
Terakota.id–Hutan bambu terhampar di area ekowisata air Boonpring Andeman, Desa Sanankerto, Kecamatan Turen Kabupaten Malang. Gemericik air mengalir di antara hutan bambu, angin semilir membuai dedaunan bambu. Daun bambu bergoyang bak penari, menimbulkan bebunyian alami, seperti orchestra dalam harmoni. Meneteramkan. Sembari menikmati pemandangan alam pepohonan rimbun, hijau dan air jernih mengalir.
Boonpring menyuguhkan panorama indah dan udara segar. Wisata alam ini juga menyimpan misteri yang diyakini penduduk sekitar turun temurun dari generasi ke generasi. Hutan bambu seluas 36 hektare biasa dimanfaatkan penduduk setempat untuk bahan baku membuat gedek atau anyaman bambu.
Direktur Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Samsul Arifin menuturkan air di Boonpring berasal dari enam mata air. Yakni Sumber Adem, Sumber Towo, Sumber Gatel, Sumber Maron, Sumber Krecek, dan Sumber Seger. “Sumber Adem dan Sumber Towo yang merupakan mata air terbesar,” katanya.

Disebut Sumber Adem lantaran mata yang melihat merasa adem hatinya. Air mengucur melimpah dan dingin atau adem. Sumber Gatel, lantaran diyakini orang bisa gatal-gatal jika berendam di Sumber Gatel. Sedangkan obat penawar gatal ada di Sumber Towo. Diyakini siapa yang gatal tinggal berenda, maka rasa gatal pun hilang.
Mata air Sumber Towo berusia paling tua dan dipercaya mujarab mengobati berbagai penyakit. Sementara, Sumber Seger memiliki aliran air yang jernih dan segar. Bisa langsung diminum, diyakini ampuh mengobati pegal dan linu.
Sumber Maron dipercaya sebagai penanda pergantian musim. Jika airnya mulai surut, tandanya masuk musim kemarau, begitu sebaliknya. Sedangkan Sumber Krecek karena selalu mengeluarkan bunyi ‘krecek-krecek’.
Warna air telaga tampak kehijauan karena pantulan warna hutan bambu dan pohon besar di sekitarnya. Nama Boonpring merupakan gabungan dua suku kata dalam bahasa Inggris dan Jawa. Boon artinya anugerah dan pring memiliki makna bambu. Boon juga merujuk pada lafal kata kebun jadi bun.
Sumber air Andeman sejak 1910 pada masa pendudukan Belanda. Saat itu, di sekeliling sumber air merupakan kebun kopi. Setelah kebun kopi ditinggalkan Belanda penduduk setempat menanam aneka bambu.
Awalnya, hanya ada lima jenis bambu lokal Malang yang biasa ditanam warga, seperti rampal, petung, ori, bambu jawa dan apus. “Ada kearifan lokal, ada sumber air warga menanam bambu untuk menjaga sumber air,” katanya.

Ragam bambu ditanam sejak 1978, melalui program konservasi. Masyarakat bergotong royong membuat embung atau sebuah telaga berkedalaman dua meter. Menampung air yang berasal dari sumber di sekitar Andeman. Pada 1983 dimulai menanam beragam jenis bambu, terpisah dalam berumpun-rumpun sesuai jenis.
Objek wisata ini sebelumnya bernama Sumber Andeman atau Taman Wisata Andeman. Kini ada sebanyak 72 varietas bambu menjadi unggulan.

Jalan, baca dan makan