Arca nandi tanpa kepala dan lingga-yoni di situs Karuman, Tlogoman, Kota Malang. (Terakota/Aris Hidayat).
Iklan terakota

Terakota.id–Mpu Gandring dan senjata buatannya menjadi misteri. Sosoknya digambarkan sebagai seorang ahli penempa logam khusus atau pandai besi. Pembuat senjata pesanan Ken Angrok yang digunakan untuk merebut kekuasaan dari Akuwu Tumapel Tunggul Ametung.

Dalam kitab Pararaton mengisahkan Mpu Gandring, Ken Angrok sampai Tunggul Ametung yang tewas dengan sebilah keris yang sama. Kitab ditulis pada 1631 Masehi tanpa diketahui siapa penulisnya menyebutnya sebagai salah satu kudeta kekuasaan paling melegenda di tanah Jawa. Melibatkan industri senjata, kekuatan sipil, kelompok agamawan sampai faksi militer yang dibalut mitos.

Mpu Gandring adalah salah satu tokoh penting di balik berdirinya Kerajaan Singhasari. Gelar Mpu atau empu sendiri bisa bermakna penguasa, majikan atau ahli bidang tertentu. Sedangkan gandring dalam bahasa Jawa lawas bisa berarti senjata tajam. Ada dugaan, Mpu Gandring adalah pemimpin sentra penempa logam yang menerima pesanan khusus pembuatan senjata.

Sejarawan sekaligus arkeolog Universitas Negeri Malang, M Dwi Cahyono meyakini sang empu tak bekerja seorang diri memenuhi permintaan Angrok membuat senjata. “Perkiraan saya, itu bukan bengkel kecil. Tapi sebuah pusat industri senjata yang cukup besar dan sudah ada sejak lama,” katanya.

Angrok tahu lokasi Mpu Gandring dari ayah angkatnya, Ki Bango Samparan yang mengenal baik ahli logam itu. Bango Samparan tinggal di Karuman atau sekarang di Tlogomas, Kota Malang, merujuk lokasi situs Karuman. Sedangkan Mpu Gandring bermukim di wilayah barat, tak jauh dari rumah ayah angkat Angrok.

Kuat dugaan sentra penempa logam pimpinan sang empu itu bukan di Lulumbang atau kini Bululawang, Malang. Bukan pula di Plumbangan, Blitar. Tetapi berada Ngandat, wilayah yang secara administratif saat ini masuk wilayah Kota Batu. Sentra pembuatan senjata itu sudah ada sejak lama, juga terkait dengan perebutan kekuasaan jauh di masa sebelumnya.

“Di mana lokasi sentra pembuatan senjata Mpu Gandirng sebenarnya itu sangat menarik. Bisa ditarik ke belakang tentang Prasasti Sangguran,” ucap Dwi Cahyono.

Keturunan Perajin Senjata Pendukung Mpu Sindok

Prasasti Sangguran berangka 982 Masehi berisi tentang pemberian desa perdikan khusus atau keistimewaan bebas pajak pada Desa Sangguran. Sebuah desa yang didiami oleh sekelompok penempa logam atau pandai (besi, perunggu, tembaga dan emas). Lokasi desa kuno ini diyakini sekarang ada di Ngandat, Desa Mojorejo, Kota Batu.

Sebagai bentuk terimakasih dari dua raja baru, yakni Rakai Sumba Dyah Wawa Sri Wijayalokanamottungga atau Dyah Wawa, raja terakhir Kerajaan Medang periode Jawa Tengah. Serta Sri Maharaja Rakai Hino Sri Isana Wikramadharmottunggadewa alias Mpu Sindok, raja pertama Kerajaan Medang periode Jawa Timur.

“Ini menarik, kenapa para penempa logam itu diberi hadiah perdikan khusus. Kontribusi mereka tentu sangat penting,” ujar Dwi.

Diyakni para pandai besi itu menyiapkan senjata untuk mendukung gerakan politik Dyah Wawa dan Mpu Sindok. Mertua dan menantu itu sebelumnya adalah pejabat tinggi Kerajaan Medang periode Jawa Tengah. Keduanya berkoalisi melawan raja saat itu, Mpu Daksa yang hendak menunjuk putera mahkota sebagai penggantinya.

“Agar bisa menggulingkan kekuasaan Mpu Daksa, maka perlu senjata. Kebutuhan senjata itu dipesan ke para penempa logam di Ngandat, Mojorejo,” ujar Dwi.

Setelah merebut kekuasaan dari Mpu Daksa, Dyah Wawa menjadi raja selama tiga tahun. Selanjutnya, tampuk kekuasaan beralih dengan damai ke Mpu Sindok. Prasasti Sangguran jadi penanda bahwa keduanya menepati janji. Tentang hak istimewa pada desa yang dihuni kelompok pandai besi. Dengan demikian, kuat kemungkinan lokasi tempat Mpu Gandring membuat senjata pesanan Ken Angrok sudah ada sejak masa Kerajaan Medang.

Arca nandi tanpa kepala dan lingga-yoni di situs Karuman, Tlogoman, Kota Malang. (Terakota/Aris Hidayat).

“Bisa jadi Mpu Gandring masih keturunan para perajin logam yang mendukung Mpu Sindok. Ada sejarah kudeta kekuasaan yang berulang, melibatkan para pembuat senjata,” kata Dwi.

Meski demikian butuh penelitian lebih lanjut untuk memastikan itu. Salah satu kunci untuk melacak keberadaan desa perajin logam kuno itu adalah Prasasti Sangguran. Sayangnya, prasasti yang dikenal dengan nama lain Minto Stone itu berada di Inggris. Teronggok di halaman rumah Lord Minto, bangsawan Inggris yang membawa prasasti itu pulang ke rumahnya.

“Sayangnya belum bisa melihat langsung prasasti itu, tentu sangat menarik kalau dikaji lebih lanjut,” kata Dwi.