
Terakota.ID—Perkembangan teknologi informasi telah berpengaruh terhadap kehidupan manusia. Kini, masyarakat akrab dan dimudahkan dengan media modern berbasis daring. Sebagian aktivitas telah berpindah dari luring ke daring, termasuk pembelajaran saat pandemi Covid-19. Namun, fenomena masyarakat daring mulai mengikis tatap muka dan bersilaturahmi.
“Teknik komunikasi dengan media warisan tetap diperlukan. Beduk, kentongan, dan seni pertunjukan masih menjadi media informasi waktu salat, kebakaran dan pesan lain kepada khalayak,” kata Profesor Muslimin Machmud dalam pidato pengukuhan guru besar Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) berjudul Memberdayakan Media Warisan Ditengah Gempuran Media Modern pada Selasa, 9 Maret 2022.
Muslimin menyebut media tradisional dengan media warisan (heritage), lantaran memiliki makna harus dijaga, dilestarikan dan dikembangkan. Sedangkan media tradisional terkesan kuno, ketinggalan zaman dan ditinggalkan. “Media warisan berfungsi sebagai sarana dan saluran menyebarkan informasi,” katanya.
Pertunjukan rakyat dalam bentuk seni tradisi mampu menyampaikan pesan melalui ucapan, gerakan, kata dan gambar. Selain itu, juga memiliki ikatan sosio kulturan dengan penonton, bahkan ada dialog antara pemain sebagai penyampai pesan dan penonton sebagai penerima pesan. Juga memiliki unsur pendidikan, dan menanamkan nilai kebaikan. “Menyampaikan pesan sekaligus menghibur,” kata Muslimin.
Muslimin menyebutkan dalam komunikasi tradisional Indonesia memiliki beragam media warisan yang berbeda di setiap daerah. Diantaranya, Aceh menggunakan media warisan Saman, dan Seudati, di Bengkulu ada Randai, Rebana, dan Shalawatan, Sulawesi Selatan memiliki Tudang Sipulung, Sinrilik, Kecapi, dan Ma’badong.

Sehingga menjadi kekayaan, apalagi setiap media warisan memiliki bentuk pesan bervariasi. Yakni dalam bentuk verbal (syair, tutur, pantun) dan non verbal (instrumen, gerak dan bunyi). Dalam penelitian yang dilakukan Muslimin di Sulawesi Selatan dan Jawa Timur media warisan memiliki beragam fungsi. Yakni berfungsi untuk menghibur, sarana kreativitas, pendidikan dan dakwah, promosi dan penyebarluasan informasi, sosialisasi dan alat propaganda politik, kritik dan kontrol sosial dan pelestarian nilai budaya.
“Pesan yang disampaikan melalui media warisan terkait hubungan manusia dengan alam, sesama manusia dan manusia dengan Tuhan,” ujarnya. Media warisan, katanya, merupakan produk budaya masyarakat yang seharusnya menjadi aset dan kekayaan bangsa. Sehingga harus dilestarikan, diberdayakan dan dimanfaatkan sebagai salah satu sarana komunikasi masyarakat yang efektif.
Hasil kajiannya, Muslimin merekomendasikan agar pemerintah memetakan kondisi media warisan di seluruh Nusantara. Dilanjutkan dengan memberi stimulus kelompok pertunjukan media warisan sebagai sarana penyebarluasan informasi bagi pemerintah. Serta membuat program pemasaran sosial, dan rekayasa sosial agar media warisan bisa berkolaborasi dengan media modern.
“Perlu program pelatihan, sarasehan, festival, anugerah Media Warisan Award, monitoring dan evaluasi media warisan secara nasional,” kata Muslimin. Sehingga terwujud kelompok media warisan yang profesional, mandiri dan populer di kalangan masyarakat. Untuk merealisasikannya dibutuhkan keterlibatan semua pihak mulai pemerintah, swasta, pemerhati, kelompok media warisan budaya, media massa modern dan masyarakat.
Ketua Badan Pembina Harian UMM sekaligus Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Profesor Muhadjir Effendy menyampaikan hasil penelitian Muslimin, mengenai media warisan merupakan sesuatu yang unik. Lantaran tidak banyak yang memperhatikannya.
“Media warisan akan terus mengilhami ruh perkembangan media massa dari masa ke masa. Kajian ini akan lebih bagus jika dibarengi dengan kajian antropologi,” kata Muhadjir.

Jalan, baca dan makan