
Terakota.ID—Sebuah pertemuan kecil dengan tema Obrolan Santai, kemarin berlangsung di rumah Kang Budi Dalton (Salah satu Budayawan Sunda) di Kota Bandung. Pertemuan kecil yang digagas Mas Andang Bachtiar, geolog independen sekaligus seniman. Pertemuan dihadiri sejumlah indivisu yang concen di masing-masing bidang yang digeluti.
Ada Kang Tisna Sanjaya (Pelukis), Kang Denny Iswantoro (Peneliti dan penulis Sundaland dan Atlantis), Kang Danny Hilman (Geolog dan Peneliti situs Gunung Padang), Kang Tjetjeu Hidayat (Geolog), Kang Ray Bachtiar (Fotografer), Kang Oman (Museum Geolog yang menekuni Foklor) Kang Hendra Hendardin (Budayawan Sunda) Mbak Tri Utami, tim Andang Bachtiar & Penyelaras Charles Jalu, Mas Nasuha dll.
Sebuah pertemuan kecil namun terasa sangat besar. Lintas disiplin ilmu dan perspektif bersatu dalam sebuah obrolan santai tapi sangat serius. Membedah tentang Sundaland sebagai sebuah daratan dan analisis peradaban juga kebudayaannya.
Dalam obrolan santai itu ada banyak perspektif, cerita-cerita dari berbagai temuan di lapangan sehingga membuat obrolan menjadi sangat padat dimensinya. Hanya beberapa cuplikan yang penulis ingat saja yang bisa disampaikan, karena padat dan kompleksnya permasalahan yang sebenarnya terjadi. Atas usaha dicobanya membuka segala hal yang ada di Sundaland dan Atlantis berikut realitas kebijakan politik yang terjadi berkaitan dengan hal di atas.
Dalam beberapa candi ada relief yang menggambarkan seseorang sedang bermain musik dengan beberapa alat musik seperti sinar, saling dan alat tubuh. Sementara di Gunung Padang ada batu yang diolah sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu bunyi seperti gong dll. Semua itu menunjukkan betapa peradaban dan kebudayaan masyarakat nusantara sudah sangat tinggi. Dibuktikan dengan kecanggihan mereka dalam mengolah kayu dan batu menjadi sebuah alat musik.

Musik adalah salah satu yang tersentil dalam obrolan santai tersebut. Musik di beberapa tempat diyakini sebagai media untuk membangunkan gairah tanaman agar lebih cepat tumbuh dan berkembang. Akan tetapi musik juga bisa merusak energi alam di kondisi dan ruang tertentu. Maka dibutuhkan uji empirik yang jeli membaca tanda atas perubahan tersebut.
Falsafah, unen-unen juga musik dalam masyarakat nusantara adalah untuk mentranformasi pesan-pesan khusus pada masyarakat agar menjaga perilakunya dalam menjalani kehidupan. Agar terjadi keselarasan antara manusia dengan alam.
Kearifan dalam unen-unen seringkali adalah bahasa simbolik tentang teknologi dan kebijaksanaan dalam mengelola alam lingkungan hidup. Sementara falsafah lebih cenderung berperan sebagai langkah tatanan sosial. Dan musik tidak hanya sebagai penghibur jiwa manusianya saja, tapi juga sebagai penghibur jiwa tetumbuhan, tanaman dan alam.
Sebuah peradaban dan kebudayaan yang sangat tinggi yang pernah dicapai oleh masyarakat nusantara ratusan atau bahkan ribuan tahun sebelum masehi. Banyak penemuan-penemuan baru berikut analisisnya yang ditolak dengan alasan tidak ilmiah, tidak sesuai kaidah penelitian yang di sepakati dll. Berbagai bentuk alasan untuk penolakan atas penemuan tersebut, padahal penelitian itu dilakukan oleh para peneliti profesional sesuai bidangnya, seperti geologi, arkeolog dll.
Dalam diskusi panjang itu juga memunculkan banyak pertanyaan dan pendapat. Salah satu pendapat dan pertanyaannya adalah para pemegang kebijakan kebanyakan tidak menguasai ilmunya. Lemah membaca data, sehingga banyak kebijakan terutama persoalan situs dan kebudayaan (adat dan tradisi) justru merusak tatanan peninggalan yang paling berharga dalam rangka mengamankan dan membaca ulang makna tertentu dalam dua ruang tersebut.
Terjadinya pengaburan makna kuncen umpamanya. Kuncen yang seharusnya menguasai latar sejarah berdasar cerita rakyat, berubah fungsi menjadi makelar doa dan kreatifitas klenik yang lain. Semua itu terjadi seolah sistematik, akan tetapi siapa yang mengkaburkan makna dan fungsi tersebut ?
Bandung, Ahad, 12 November 2023
**Pembaca Terakota.id bisa mengirim tulisan reportase, artikel, foto atau video tentang seni, budaya, sejarah dan perjalanan ke email : redaksi@terakota.id. Tulisan yang menarik akan diterbitkan di kanal terasiana.

Seniman dan pegiat literasi