Oleh : Athoillah*
Terakota.id—Pagi ini saya tes usap PCR kedua. Hasilnya Insyaallah akan diketahui besok, apakah aaya masih positif dan harus meneruskan isolasi, atau tidak. Tentu saya berharap hasilnya negatif, dan bisa beraktifitas seperti biasa. Saya sudah menyusun beberapa rencana. Tapi pun jika tidak, hasilnya masih negatif, saya akan menerimanya.
Saya tes PCR di RS. Ada beberapa orang yang antri. Jarak kami tetap terjaga. Kursi diatur. Ada petugas yang memantau. Seorang laki-laki menyapa. Katanya wajah aaya terlihat familiar. Saya bilang mungkin wajah saya memang pasaran, hahaha..
Dia bertanya,”ini mas Atok ya?.” Ah, ternyata dia teman saya, hahaa.. Masker yang kami gunakan, membuat kami tak bisa melihat wajah dengan jelas. Senangnya bertemu teman. Kami bicara dan seperti biasa, saya tertawa keras, nyaring. Beberapa orang yang antri swab, awalnya terlihat tegang. Melihat kami tertawa, mereka (sepertinya) tersenyum. Terlihat dari gestur dan matanya, mereka tak lagi tegang. Syukurlah.
Giliran saya diperiksa. Petugas memandu saya agar tenang. Saya pernah swab sebelumnya, jadi saya sudah tahu apa yang harus saya lakukan. Sebuah stik lentur, dimasukkan ke hidung saya. Lalu diputar. Setelah itu pengambilan sample di rongga tenggorokan. Keduanya lancar.
Pada pemeriksaan pertama, Saya tidak merasakan sakit sama sekali. Yang kedua ini, lumayan. Ada manis-manis nya, eh, maksud saya, ada ngilu-ngilunya, sedikit. Saya tanya ke petugas : “kok agak sakit? Jangan-jangan yang dulu ukuran S dan yang ini ukuran XL ya?”. Semua tertawa. Saat pengambilan sample, seorang petugas RS, mengambil foto saya. Saya bilang kalau hasilnya jelek, apa bisa diulang? Tentu, saya tidak serius. Kami kembali tertawa. Syukurlah. Semua berjalan lancar.
Pemeriksaan swab itu tidak menyeramkan. Biasa saja. Benar, ada rasa tidak enak, tapi tidak sakit. Lebih gak enak kalau kita kirim WA, centang biru, tapi tak dibalas… Anda yang belum mau mencoba, go a head. Lanjut saja. Jangan takut. Hanya takutlah pada Tuhan semata…
**
Saya membuat catatan ini siang hari. Tak menunggu besok seperti biasanya. Sepertinya Saya tak sabar. Kemarin saya libur. Tak menulis catatan harian seperti ini. Kemarin hari Minggu. Kantor aja libur. Saya juga libur dong, hehe..
Saya menghabiskan waktu hari Minggu saya dengan olahraga di rumah, bersih-bersih, mengetik beberapa dokumen, juga zoom meeting. Saya ikut zoom meeting, tentang ide membangun suatu museum hak asasi manusia. Museum itu di Batu.
Tadi malam saya tidur larut. Jam 01.00 WIB. Ini pertama kali sejak saya isolasi. Biasanya saya tidur jam 22.00 WIB. Entah kenapa, tadi malam saya tak kunjung terlelap. Mungkin saya tak sabar, menunggu swab kedua saya. Saya bertanya ke petugas RS, apakah kurang tidur akan berakibat pada hasil swab. Jawabnya, tidak. Alhamdulillah…
Di rumah, saya sering menerima bingkisan. Hampir tiap hari ada saja. Bingkisan-bingkisan itu di gantungin gitu aja di pagar. Isinya macam-macam : makanan, lauk, roti, minuman vitamin, juga buah. Terima kasih semuaaa….
Ada yang Saya ketahui pengirimnya, ada yang tidak. Teman saya bilang kalau pengirimnya hamba Allah. Saya jawab, untung ini bukan masa kampanya dan saya bukan calon. Karena Hamba Allah dilarang menjadi penyumbang dana kampanye. Dalam aturan dana kampanye, identitas penyumbang harus jelas. Ah, ngelantur kemana-mana ini. Catatan OTG kok bahas dana kampanye?
***
Breaking news di TV, ada Kapolda Metro Jaya, jenderal bintang dua polisi, dilengan kanannya logo Brimob, gagah sekali. Kapolda bicara : polisi diserang, 6 penyerang ditembak mati.
Duh, gusti.. Lindungi negeriku..
*Ketua KPU Jombang, penyintas Covid-19
**Tulisan ini sebagaimana diunggah di akun Facebook pribadi penulis. Nantikan tulisan berikutnya saat masa isolasi mandiri di rumah.
Merawat Tradisi Menebar Inspirasi