmu
Berbagi ruang di sudut kamarmu
Biarkan tanah menampakkan wujud
Let it Free
Let it Grow
Benamkan biji tumbuh kecambah
Kecambah trus menumbuh makin tinggi…
Let it Free
Let it Grow
Grow grow grow grow
Chorus
Kita berasal dari dia kita butuh dia
Kita berasal dari dia kita butuh dia
Let it Free
Let it Grow

Jalan, baca dan makan
Saluuut, hasil sebuah perjalanan pajang.
Wah… Kadit itreng iki kera-kera ngalam…. Wanyik duet iki kipa lop, ayas melok bangga sob…