
Terakota.id–Tahun baru Imlek 2568 tepat jatuh pada 28 Januari 2017. Tahun baru Imlek ditetapkan sebagai hari libur nasional. Memperingati Imlek umumnya keturunan Tionghoa merayakan dengan berkumpul bersama keluarga dengan menyantap hidangan khas. Ada ronde, kue keranjang, kue wajik, kue kukus hingga bakmie dan makanan lain yang disukai keluarga besar. Sejumlah kudapan lezat dan mengenyangkan ini, memiliki makna berbagai harapan baru di kehidupan yang lebih baik sepanjang tahun ayam api.
Ronde Kuah Jahe
Rangkaian perayaan Imlek banyak dipengaruhi tradisi bercocok tanam di bagian utara. Rohaniawan Klenteng Eng An Kiong Anton Tryono menyebut rangkaian Imlek merupakan perayaan sekaligus pengharapan musim tanam baru setelah musim dingin.”Di belahan bumi Utara, mereka punya empat musim. Imlek merupakan bentuk rasa syukur telah berhasil melewati musim dingin yang ekstrem dan perwujudan harapan baru pada musim semi yang akan datang,’ katanya.
Hidangan ronde atau Tāngyuán tak hanya disajikan pada saat Imlek. Jananan khas berbahan ketan ini mulai menghiasi meja altar atau sebagai kudapan keluarga sejak 30 hari sebelum Imlek. Saat itu, keluarga berkumpul dan menyantap ronde. Kehadiran ronde, dimaknai sebagai berakhirnya musim dingin dimana salju yang menutup tanah mulai meleleh seiring dengan terbitnya matahari.
Jajanan ronde terdiri dari bola-bola kecil yang terbuar dari tepung ketan berisi kacang hijau atau gula merah, disajikan hangat dengan kuah jahe. Ronde merupakan bentuk syukur telah mampu melalui tahun ini dan harapan baru atas tahun yang lebih baik di masa yang akan datang.
Olahan kue ronde yang menggunakan beras ketan karena bahan makanan itu merupakan persediaan di akhir musim dingin. “Di Utara, ketan adalah bahan makanan yang paling awet bertahan hingga musim dingin berakhir. Maka Ronde dibuat menggunakan ketan,” ujarnya.
Sedangkan kuah jahe ditambahkan karena hanya tanaman jahe yang masih bisa dipanen di balik tanah yang membeku. Sementara tumbuhan yang berakar lainnya mati tertutup salju. Bentuk bulatan bola-bola ketan pada ronde melambangkan pengharapan dan kehidupun yang utuh dan bulat di tahun yang akan datang.
Selain digunakan untuk makanan, Ronde juga digunakan sebagai nama ibadah.Sembahyang Ronde dimulai satu bulan sebelum Imlek. “ Ada sembahyang Ronde untuk menandai berakhirnya musim dingin dan satu bulan menjelang Imlek,” katanya.
Kue Kukus dan Wajik Perekat Persaudaraan
Selain Ronde, ada pula kue kukus dan kue wajik yang sering disandingkan saat Imlek. Sehari menjelang imlek, keluarga akan medoakan leluhur yang telah mendahului mereka. Seluruh anggota keluarga memanjatkan doa dan berterimakasih pada leluhur di depan altar yang berisi nama-nama ataupun foto para leluhur. Tak lupa, juga disiapkan sejumlah kudapan seperti kue kukus, kue wajik dan kue keranjang untuk disantap usai berdoa bersama.
Kue yang juga dikenal sebagai jajanan pasar itu merupakan simbol berbagai harapan baru yang lebih baik di tahun baru. “ Kue Kukus itu bentuknya mengembang, simbol kehidupan kami yang akan berkembang di tahun baru. Sedangkan kue wajik itu melambangkan persatuan yang melekat erat seperti bulir beras ketan yang menyatu,” katanya.
Namun semua kudapan itu belum lengkap jika tanpa kue keranjang. Kue dari tepung ketan yang dicampur dengan air gula dan dikukus serta dicetak dalam keranjang yang terbuat dari kayu. Penikmat kue ini mempercayai kue keranjang yang rasanya manis dan berbentuk bulat adalah simbol dari pengharapan mereka untuk mendapatkan hidup yang manis dan penuh di tahun Ayam ini.
“Diharapkan musim cocok tanam sejak musim semi akan menghasilkan panen yang manis dan berlimpah seperti rasa kue keranjang,” katanya. Kue keranjang yang kini banyak dijual tanpa keranjang menurutnya paling enak jika dinikmati bersama keluarga. Cara mengolahnya bisa dengan dicelupkan kedalam kocokan telur dan digoreng, atau diiris tipis kemudian dikukus dan dimakan hangat dengan parutan kelapa.
“Kue keranjang sekarang biasanya dibungkus plastik dan bertulis berbagai doa dan ucapan imlek,” lanjutnya. Sejumlah kue olahan tepung ketan lain juga sering digunakan selama perayaan ronde sebagai simbol harapan yang baik.

Merawat Tradisi Menebar Inspirasi